25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Imbas Kematian 3 Warga Gunung Kidul, Kemenkes Keluarkan Surat Edaran Waspada Antraks

SUMUTPOS.CO – Imbas kematian warga Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogjakarta akibat penyakit antraks, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran (SE) waspada penyakit tersebut.

“Kita sekarang sudah mengimbau, kita keluarkan SE untuk kewaspadaan bagi semua faskes di Jogjakarta, bukan hanya di Gunung Kidul, tapi di kabupaten yang lain-lain mengingat spora bisa terbang ke mana-mana,” ujar Direktur Pencegahan dan Penanganan Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, Kamis (6/7).

Penyebaran spora yang menyebabkan penyebaran bakteri penyakit antraks, kata Imran, menjadi lebih berbahaya lantaran belum lama ini wilayah Jogjakarta ditimpa gempa bumi.

“Kita tahu minggu lalu ada gempa, sehingga kita berikan kewaspadaan kepada semua faskes di Jogja,” terangnya.

Adapun hingga sejauh ini, ia mengatakan bahwa Kemenkes sudah melakukan penyelidikan epidemiologi terpadu melalui Satgas One Health.

“Satgas One Health isinya adalah dari dinas kesehatan, kemudian dinas peternakan, dan mengiringi lingkungan hidup,” jelas Imran.

Selain itu, pihaknya juga telah melakukan sero survei terhadap populasi beresiko di daerah tempat penyembelihan sapi yang sudah mati. Diketahui itu adalah awal mula penyebaran penyakit antraks di Gunung Kidul.

“Kita berikan terhadap populasi beresiko. Jadi ada yang sudah terpapar dan hasil titer juga positif, kita berikan pengobatan,” pungkas Imran.

Sebelumnya, kronologis penyakit antraks yang menyebabkan tiga orang tewas di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogjakarta berawal saat ada kasus kematian sapi dan kambing milik warga berinisial KR di Gunungkidul pada 18 Mei lalu.

Usai ditemukan mati, warga justru malah menyembelih dan membagikan dagingnya kepada warga untuk dikonsumsi. “Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya,” kata Imran kepada wartawan, Kamis (6/7).

Dalam proses penyembelihan sapi yang sudah mati itu, ada seorang warga berinisial WP yang ikut terlibat dan kemudian menjadi pasien yang positif Antraks.

“Tanggal 1 Juni WP masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Waktu diperiksa ada sampelnya positif spora antraks dari tanah tempat penyembelihan sapi tadi,” ungkap Imran.

Dua hari berlalu, WP kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito. Di sana, ia diambil sampel darah dan dinyatakan suspek antraks.”Tanggal 4 Juni WP meninggal,” ucap Imran.

Terkait kejadian ini, Imran mengatakan bahwa tren kejadian antraks di Yogyakarta dalam kurun waktu lima tahun terakhir memang selalu ditemui pasien positif antraks tiap tahunnya.”Meskipun belum ada kematian. Jadi selama ini karena yang menyerang antraks jenis kulit,” katanya.

Untuk itu, penyakit antraks mesti menjadi perhatian bagi seluruh pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri B. Anthracis.

Secara umum, ia mengatakan bahwa antraks ini menyerang hewan herbivora seperti kambing, sapi, domba, dan lain-lain. Namun, penyakit ini juga ternyata dapat menular pada manusia.

“Bakteri penyebab antraks ini bila kontak dengan udara akan membentuk spora yang fungsinya sebagai pelindung. Sehingga, bakteri yang ada di dalam spora sulit untuk mati karena terlindungi dengan spora. Dan ini bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tanah,” ujar Imran.

Secara jenis, Imran menjelaskan ada empat jenis penyakit antraks, yaitu antraks kulit, antraks di saluran pencernaan, antraks di paru-paru, dan antraks injeksi.

Antraks pada kulit berarti penyakit ini menempel pada kulit dan masuk melalui lesi kulit. “Nanti akan timbul seperti melepuh. Tipe ini yang paling banyak terjadi di Indonesia,” ucap Imran.

Jenis antraks di saluran pencernaan sendiri masuk ke saluran pencernaan saat penderita memakan daging dari hewan tertular lantaran tidak memasak daging dengan sempurna. “Akibatnya juga sama, melepuh tapi di usus sehingga terjadi pendarahan dan meninggal,” ungkapnya.

Adapun antraks tipe paru-paru atau yang masuk ke dalam inhalasi, Imran mengatakan bahwa spora antraks ini masuk terhisap melalui partikel pernapasan dan mencapai dinding alveoli. “Keempat, antraks injeksi ditemukan pada pengguna narkotika,” tuturnya. (jpc/ila)

SUMUTPOS.CO – Imbas kematian warga Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogjakarta akibat penyakit antraks, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran (SE) waspada penyakit tersebut.

“Kita sekarang sudah mengimbau, kita keluarkan SE untuk kewaspadaan bagi semua faskes di Jogjakarta, bukan hanya di Gunung Kidul, tapi di kabupaten yang lain-lain mengingat spora bisa terbang ke mana-mana,” ujar Direktur Pencegahan dan Penanganan Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan Imran Pambudi, Kamis (6/7).

Penyebaran spora yang menyebabkan penyebaran bakteri penyakit antraks, kata Imran, menjadi lebih berbahaya lantaran belum lama ini wilayah Jogjakarta ditimpa gempa bumi.

“Kita tahu minggu lalu ada gempa, sehingga kita berikan kewaspadaan kepada semua faskes di Jogja,” terangnya.

Adapun hingga sejauh ini, ia mengatakan bahwa Kemenkes sudah melakukan penyelidikan epidemiologi terpadu melalui Satgas One Health.

“Satgas One Health isinya adalah dari dinas kesehatan, kemudian dinas peternakan, dan mengiringi lingkungan hidup,” jelas Imran.

Selain itu, pihaknya juga telah melakukan sero survei terhadap populasi beresiko di daerah tempat penyembelihan sapi yang sudah mati. Diketahui itu adalah awal mula penyebaran penyakit antraks di Gunung Kidul.

“Kita berikan terhadap populasi beresiko. Jadi ada yang sudah terpapar dan hasil titer juga positif, kita berikan pengobatan,” pungkas Imran.

Sebelumnya, kronologis penyakit antraks yang menyebabkan tiga orang tewas di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogjakarta berawal saat ada kasus kematian sapi dan kambing milik warga berinisial KR di Gunungkidul pada 18 Mei lalu.

Usai ditemukan mati, warga justru malah menyembelih dan membagikan dagingnya kepada warga untuk dikonsumsi. “Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya,” kata Imran kepada wartawan, Kamis (6/7).

Dalam proses penyembelihan sapi yang sudah mati itu, ada seorang warga berinisial WP yang ikut terlibat dan kemudian menjadi pasien yang positif Antraks.

“Tanggal 1 Juni WP masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Waktu diperiksa ada sampelnya positif spora antraks dari tanah tempat penyembelihan sapi tadi,” ungkap Imran.

Dua hari berlalu, WP kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sardjito. Di sana, ia diambil sampel darah dan dinyatakan suspek antraks.”Tanggal 4 Juni WP meninggal,” ucap Imran.

Terkait kejadian ini, Imran mengatakan bahwa tren kejadian antraks di Yogyakarta dalam kurun waktu lima tahun terakhir memang selalu ditemui pasien positif antraks tiap tahunnya.”Meskipun belum ada kematian. Jadi selama ini karena yang menyerang antraks jenis kulit,” katanya.

Untuk itu, penyakit antraks mesti menjadi perhatian bagi seluruh pihak mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri B. Anthracis.

Secara umum, ia mengatakan bahwa antraks ini menyerang hewan herbivora seperti kambing, sapi, domba, dan lain-lain. Namun, penyakit ini juga ternyata dapat menular pada manusia.

“Bakteri penyebab antraks ini bila kontak dengan udara akan membentuk spora yang fungsinya sebagai pelindung. Sehingga, bakteri yang ada di dalam spora sulit untuk mati karena terlindungi dengan spora. Dan ini bisa bertahan sampai puluhan tahun di dalam tanah,” ujar Imran.

Secara jenis, Imran menjelaskan ada empat jenis penyakit antraks, yaitu antraks kulit, antraks di saluran pencernaan, antraks di paru-paru, dan antraks injeksi.

Antraks pada kulit berarti penyakit ini menempel pada kulit dan masuk melalui lesi kulit. “Nanti akan timbul seperti melepuh. Tipe ini yang paling banyak terjadi di Indonesia,” ucap Imran.

Jenis antraks di saluran pencernaan sendiri masuk ke saluran pencernaan saat penderita memakan daging dari hewan tertular lantaran tidak memasak daging dengan sempurna. “Akibatnya juga sama, melepuh tapi di usus sehingga terjadi pendarahan dan meninggal,” ungkapnya.

Adapun antraks tipe paru-paru atau yang masuk ke dalam inhalasi, Imran mengatakan bahwa spora antraks ini masuk terhisap melalui partikel pernapasan dan mencapai dinding alveoli. “Keempat, antraks injeksi ditemukan pada pengguna narkotika,” tuturnya. (jpc/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/