25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Stok Vaksin & Target Tidak Seimbang

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kelambanan vaksinasi Covid-19 di Indonesia terjadi karena minimnya produksi vaksin. Stok vaksin dan target yang harus divaksin tidak seimbang. Indonesia harus mevaksinasi 181,5 juta orang dari 270 juta jumlah penduduk Indonesia untuk memenuhi herd immunity atau kekebalan kelompok. Sehingga dibutuhkan setidaknya 420 juta dosis vaksin Covid-19.

VAKSIN: Vaksin Covid-19 jenis Sinovac-Ilustrasi. Vaksin ini mesti cepat dihabiskan, karena ada masa kedaluwarsanya.

“MASALAH kita di keberadaan vaksin. Jadi vaksin sangat terbatas, kita beruntung dapat. Rencana kami 426 juta dan jadwal Januari-Juni hanya bisa dapat sekitar 80 jutaan. Hanya 40 juta rakyat bisa kita vaksin dari 181,5 juta, karena vaksinnya cuma ada segitu,” ucap Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, di acara webinar bertajuk Aku Siap Divaksin yang digelar KAGAMA, Minggu (14/3).

Sesuai permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata dia, vaksinasi tersebut harus selesai dalam waktu 15 bulan. “Kenapa belum selesai seusai keinginan Presiden? Masalahnya bukan karena kemampuan vaksinasi, tapi di produksi vaksinnya,” ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah terus berusaha untuk mempercepat proses vaksinasi sesuai arahan Presiden. Saat ini keberadaan vaksin Covid-19 menjadi rebutan seluruh negara di dunia. Bahkan dari 100 negara, baru 60 negara saja yang berhasil mendapatkannya. “Banyak negara belum dapat, kita beruntung sudah dapat. Malaysia gimana tidak tahu, Filipina sama Thailand baru mau mulai tidak jadi. Australia dan Jepang baru mulai,” kata dia.

Ia mengatakan, total penduduk dunia sekarang sebanyak 7,8 miliar. Apabila 72 persen penduduk dunia yang divaksinasi, maka dibutuhkan 11 miliar dosis untuk dua kali vaksinasi. Di mana, satu orang harus mendapat dua dosis vaksin, ditambah cadangan 15 persen stok vaksin.

Sementara, kata dia, kapasitas produksi vaksin diperkirakan hanya mampu menghasilkan 3 miliar dosis saja. “Enggak bakal tercapai. Negara maju ijon semua vaksinnya, negara miskin enggak dapat. Padahal kayak Indonesia matinya 300 sehari. Kalau nunggu sebulan itu 9.000 rakyat kita harus mati gara-gara nunggu vaksin. Setahun 108.000,” kata Budi.

Ia pun mengatakan upaya negara-negara saat ini untuk mengamankan stok vaksin menjadi problem politik tersendiri.

Pada Januari-Februari, Indonesia hanya mendapatkan 3 juta dosis vaksin Covid-19 dan disuntikkan ke tenaga kesehatan dan kelompok prioritas lain seperti lansia. Oleh karena itu, kapasitas penyuntikan vaksinnya pun disesuaikan dengan ketersediaan vaksin yang ada. “Indonesia beruntung bisa dapat, beruntung sekali. Tapi dapatnya itu bertahap dan sangat tidak seimbang,” kata dia.

Budi mengatakan, terbatasnya vaksin Covid-19 di Tanah Air harus dihadapi dengan sabar. Sebab ketersediaan vaksin Covid-19 di Indonesia menjadi kendala dan tidak seimbang dengan target masyarakat yang akan divaksin.

“Saya minta sabar sampai Juni, kita cuma dapat 24 persen. Mesti ada prioritas di semester pertama. Semester 2 akan ada akselerasi dan kita harus benar-benar keroyokan,” kata Budi.

Pada semester 2 nanti, pihaknya menargetkan harus bisa dilakukan vaksinasi sebanyak 1,5 juta dosis dalam sehari.

Sebab di semester pertama ini, kata dia, maksimal pemerintah hanya mampu memvaksin maksimal 500.000 dosis sehari. Hal itu pula yang membuat pemerintah memberikan vaksinasi kepada masyarakat dengan membuat skala prioritas berbasis risiko.

Tahap pertama adalah dengan memberikan vaksin terhadap 1,5 juta tenaga kesehatan dan kelompok lanjut usia (lansia) yang jumlahnya mencapai 21,6 juta orang. “Jadi saya imbau, karena vaksin sedikit kita sabar,” ucap dia.

Vaksin Sinovac Kedaluwarsa 25 Maret

Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memberikan penjelasan perihal vaksin Sinovac yang disebut akan kedaluwarsa pada 25 Maret 2021. Menurut Nadia, informasi itu merujuk kepada vaksin Sinovac pengadaan batch pertama.

“Mengenai kedaluwarsa vaksin Sinovac, kami sampaikan bahwa yang akan kedaluwarsa merupakan vaksin CoronaVac (produksi Sinovac) batch pertama, yakni sejumlah 1,2 juta dosis dan 1,8 juta dosis,” ujar Nadia melalui keterangan video, Sabtu malam (13/3).

“Vaksin ini telah kita gunakan untuk diberikan kepada 1,45 juta tenaga kesehatan dan 50.000 orang pemberi pelayanan publik. Saat ini, vaksin ini sudah habis kita gunakan,” jelasnya.

Dia pun mengungkapkan, vaksin yang akan kedaluwarsa itu merupakan vaksin CoronaVac berbentuk botol kecil atau vial yang berisi satu dosis. Atau untuk satu kali penyuntikan.

Sementara itu, Nadia menyebut vaksin Sinovac saat ini digunakan untuk vaksinasi lansia dan pemberi pelayanan publik lainnya adalah menggunakan kemasan botol besar. “Menggunakan kemasan botol besar atau vial yang berisikan 10 dosis atau dapat diberikan kepada 10 orang sasaran vaksinasi,” tambahnya.

Terpisah, Ketua Tim Uji Klinis Nasional Vaksin Covid-19 Kusnandi Rusmil mengatakan, vaksin Covid-19 asal Sinovac, China, memiliki masa kedaluwarsa dua tahun. Oleh karenanya, kata Kusnandi, vaksin Covid-19 yang saat ini siap suntik harus segera dihabiskan. “Vaksin ini secepat-cepatnya dipakai karena udah hampir 2 tahun. Jadi dipakai dulu sekarang ini, yang baru nanti dibikin lagi,” kata Kusnandi dalam diskusi secara virtual bertajuk “Memahami Covid-19 dan Mutasi Virus”, Sabtu (13/3).

Lebih lanjut, Kusnandi memastikan, vaksin Covid-19 yang ada masih bisa melawan mutasi virus corona B.1.1.7 asal Inggris sehingga produsen belum perlu mengganti vaksin yang sedang dikembangkan. “Kalau (mutasi virus Corona) berubah kita harus cari vaksin yang baru, karena mutasinya berbeda, tapi setahun ini kita belum perlu ganti vaksin Covid-19, dia masih bisa,” pungkasnya.

Sebelumnya, PT Bio Farma (Persero) menyatakan ada perubahan masa kedaluwarsa vaksin corona Sinovac untuk batch 1. Masa kedaluwarsa di kemasan Sinovac tercatat sampai 2023, tetapi dipercepat menjadi Maret 2021.

“Iya itu expired date dari manufacture. Dalam izin masa penggunaan darurat (EUA), expired date sesuai dengan yang dikeluarkan dan disetujui oleh BPOM,” ungkap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Bio Farma Bambang Heriyanto, Rabu (10/3).

Bambang menyatakan seluruh vaksin batch 1 yang masa kedaluwarsanya akan habis pada 25 Maret 2021 sudah didistribusikan awal Januari 2021 lalu. Menurutnya, vaksin yang sudah didistribusikan akan segera digunakan untuk proses vaksinasi covid-19.

“Kan vaksin yang sudah didistribusikan tentu tidak disimpan saja sampai kedaluwarsa, tapi dipakai,” imbuh Bambang.

Ia memprediksi seluruh vaksin covid-19 yang telah didistribusikan sejak Januari 2021 sudah habis dipakai. Bio Farma saat ini sudah tak menyimpan pasokan vaksin batch 1. “Tentu sebelum kadaluwarsa, vaksinnya sudah habis disuntikan,” katanya. (cnn/kps/net)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kelambanan vaksinasi Covid-19 di Indonesia terjadi karena minimnya produksi vaksin. Stok vaksin dan target yang harus divaksin tidak seimbang. Indonesia harus mevaksinasi 181,5 juta orang dari 270 juta jumlah penduduk Indonesia untuk memenuhi herd immunity atau kekebalan kelompok. Sehingga dibutuhkan setidaknya 420 juta dosis vaksin Covid-19.

VAKSIN: Vaksin Covid-19 jenis Sinovac-Ilustrasi. Vaksin ini mesti cepat dihabiskan, karena ada masa kedaluwarsanya.

“MASALAH kita di keberadaan vaksin. Jadi vaksin sangat terbatas, kita beruntung dapat. Rencana kami 426 juta dan jadwal Januari-Juni hanya bisa dapat sekitar 80 jutaan. Hanya 40 juta rakyat bisa kita vaksin dari 181,5 juta, karena vaksinnya cuma ada segitu,” ucap Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, di acara webinar bertajuk Aku Siap Divaksin yang digelar KAGAMA, Minggu (14/3).

Sesuai permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata dia, vaksinasi tersebut harus selesai dalam waktu 15 bulan. “Kenapa belum selesai seusai keinginan Presiden? Masalahnya bukan karena kemampuan vaksinasi, tapi di produksi vaksinnya,” ujarnya.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah terus berusaha untuk mempercepat proses vaksinasi sesuai arahan Presiden. Saat ini keberadaan vaksin Covid-19 menjadi rebutan seluruh negara di dunia. Bahkan dari 100 negara, baru 60 negara saja yang berhasil mendapatkannya. “Banyak negara belum dapat, kita beruntung sudah dapat. Malaysia gimana tidak tahu, Filipina sama Thailand baru mau mulai tidak jadi. Australia dan Jepang baru mulai,” kata dia.

Ia mengatakan, total penduduk dunia sekarang sebanyak 7,8 miliar. Apabila 72 persen penduduk dunia yang divaksinasi, maka dibutuhkan 11 miliar dosis untuk dua kali vaksinasi. Di mana, satu orang harus mendapat dua dosis vaksin, ditambah cadangan 15 persen stok vaksin.

Sementara, kata dia, kapasitas produksi vaksin diperkirakan hanya mampu menghasilkan 3 miliar dosis saja. “Enggak bakal tercapai. Negara maju ijon semua vaksinnya, negara miskin enggak dapat. Padahal kayak Indonesia matinya 300 sehari. Kalau nunggu sebulan itu 9.000 rakyat kita harus mati gara-gara nunggu vaksin. Setahun 108.000,” kata Budi.

Ia pun mengatakan upaya negara-negara saat ini untuk mengamankan stok vaksin menjadi problem politik tersendiri.

Pada Januari-Februari, Indonesia hanya mendapatkan 3 juta dosis vaksin Covid-19 dan disuntikkan ke tenaga kesehatan dan kelompok prioritas lain seperti lansia. Oleh karena itu, kapasitas penyuntikan vaksinnya pun disesuaikan dengan ketersediaan vaksin yang ada. “Indonesia beruntung bisa dapat, beruntung sekali. Tapi dapatnya itu bertahap dan sangat tidak seimbang,” kata dia.

Budi mengatakan, terbatasnya vaksin Covid-19 di Tanah Air harus dihadapi dengan sabar. Sebab ketersediaan vaksin Covid-19 di Indonesia menjadi kendala dan tidak seimbang dengan target masyarakat yang akan divaksin.

“Saya minta sabar sampai Juni, kita cuma dapat 24 persen. Mesti ada prioritas di semester pertama. Semester 2 akan ada akselerasi dan kita harus benar-benar keroyokan,” kata Budi.

Pada semester 2 nanti, pihaknya menargetkan harus bisa dilakukan vaksinasi sebanyak 1,5 juta dosis dalam sehari.

Sebab di semester pertama ini, kata dia, maksimal pemerintah hanya mampu memvaksin maksimal 500.000 dosis sehari. Hal itu pula yang membuat pemerintah memberikan vaksinasi kepada masyarakat dengan membuat skala prioritas berbasis risiko.

Tahap pertama adalah dengan memberikan vaksin terhadap 1,5 juta tenaga kesehatan dan kelompok lanjut usia (lansia) yang jumlahnya mencapai 21,6 juta orang. “Jadi saya imbau, karena vaksin sedikit kita sabar,” ucap dia.

Vaksin Sinovac Kedaluwarsa 25 Maret

Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi memberikan penjelasan perihal vaksin Sinovac yang disebut akan kedaluwarsa pada 25 Maret 2021. Menurut Nadia, informasi itu merujuk kepada vaksin Sinovac pengadaan batch pertama.

“Mengenai kedaluwarsa vaksin Sinovac, kami sampaikan bahwa yang akan kedaluwarsa merupakan vaksin CoronaVac (produksi Sinovac) batch pertama, yakni sejumlah 1,2 juta dosis dan 1,8 juta dosis,” ujar Nadia melalui keterangan video, Sabtu malam (13/3).

“Vaksin ini telah kita gunakan untuk diberikan kepada 1,45 juta tenaga kesehatan dan 50.000 orang pemberi pelayanan publik. Saat ini, vaksin ini sudah habis kita gunakan,” jelasnya.

Dia pun mengungkapkan, vaksin yang akan kedaluwarsa itu merupakan vaksin CoronaVac berbentuk botol kecil atau vial yang berisi satu dosis. Atau untuk satu kali penyuntikan.

Sementara itu, Nadia menyebut vaksin Sinovac saat ini digunakan untuk vaksinasi lansia dan pemberi pelayanan publik lainnya adalah menggunakan kemasan botol besar. “Menggunakan kemasan botol besar atau vial yang berisikan 10 dosis atau dapat diberikan kepada 10 orang sasaran vaksinasi,” tambahnya.

Terpisah, Ketua Tim Uji Klinis Nasional Vaksin Covid-19 Kusnandi Rusmil mengatakan, vaksin Covid-19 asal Sinovac, China, memiliki masa kedaluwarsa dua tahun. Oleh karenanya, kata Kusnandi, vaksin Covid-19 yang saat ini siap suntik harus segera dihabiskan. “Vaksin ini secepat-cepatnya dipakai karena udah hampir 2 tahun. Jadi dipakai dulu sekarang ini, yang baru nanti dibikin lagi,” kata Kusnandi dalam diskusi secara virtual bertajuk “Memahami Covid-19 dan Mutasi Virus”, Sabtu (13/3).

Lebih lanjut, Kusnandi memastikan, vaksin Covid-19 yang ada masih bisa melawan mutasi virus corona B.1.1.7 asal Inggris sehingga produsen belum perlu mengganti vaksin yang sedang dikembangkan. “Kalau (mutasi virus Corona) berubah kita harus cari vaksin yang baru, karena mutasinya berbeda, tapi setahun ini kita belum perlu ganti vaksin Covid-19, dia masih bisa,” pungkasnya.

Sebelumnya, PT Bio Farma (Persero) menyatakan ada perubahan masa kedaluwarsa vaksin corona Sinovac untuk batch 1. Masa kedaluwarsa di kemasan Sinovac tercatat sampai 2023, tetapi dipercepat menjadi Maret 2021.

“Iya itu expired date dari manufacture. Dalam izin masa penggunaan darurat (EUA), expired date sesuai dengan yang dikeluarkan dan disetujui oleh BPOM,” ungkap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Bio Farma Bambang Heriyanto, Rabu (10/3).

Bambang menyatakan seluruh vaksin batch 1 yang masa kedaluwarsanya akan habis pada 25 Maret 2021 sudah didistribusikan awal Januari 2021 lalu. Menurutnya, vaksin yang sudah didistribusikan akan segera digunakan untuk proses vaksinasi covid-19.

“Kan vaksin yang sudah didistribusikan tentu tidak disimpan saja sampai kedaluwarsa, tapi dipakai,” imbuh Bambang.

Ia memprediksi seluruh vaksin covid-19 yang telah didistribusikan sejak Januari 2021 sudah habis dipakai. Bio Farma saat ini sudah tak menyimpan pasokan vaksin batch 1. “Tentu sebelum kadaluwarsa, vaksinnya sudah habis disuntikan,” katanya. (cnn/kps/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/