28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pulang Lempar Jumrah, Jamaah Tersesat

Larangan waktu itu sudah disosialisasikan kepada seluruh petugas kloter. Termasuk kemarin, jamaah juga disarankan melempar jumrah setelah waktu larangan. Sebab, jamaah dari berbagai negara sudah berangkat ke Jamarat sejak dini hari.

Namun banyak jamaah yang memaksa memilih waktu pagi sebelum jam larangan. Akibatnya mereka bertemu dengan kepadatan jamaah dari negara lain, dan tersesat saat hendak kembali ke maktab masing-masing di Mina.

Kondisi itu juga dialami Muharis Muhrim Dukarim, Jamaah yang juga berusia 71 tahun itu mengaku berangkat dari Muzdalifah ke Mina pada pukul 02.00. Setelah melempar jumrah, dia berusaha menuju Masjidil Haram untuk melakukan thawaf Ifadah. Namun dia terpisah dari rombongan dan akhirnya diarahkan ke kantor KUH. ”Kalau berangkatnya gampang. Pulangnya saya terpisah dan bingung,” papar jamaah yang tergabung dengan kloter 2 embarkasi Lombok itu.

Kondisi lebih parah terjadi pada jamaah bernama Surateman. Sekitar pukul 10.00, jamah asal Kediri itu terbaring di bawah fly over yang jaraknya sekitar 500 meter dari terowongan King Fahad. ”Saya tidak kuat lagi jalan kaki. Naik ojek kursi roda malah diturunkan di sini,” ujar pria kelahiran 1950 itu.

Surateman mengaku sudah habis 400 riyal (Rp 1.400.000) untuk membayar ojek kursi roda yanh akan mengantarnya kembali ke Maktab. Lantaran lupa nomor maktabnya di Mina, pendorong kursi roda itu menurunkannya di kerumunan jamaah dari berbagai yang sedang beristirahat di bawah fly over. Surateman akhirnya diantar seorang mukimin menuju kantor KUH.

Hingga kemarin siang Waktu Arab Saudi, jamaah yang ”terdampar” di KUH Daker Makkah sekitar 25 orang. Mereka beristirahat di karpet-karpaet yang sengaja digelar petugas untuk jamaah beristirahat. Kepada para jamaah yang rata-rata sudah berusia lanjut itu, Khoirizi meminta agar tidak memaksakan diri melempar jumrah sendiri. Apalagi jika berangkatnya sudah terlalu mepet dengan jam larangan. ”Kalau tidak mampu, lebih baik diwakilkan. Ini demi keselamatan bapak-bapak dan ibu-ibu,” ujarnya. (fat/jpg/ril)

Larangan waktu itu sudah disosialisasikan kepada seluruh petugas kloter. Termasuk kemarin, jamaah juga disarankan melempar jumrah setelah waktu larangan. Sebab, jamaah dari berbagai negara sudah berangkat ke Jamarat sejak dini hari.

Namun banyak jamaah yang memaksa memilih waktu pagi sebelum jam larangan. Akibatnya mereka bertemu dengan kepadatan jamaah dari negara lain, dan tersesat saat hendak kembali ke maktab masing-masing di Mina.

Kondisi itu juga dialami Muharis Muhrim Dukarim, Jamaah yang juga berusia 71 tahun itu mengaku berangkat dari Muzdalifah ke Mina pada pukul 02.00. Setelah melempar jumrah, dia berusaha menuju Masjidil Haram untuk melakukan thawaf Ifadah. Namun dia terpisah dari rombongan dan akhirnya diarahkan ke kantor KUH. ”Kalau berangkatnya gampang. Pulangnya saya terpisah dan bingung,” papar jamaah yang tergabung dengan kloter 2 embarkasi Lombok itu.

Kondisi lebih parah terjadi pada jamaah bernama Surateman. Sekitar pukul 10.00, jamah asal Kediri itu terbaring di bawah fly over yang jaraknya sekitar 500 meter dari terowongan King Fahad. ”Saya tidak kuat lagi jalan kaki. Naik ojek kursi roda malah diturunkan di sini,” ujar pria kelahiran 1950 itu.

Surateman mengaku sudah habis 400 riyal (Rp 1.400.000) untuk membayar ojek kursi roda yanh akan mengantarnya kembali ke Maktab. Lantaran lupa nomor maktabnya di Mina, pendorong kursi roda itu menurunkannya di kerumunan jamaah dari berbagai yang sedang beristirahat di bawah fly over. Surateman akhirnya diantar seorang mukimin menuju kantor KUH.

Hingga kemarin siang Waktu Arab Saudi, jamaah yang ”terdampar” di KUH Daker Makkah sekitar 25 orang. Mereka beristirahat di karpet-karpaet yang sengaja digelar petugas untuk jamaah beristirahat. Kepada para jamaah yang rata-rata sudah berusia lanjut itu, Khoirizi meminta agar tidak memaksakan diri melempar jumrah sendiri. Apalagi jika berangkatnya sudah terlalu mepet dengan jam larangan. ”Kalau tidak mampu, lebih baik diwakilkan. Ini demi keselamatan bapak-bapak dan ibu-ibu,” ujarnya. (fat/jpg/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/