SUMUTPOS.CO – Menteri Kelautan & Perikanan Susi Pudjiastuti akhir pekan lalu dianugerahi gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi Sepuluh November ITS. Meski tidak menyelesaikan pendidikan formal, keberanian dan inovasi bagi pembangunan maritim Indonesia dinilai sangat luar biasa.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hari Jumat (10/11) menerima gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang keilmuan Manajemen dan Konservasi Sumber Daya Kelautan, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Pemberian gelar kehormatan oleh Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS ini dilakukan, setelah melalui proses evaluasi dan kajian atas rekam jejak sosok kelahiran Pangandaran itu sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Rektor ITS Joni Hermana mengatakan, sosok Susi Pudjiastuti mampu membawa perubahan yang signifikan atas pembangunan sektor kelautan Indonesia, terutama dalam hal konservasi dan pemberdayaan sumber daya laut yang berkelanjutan.
“Saya kira dalam posisi sekarang, kita butuh orang yang mampu melakukan perubahan terhadap pembangunan bangsa, dan bu Susi telah menunjukkan kiprah yang sangat baik dan signifikan, itu dari segi kiprahnya. Tapi di sisi lain kami juga melihat bahwa ada unsur penanganan laut tidak hanya dilihat dari aspek teknisnya saja, tetapi juga secara berkesinambungan, itu yang paling penting,” paparnya.
Keberhasilan kinerja Susi Pudjiastuti itu antara lain ditandai dengan penerapan moratorium penangkapan ikan oleh kapal-kapal asing, yang disertai penegakan hukum dalam bentuk peledakan dan penenggelaman kapal-kapal asing yang terbukti melanggar aturan hukum Indonesia. Juga beberapa kebijakan yang dinilai kontroversial tetapi terbukti efektif, antara lain kebijakan melarang penangkapan lobster/kepiting dan rajungan, kebijakan yang melarang penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik, dan beberapa kebijakan lain.
Menurut Raja Oloan Saut Gurning, dosen Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Susi Pudjiastuti merupakan sosok yang lahir dan dibesarkan di lingkungan dunia maritim, yang akhirnya mendorongnya menjadi pengusaha bidang perikanan. Meski tidak menyelesaikan pendidikan formal, perempuan kelahiran 15 Januari 1965 ini memiliki pemahaman luas tentang konsep mengelola laut Indonesia ke depan, yang bahkan telah diakui oleh dunia internasional.
Ia mengatakan “Kami sudah pernah ke sana, ke Pangandaran, saya lihat ibu memang sosok yang unik, memang dibesarkan oleh lingkungan laut, dan memang memiliki pemikiran-pemikiran yang sangat dalam terhadap laut, dekat dengan laut. Memahami sekali sehingga beliau mencintai tidak hanya dari kegiatan operasi maupun komersialnya, tapi beliau juga memikirkan itu menjadi sebuah cara pandang yang lebih berkelanjutan, cara pandang yang lebih jauh melihat kondisi laut nasional.”