31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Orang Ini Disebut Rasulnya Gafatar

Ahmad Musadeq, rosulnya Gafatar.
Ahmad Musadeq, rosulnya Gafatar.

SUMUTPOS.CO – Beberapa aksi sosial sempat digalakkan kelompok Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Mulai donor darah hingga aksi peduli lingkungan dengan membersihkan sungai. Namun ternyata belakangan Gafatar diduga terkait dengan hilangnya beberapa orang karena direkrut organisasi ini.

Tak hanya itu, Gafatar juga dituding sebagai kelompok dengan ajaran agama yang menyimpang. Bahkan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah menetapkan Gafatar sebagai organisasi terlarang dan berkoordinasi dengan kepolisian daerah untuk memantau aktivitas anggota-anggotanya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan bahwa kelompok Gafatar berbahaya. Meski belum ditemukan adanya deteksi ancaman teror dari kelompok tersebut, Anton menyatakan bahwa Gafatar berbahaya karena menyebarluaskan ideologi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

“Gerakan mengatasnamakan agama, tetapi tidak sesuai dengan agama itu berbahaya. Bukan menyerang fisik, tetapi ideologi. Mereka (Gafatar) mengaku Islam, tapi tidak salat, puasa, tidak naik haji, bahaya dari sisi ideologis,” terang Anton di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Luqman Muallim mengungkapkan bahwa pikirannya kini benar-benar kalut lantaran dua saudara kandungnya, AR dan SU, bergabung dengan Gafatar. Menurut Luqman, keduanya kini menetap di Pontianak, Kalimantan Barat. Beberapa aksi sosial sempat digalakkan Gafatar. Mulai donor darah hingga aksi peduli lingkungan dengan membersihkan sungai. “Tapi, itu cuma kedok. Diam-diam mereka buat aliran sendiri,” paparnya.

Dua saudara kandung Luqman itu menjauhi ajaran agama. Mereka tidak menjalankan salat dan menganggap rasulnya adalah Ahmad Musadeq, eks pimpinan Al Qiyadah Al Islamiyah. Kalimat syahadat pun diganti. Tak cukup sampai di situ, di dalam keluarga, keduanya acuh tak acuh. Bahkan, Luqman pun tidak dianggap sebagai saudara. Selama ini AR dan SU berusaha mengajak anggota keluarga lainnya. Namun, usaha mereka terus gagal. “Kami sering eyel-eyelan masalah agama,” ucap dia.

Luqman menambahkan, anggota Gafatar terlihat seperti hidup sendiri. Mereka antipati dengan masyarakat lain. Orang yang bukan anggota Gafatar tidak dianggap saudara. Bahkan, saat ibunya meninggal, mereka tidak peduli. AR dan SU menganggap orang tuanya bukan bagian dari mereka. Seperti diketahui, Ahmad Musadeq adalah pendiri dari Al Qiyadah Al Islamiyah. Menurut berbagai sumber, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah sebuah aliran kepercayaan di Indonesia yang melakukan sinkretisme ajaran dari Alquran, Alkitab Injil dan Yahudi, juga wahyu yang diakui turun kepada pemimpinnya.

Musadeq sendiri menyatakan dirinya sebagai nabi atau mesias. Menurut Musadeq, wahyu yang diterimanya bukan berupa kitab tapi pemahaman yang benar dan aplikatif mengenai ayat-ayat Alquran yang menurut pendapatnya telah disimpangkan sepanjang sejarah. Gerakan ini sempat disorot secara besar-besaran pada akhir tahun 2006 yang kemudian mengakibatkan keluarnya stempel sesat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 4 Oktober 2007. (jpnn/deo)

Ahmad Musadeq, rosulnya Gafatar.
Ahmad Musadeq, rosulnya Gafatar.

SUMUTPOS.CO – Beberapa aksi sosial sempat digalakkan kelompok Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Mulai donor darah hingga aksi peduli lingkungan dengan membersihkan sungai. Namun ternyata belakangan Gafatar diduga terkait dengan hilangnya beberapa orang karena direkrut organisasi ini.

Tak hanya itu, Gafatar juga dituding sebagai kelompok dengan ajaran agama yang menyimpang. Bahkan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah menetapkan Gafatar sebagai organisasi terlarang dan berkoordinasi dengan kepolisian daerah untuk memantau aktivitas anggota-anggotanya.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan bahwa kelompok Gafatar berbahaya. Meski belum ditemukan adanya deteksi ancaman teror dari kelompok tersebut, Anton menyatakan bahwa Gafatar berbahaya karena menyebarluaskan ideologi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

“Gerakan mengatasnamakan agama, tetapi tidak sesuai dengan agama itu berbahaya. Bukan menyerang fisik, tetapi ideologi. Mereka (Gafatar) mengaku Islam, tapi tidak salat, puasa, tidak naik haji, bahaya dari sisi ideologis,” terang Anton di Mabes Polri, Jakarta, kemarin.

Luqman Muallim mengungkapkan bahwa pikirannya kini benar-benar kalut lantaran dua saudara kandungnya, AR dan SU, bergabung dengan Gafatar. Menurut Luqman, keduanya kini menetap di Pontianak, Kalimantan Barat. Beberapa aksi sosial sempat digalakkan Gafatar. Mulai donor darah hingga aksi peduli lingkungan dengan membersihkan sungai. “Tapi, itu cuma kedok. Diam-diam mereka buat aliran sendiri,” paparnya.

Dua saudara kandung Luqman itu menjauhi ajaran agama. Mereka tidak menjalankan salat dan menganggap rasulnya adalah Ahmad Musadeq, eks pimpinan Al Qiyadah Al Islamiyah. Kalimat syahadat pun diganti. Tak cukup sampai di situ, di dalam keluarga, keduanya acuh tak acuh. Bahkan, Luqman pun tidak dianggap sebagai saudara. Selama ini AR dan SU berusaha mengajak anggota keluarga lainnya. Namun, usaha mereka terus gagal. “Kami sering eyel-eyelan masalah agama,” ucap dia.

Luqman menambahkan, anggota Gafatar terlihat seperti hidup sendiri. Mereka antipati dengan masyarakat lain. Orang yang bukan anggota Gafatar tidak dianggap saudara. Bahkan, saat ibunya meninggal, mereka tidak peduli. AR dan SU menganggap orang tuanya bukan bagian dari mereka. Seperti diketahui, Ahmad Musadeq adalah pendiri dari Al Qiyadah Al Islamiyah. Menurut berbagai sumber, Al Qiyadah Al Islamiyah adalah sebuah aliran kepercayaan di Indonesia yang melakukan sinkretisme ajaran dari Alquran, Alkitab Injil dan Yahudi, juga wahyu yang diakui turun kepada pemimpinnya.

Musadeq sendiri menyatakan dirinya sebagai nabi atau mesias. Menurut Musadeq, wahyu yang diterimanya bukan berupa kitab tapi pemahaman yang benar dan aplikatif mengenai ayat-ayat Alquran yang menurut pendapatnya telah disimpangkan sepanjang sejarah. Gerakan ini sempat disorot secara besar-besaran pada akhir tahun 2006 yang kemudian mengakibatkan keluarnya stempel sesat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 4 Oktober 2007. (jpnn/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/