26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

PLTA Batang Toru Sumbernya Arus Sungai, Bukan Bendungan

Penasihat Senior untuk Komisaris Utara PT NSHE Emi Hafild (kanan), di Konferensi Perubahan Iklim (COP25) di Feria de Madrid (IFEMA), Madrid, Spanyol, Jumat (6/12).

MADRID, SUMUTPOS.CO – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang masih berlangsung, dipastikan tidak akan mengganggu ekosistem orang utan di kawasan hutan yang terdampak. Karena sumber airnya bukan dari reservoir atau bendungan.

“PLTA Batang Toru ini sumbernya run of river, bukan reservoir, bukan PLTA dengan bendungan besar, tetapi dengan memanfaatkan arus sungai,” kata Penasihat Senior untuk Komisaris Utara PT NSHE, Emmy Hafild di Konferensi Perubahan Iklim (COP25) di Feria de Madrid (IFEMA), Madrid, Spanyol, Jumat (6/12).

Menurut Emmy, PT North Sumatera Hydro Energy selaku pengelola proyek PLTA yang akan menghasilkan 510 MW, berusaha agar selama melakukan konstruksi, Orangutan tidak terganggu. “Jadi sarang-sarangnya itu kita temukan, itu kami maunya mereka kembali lagi, selalu ada sarang baru,” katanya.

Untuk diketahui, PT NSHE adalah Independent Power Producer PLTA Batang Toru. Proyek ini sendiri dikerjakan sejak 2015 lalu.

Emmy mengatakan selama ini banyak yang salah persepsi terkait penggunaan lahan pada proyek PLTA Batang Toru ini. Dia menegaskan, bahwa perusahaan tidak menenggelamkan 7 ribu Ha hutan. “Selama ini kita suka disalah persepsikan, dianggap menenggelamkan 7 ribu hektar hutan, padahal cuma 66 aja bendungannya,” sambungnya.

Dia juga memastikan tidak ada orang utan yang mati akibat pembebasan lahan untuk proyek ini. Kalaupun ada yang ditembak, tidak terjadi di sekitar kawasan tersebut.

“Nggak ada, cuma ada orang utan yang ditembak tapi bukan wilayah kami, lebih jauh dari area kami dan itu ditembaknya karena apa juga kami nggak tahu,” tuturnya.

Saat ditanya berapa banyak orang utan yang terselamatkan, Emi tidak menjelaskan secara detail. “Kita tidak bicara berapa orang utan yang terselamatkan, kita bicara bagaimana orang utan yang ada, yang ditemukan sarang-sarangnya itu bisa terus ada dan datang terus ke sana. Populasi yang sebenarnya itu memerlukan waktu panjang dan mungkin harus pakai chip kali ya supaya diketahui oh ini satu orang utan,” paparnya.

PLTA Batang Toru dimaksudkan untuk berkontribusi 15% dari kebutuhan listrik beban puncak Sumatera Utara. Proyek ini merupakan bagian dari Program Strategis Nasional Indonesia untuk membangun sejumlah pembangkit listrik dengan total kapasitas 35.000 MW.

Proyek ini juga merupakan bagian dari upaya nasional dalam mengurangi pemanasan global melalui pengurangan emisi karbon, suatu implementasi dari Perjanjian Paris yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam UU No.16 / 2016. PLTA Batang Toru diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon pada 1,6-2,2 MTon per tahun atau 4% dari target nasional dari sektor energi. (rel/dtc)

Penasihat Senior untuk Komisaris Utara PT NSHE Emi Hafild (kanan), di Konferensi Perubahan Iklim (COP25) di Feria de Madrid (IFEMA), Madrid, Spanyol, Jumat (6/12).

MADRID, SUMUTPOS.CO – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara yang masih berlangsung, dipastikan tidak akan mengganggu ekosistem orang utan di kawasan hutan yang terdampak. Karena sumber airnya bukan dari reservoir atau bendungan.

“PLTA Batang Toru ini sumbernya run of river, bukan reservoir, bukan PLTA dengan bendungan besar, tetapi dengan memanfaatkan arus sungai,” kata Penasihat Senior untuk Komisaris Utara PT NSHE, Emmy Hafild di Konferensi Perubahan Iklim (COP25) di Feria de Madrid (IFEMA), Madrid, Spanyol, Jumat (6/12).

Menurut Emmy, PT North Sumatera Hydro Energy selaku pengelola proyek PLTA yang akan menghasilkan 510 MW, berusaha agar selama melakukan konstruksi, Orangutan tidak terganggu. “Jadi sarang-sarangnya itu kita temukan, itu kami maunya mereka kembali lagi, selalu ada sarang baru,” katanya.

Untuk diketahui, PT NSHE adalah Independent Power Producer PLTA Batang Toru. Proyek ini sendiri dikerjakan sejak 2015 lalu.

Emmy mengatakan selama ini banyak yang salah persepsi terkait penggunaan lahan pada proyek PLTA Batang Toru ini. Dia menegaskan, bahwa perusahaan tidak menenggelamkan 7 ribu Ha hutan. “Selama ini kita suka disalah persepsikan, dianggap menenggelamkan 7 ribu hektar hutan, padahal cuma 66 aja bendungannya,” sambungnya.

Dia juga memastikan tidak ada orang utan yang mati akibat pembebasan lahan untuk proyek ini. Kalaupun ada yang ditembak, tidak terjadi di sekitar kawasan tersebut.

“Nggak ada, cuma ada orang utan yang ditembak tapi bukan wilayah kami, lebih jauh dari area kami dan itu ditembaknya karena apa juga kami nggak tahu,” tuturnya.

Saat ditanya berapa banyak orang utan yang terselamatkan, Emi tidak menjelaskan secara detail. “Kita tidak bicara berapa orang utan yang terselamatkan, kita bicara bagaimana orang utan yang ada, yang ditemukan sarang-sarangnya itu bisa terus ada dan datang terus ke sana. Populasi yang sebenarnya itu memerlukan waktu panjang dan mungkin harus pakai chip kali ya supaya diketahui oh ini satu orang utan,” paparnya.

PLTA Batang Toru dimaksudkan untuk berkontribusi 15% dari kebutuhan listrik beban puncak Sumatera Utara. Proyek ini merupakan bagian dari Program Strategis Nasional Indonesia untuk membangun sejumlah pembangkit listrik dengan total kapasitas 35.000 MW.

Proyek ini juga merupakan bagian dari upaya nasional dalam mengurangi pemanasan global melalui pengurangan emisi karbon, suatu implementasi dari Perjanjian Paris yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam UU No.16 / 2016. PLTA Batang Toru diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon pada 1,6-2,2 MTon per tahun atau 4% dari target nasional dari sektor energi. (rel/dtc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/