30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Buwas: High Risk Crime, Tindakannya Harus Luar Biasa

Beky Subechi / Jawa Pos
Kepala BNN Budi Waseso (kiri) didampingi Direktur Jawa Pos Koran Leak Kustiya memberikan penjelasan tentang peredaran narkoba di Indonesia di sela rapat triwulan I 2017 di Hotel Hard Rock, Bali, Rabu (12/4).

KUTA, SUMUTPOS.CO – Badan Narkotika Nasional (BNN) mengajak semua pihak untuk bersinergi memerangi peredaran narkotika. Itu harus dilakukan karena peredaran narkotika sudah sampai pada tahapan yang sangat mengkhawatirkan. Tanpa dukungan semua pihak, BNN akan kesulitan menyelamatkan jutaan warga yang telah kecanduan.

Hal itu disampaikan Kepala BNN Budi Waseso dalam pemaparannya di sela-sela rapat evaluasi triwulan I 2017 Jawa Pos Group (JPG) di Hard Rock Hotel Bali, Rabu (12/4). Termasuk kelompok media seperti JPG, semua harus turut andil dalam upaya pemberantasan narkotika demi menghindarkan Indonesia dari lost generation akibat barang haram tersebut.

”Duduk di hadapan pemimpin Jawa Pos dan jajaran, saya serasa jadi presiden saja,” kata Buwas, sapaan Budi Waseso, disambut tepuk tangan pemimpin redaksi dan top management JPG. ”Betapa tidak, ini mewakili semua daerah di Indonesia,” lanjutnya.

Buwas menyebut, sinergi BNN dengan media sangat penting dalam upaya pemberantasan nakotika. Ekspos mengenai penindakan yang dilakukan bisa menimbulkan efek jera. Sementara, pemberitaan mengenai langkah-langkah pencegahan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana menghindari jeratan narkotika.

”Selama ini, pemberitaan media masih didominasi langkah-langkah penindakan. Bicara berapa kilo narkotika yang diamankan, dan berapa pengedar yang ditembak,” jelas Buwas. ”Padahal, pencegahan tidak kalah penting untuk mencegah masyarakat tidak terjebak dalam penggunaan barang haram itu,” lanjutnya.

Buwas memprediksi narkotika yang beredar di masyarakat beratnya sudah berton-ton. Demikian besar, karena Indonesia menjadi salah satu pasar utama peredaran internasional. Baik dari Eropa, India, Taiwan, Filipina, dan Tiongkok. Paling besar di antara importer narkotika itu adalah Tiongkok.

Indonesia menjadi sasaran empuk karena penduduk Indonesia sangat besar, 250 juta jiwa. Selain itu, masuknya narkotika ke tanah air relatif lebih mudah. Itu tidak lepas dari panjang pantai Indonesia yang begitu panjang. Sehingga pengawasan pelabuhan-pelabuhan tikus sangat sulit dilakukan.

”Teknologi scanner kita di pelabuhan-pelabuhan juga kurang canggih.   Sehingga narkotika dalam jumlah besar bisa disisipkan dalam mebel, tiang pancang, atau barang-barang proyek lain,” jelas jenderal bintang tiga tersebut.

Memiliki 173 media cetak, 43 media elektronik, dan 21 manufaktur, JPG menurut Buwas akan mengambil peranan penting dalam perang melawan narkotika. ”Di daerah peredaran narkotika juga canggih. Seperti di Gorotalo, dimana saya pernah jadi kapolda di sana. Sosialisasi akan bisa dilakukan dengan maksimal oleh media yang berbasis di sana seperti yang ada dalam jaringan Jawa Pos,” paparnya.

Beky Subechi / Jawa Pos
Kepala BNN Budi Waseso (kiri) didampingi Direktur Jawa Pos Koran Leak Kustiya memberikan penjelasan tentang peredaran narkoba di Indonesia di sela rapat triwulan I 2017 di Hotel Hard Rock, Bali, Rabu (12/4).

KUTA, SUMUTPOS.CO – Badan Narkotika Nasional (BNN) mengajak semua pihak untuk bersinergi memerangi peredaran narkotika. Itu harus dilakukan karena peredaran narkotika sudah sampai pada tahapan yang sangat mengkhawatirkan. Tanpa dukungan semua pihak, BNN akan kesulitan menyelamatkan jutaan warga yang telah kecanduan.

Hal itu disampaikan Kepala BNN Budi Waseso dalam pemaparannya di sela-sela rapat evaluasi triwulan I 2017 Jawa Pos Group (JPG) di Hard Rock Hotel Bali, Rabu (12/4). Termasuk kelompok media seperti JPG, semua harus turut andil dalam upaya pemberantasan narkotika demi menghindarkan Indonesia dari lost generation akibat barang haram tersebut.

”Duduk di hadapan pemimpin Jawa Pos dan jajaran, saya serasa jadi presiden saja,” kata Buwas, sapaan Budi Waseso, disambut tepuk tangan pemimpin redaksi dan top management JPG. ”Betapa tidak, ini mewakili semua daerah di Indonesia,” lanjutnya.

Buwas menyebut, sinergi BNN dengan media sangat penting dalam upaya pemberantasan nakotika. Ekspos mengenai penindakan yang dilakukan bisa menimbulkan efek jera. Sementara, pemberitaan mengenai langkah-langkah pencegahan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana menghindari jeratan narkotika.

”Selama ini, pemberitaan media masih didominasi langkah-langkah penindakan. Bicara berapa kilo narkotika yang diamankan, dan berapa pengedar yang ditembak,” jelas Buwas. ”Padahal, pencegahan tidak kalah penting untuk mencegah masyarakat tidak terjebak dalam penggunaan barang haram itu,” lanjutnya.

Buwas memprediksi narkotika yang beredar di masyarakat beratnya sudah berton-ton. Demikian besar, karena Indonesia menjadi salah satu pasar utama peredaran internasional. Baik dari Eropa, India, Taiwan, Filipina, dan Tiongkok. Paling besar di antara importer narkotika itu adalah Tiongkok.

Indonesia menjadi sasaran empuk karena penduduk Indonesia sangat besar, 250 juta jiwa. Selain itu, masuknya narkotika ke tanah air relatif lebih mudah. Itu tidak lepas dari panjang pantai Indonesia yang begitu panjang. Sehingga pengawasan pelabuhan-pelabuhan tikus sangat sulit dilakukan.

”Teknologi scanner kita di pelabuhan-pelabuhan juga kurang canggih.   Sehingga narkotika dalam jumlah besar bisa disisipkan dalam mebel, tiang pancang, atau barang-barang proyek lain,” jelas jenderal bintang tiga tersebut.

Memiliki 173 media cetak, 43 media elektronik, dan 21 manufaktur, JPG menurut Buwas akan mengambil peranan penting dalam perang melawan narkotika. ”Di daerah peredaran narkotika juga canggih. Seperti di Gorotalo, dimana saya pernah jadi kapolda di sana. Sosialisasi akan bisa dilakukan dengan maksimal oleh media yang berbasis di sana seperti yang ada dalam jaringan Jawa Pos,” paparnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/