26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

PTM Dominasi Picu Lonjakan Kasus Covid-19, Menkes Bakal Temui Nadiem

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini didominasi kegiatan pembelajaran tatap muka atau PTM. Pihaknya akan bertemu dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, untuk melakukan konsolidasi.

TEMU PERS: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas di Jakarta, beberapa waktu lalu.HUMAS SETKAB.

“Saya dengan Pak Nadiem akan segera melakukan konsolidasi minggu ini, bagaimana kita melakukan surveilans yang aktif dan proaktif,” kata Menkes dalam konferensi pers PPKM, Senin (15/11).

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 126 kabupaten/kota yang kembali mengalami peningkatan kasus Covid-19, selain PTM, kenaikan kasus juga disebabkan oleh takziah. “Minggu lalu kami mengidentifikasi 126 kabupaten/kota yang naik kasusnya, beberapa di antaranya ada yang sudah 3 minggu berturut-turut naik,” jelas Menkes.

“Sehingga kita melakukan pendalaman dan sebagian besar kenaikannya disebabkan karena kasus positif sekolah dan takziah,” sambungnya.

Sebagaimana arahan dari Presiden, Menkes berencana memperketat skrining dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Hal tersebut dilakukan untuk menekan penyebaran kasus Covid-19 yang masih terus meningkat hingga kini.

Menkes juga mengingatkan potensi risiko lonjakan kasus Covid-19 jelang libur Natal dan Tahun Baru. “Kasus sudah menurun tapi kita harus ekstra waspada terutama menghadapi Nataru. Jangan sampai terjadi lonjakan berikutnya,” ucap Menkes.

Menkes juga meminta seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang secara bersama, bahu membahu dan bergotong royong dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. Sehingga masyarakat Indonesia dapat kembali beraktivitas dan produktif sehingga Indonesia kembali sehat dan kembali tumbuh.

Berbagai upaya kesehatan terus dilakukan dalam bentuk preventif, deteksi, dan responsif dengan harapan jumlah kasus menurun dan kesembuhan meningkat serta kematian dapat dicegah. “Alhamdulillah saat ini Indonesia sudah bisa mengendalikan pandemi saat ini. Ini tidak mungkin terjadi tanpa dukungan, tanpa kerja keras dari seluruh insan kesehatan yang ada di seluruh pelosok-pelosok Indonesia,” kata Budi.

Capaian penurunan kasus Covid-19, lanjut Budi, haruslah disikapi dengan bijak. Kewaspadaan diri harus ditingkatkan guna mencegah lonjakan kasus yang tinggi. Sebab, potensi peningkatan lonjakan kasus Covid-19 atau gelombang baru Covid-19 dapat terjadi bukan hanya dari virus Covid-19 yang bermutasi, melainkan faktor-faktor lain yang dapat menstimulasi persebaran penyakit perilaku masyarakat, lingkungan, pelayanan kesehatan dan cakupan vaksinasi Covid-19 termasuk potensi lonjakan kasus pada hari-hari besar keagamaan seperti libur Nataru dan Idul Fitri.

“Protokol kesehatan harus terus kita jalankan, kemudian surveilans terus disiplin kita lakukan dan vaksinasi adalah langkah-langkah yang tidak boleh berhenti agar seluruh masyarakat secara konsisten disiplin melakukannya. Tiga langkah ini sangat diperlukan agar kita bisa melampaui potensi lonjakan di liburan Natal dan Tahun Baru serta lebaran nantinya,” terangnya.

Meski dihadapkan pada prioritas penanganan Covid-19, pada saat yang sama pemerintah juga terus melakukan upaya penanganan masalah kesehatan lainnya yang merupakan program prioritas nasional seperti penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), menurunkan angka stunting pada balita, memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta meningkatkan kemandirian penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

Momentum pandemi juga dimanfaatkan pemerintah untuk terus berbenah, melakukan perubahan pada sistem kesehatan di Tanah Air. Kemenkes saat ini tengah bersiap melakukan transformasi sistem kesehatan yang berfokus pada 6 bidang untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, mandiri, produktif dan berkeadilan sekaligus bentuk kesiapan pemerintah dalam menghadapi masalah kesehatan di masa yang akan datang.

“Indonesia sebagai presiden G-20 sekarang akan menunjukkan bahwa kita mampu memulai transformasi sistem kesehatan di Indonesia dan juga akan menunjukkan bahwa perubahan sistem kesehatan global juga harus dilakukan, untuk memastikan anak kita, cucu kita akan jauh kebih siap dibandingkan kita bila ada pandemi berikutnya,” papar Budi.

Adapun fokus enam pilar transformasi kesehatan yakni transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan dan transfromasi teknologi kesehatan.

Implementasi keenam pilar transformasi sistem kesehatan tersebut diharapkan bisa menyempurnakan sistem kesehatan Indonesia dan juga dunia yakni sistem kesehatan yang tangguh terhadap bencana kesehatan termasuk pandemi.

“Terima kasih kepada seluruh insan kesehatan di seluruh pelosok Indonesia, dan mari kita bersama-sama menunjukkan ke dunia bahwa Indonesia mampu mengatasi pandemi ini dan Indonesia akan menjadi pemimpin yang memulai transformasi arsitektur sistem kesehatan dunia,” pungkasnya.

Vaksinasi Lewati Target WHO

Sementara, dalam capaian target vaksinasi Covid-19, Indonesia telah melewati target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di mana WHO menargetkan setiap negara untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasinya pada akhir september 2021. Sekurangnya 40 persen pada akhir 2021 ini dan 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022.

Hingga Minggu (14/11) pukul 18.00 WIB, sekitar 215,6 juta dosis vaksin telah diberikan kepada sekitar 130,3 juta orang dari sasaran 208,2 juta orang. Atau sekitar 62,5 persen dari sasaran telah mendapatkan dosis pertama.

Sementara itu, lebih dari 84,1 juta dari sasaran di atas atau sekitar 40,4 persen sudah mendapatkan dosis kedua. Untuk vaksinasi ketiga atau booster bagi tenaga kesehatan sudah diberikan sebanyak 1,19 juta atau sekitar 81 persen.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, dengan demikian Indonesia telah melampaui target WHO tersebut, yakni mampu memberikan vaksinasi lengkap setidaknya 40 persen populasi pada akhir tahun 2021. “Indonesia berhasil mencapainya lebih cepat dari target WHO tersebut,” kata Nadia dalam keterangannya, Senin (15/11).

Sehingga, per Minggu (14/11), 84,1 juta atau 40,4 persen populasi masyarakat Indonesia telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis kedua atau lengkap. Pencapaian ini merupakan kerja keras seluruh komponen bangsa sebagai penyelenggara vaksinasi dan juga partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia yang bersedia untuk divaksinasi.

Stok vaksin Covid-19 di Indonesia per Sabtu (13/11) sebanyak 342,5 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi dan bulk. Terakhir Indonesia menerima 4 juta dosis vaksin Sinovac pada Sabtu (13/11).

Masyarakat diimbau tidak perlu ragu dengan vaksin yang ada. Tidak perlu memilih merk vaksin, gunakan vaksin yang tersedia terlebih dulu saat ini. Pemerintah menjamin vaksin yang diberikan kepada masyarakat aman, bermutu, dan berkhasiat.

Vaksin membuat tubuh relatif lebih tahan serangan virus, bisa menghindarkan dari gejala, perawatan di rumah sakit dan mengurangi risiko kematian. “Akan tetapi tidak menjadikan seseorang kebal 100 persen terhadap infeksi virus, sehingga masih dapat tetap tertular dan menularkan. Bagi yang sudah divaksin agar tetap menjalankan protokol kesehatan 5M,” pungkas Nadia. (dtc/jpc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini didominasi kegiatan pembelajaran tatap muka atau PTM. Pihaknya akan bertemu dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, untuk melakukan konsolidasi.

TEMU PERS: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas di Jakarta, beberapa waktu lalu.HUMAS SETKAB.

“Saya dengan Pak Nadiem akan segera melakukan konsolidasi minggu ini, bagaimana kita melakukan surveilans yang aktif dan proaktif,” kata Menkes dalam konferensi pers PPKM, Senin (15/11).

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 126 kabupaten/kota yang kembali mengalami peningkatan kasus Covid-19, selain PTM, kenaikan kasus juga disebabkan oleh takziah. “Minggu lalu kami mengidentifikasi 126 kabupaten/kota yang naik kasusnya, beberapa di antaranya ada yang sudah 3 minggu berturut-turut naik,” jelas Menkes.

“Sehingga kita melakukan pendalaman dan sebagian besar kenaikannya disebabkan karena kasus positif sekolah dan takziah,” sambungnya.

Sebagaimana arahan dari Presiden, Menkes berencana memperketat skrining dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Hal tersebut dilakukan untuk menekan penyebaran kasus Covid-19 yang masih terus meningkat hingga kini.

Menkes juga mengingatkan potensi risiko lonjakan kasus Covid-19 jelang libur Natal dan Tahun Baru. “Kasus sudah menurun tapi kita harus ekstra waspada terutama menghadapi Nataru. Jangan sampai terjadi lonjakan berikutnya,” ucap Menkes.

Menkes juga meminta seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang secara bersama, bahu membahu dan bergotong royong dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19. Sehingga masyarakat Indonesia dapat kembali beraktivitas dan produktif sehingga Indonesia kembali sehat dan kembali tumbuh.

Berbagai upaya kesehatan terus dilakukan dalam bentuk preventif, deteksi, dan responsif dengan harapan jumlah kasus menurun dan kesembuhan meningkat serta kematian dapat dicegah. “Alhamdulillah saat ini Indonesia sudah bisa mengendalikan pandemi saat ini. Ini tidak mungkin terjadi tanpa dukungan, tanpa kerja keras dari seluruh insan kesehatan yang ada di seluruh pelosok-pelosok Indonesia,” kata Budi.

Capaian penurunan kasus Covid-19, lanjut Budi, haruslah disikapi dengan bijak. Kewaspadaan diri harus ditingkatkan guna mencegah lonjakan kasus yang tinggi. Sebab, potensi peningkatan lonjakan kasus Covid-19 atau gelombang baru Covid-19 dapat terjadi bukan hanya dari virus Covid-19 yang bermutasi, melainkan faktor-faktor lain yang dapat menstimulasi persebaran penyakit perilaku masyarakat, lingkungan, pelayanan kesehatan dan cakupan vaksinasi Covid-19 termasuk potensi lonjakan kasus pada hari-hari besar keagamaan seperti libur Nataru dan Idul Fitri.

“Protokol kesehatan harus terus kita jalankan, kemudian surveilans terus disiplin kita lakukan dan vaksinasi adalah langkah-langkah yang tidak boleh berhenti agar seluruh masyarakat secara konsisten disiplin melakukannya. Tiga langkah ini sangat diperlukan agar kita bisa melampaui potensi lonjakan di liburan Natal dan Tahun Baru serta lebaran nantinya,” terangnya.

Meski dihadapkan pada prioritas penanganan Covid-19, pada saat yang sama pemerintah juga terus melakukan upaya penanganan masalah kesehatan lainnya yang merupakan program prioritas nasional seperti penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), menurunkan angka stunting pada balita, memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta meningkatkan kemandirian penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

Momentum pandemi juga dimanfaatkan pemerintah untuk terus berbenah, melakukan perubahan pada sistem kesehatan di Tanah Air. Kemenkes saat ini tengah bersiap melakukan transformasi sistem kesehatan yang berfokus pada 6 bidang untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, mandiri, produktif dan berkeadilan sekaligus bentuk kesiapan pemerintah dalam menghadapi masalah kesehatan di masa yang akan datang.

“Indonesia sebagai presiden G-20 sekarang akan menunjukkan bahwa kita mampu memulai transformasi sistem kesehatan di Indonesia dan juga akan menunjukkan bahwa perubahan sistem kesehatan global juga harus dilakukan, untuk memastikan anak kita, cucu kita akan jauh kebih siap dibandingkan kita bila ada pandemi berikutnya,” papar Budi.

Adapun fokus enam pilar transformasi kesehatan yakni transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi SDM kesehatan dan transfromasi teknologi kesehatan.

Implementasi keenam pilar transformasi sistem kesehatan tersebut diharapkan bisa menyempurnakan sistem kesehatan Indonesia dan juga dunia yakni sistem kesehatan yang tangguh terhadap bencana kesehatan termasuk pandemi.

“Terima kasih kepada seluruh insan kesehatan di seluruh pelosok Indonesia, dan mari kita bersama-sama menunjukkan ke dunia bahwa Indonesia mampu mengatasi pandemi ini dan Indonesia akan menjadi pemimpin yang memulai transformasi arsitektur sistem kesehatan dunia,” pungkasnya.

Vaksinasi Lewati Target WHO

Sementara, dalam capaian target vaksinasi Covid-19, Indonesia telah melewati target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di mana WHO menargetkan setiap negara untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasinya pada akhir september 2021. Sekurangnya 40 persen pada akhir 2021 ini dan 70 persen populasi dunia pada pertengahan 2022.

Hingga Minggu (14/11) pukul 18.00 WIB, sekitar 215,6 juta dosis vaksin telah diberikan kepada sekitar 130,3 juta orang dari sasaran 208,2 juta orang. Atau sekitar 62,5 persen dari sasaran telah mendapatkan dosis pertama.

Sementara itu, lebih dari 84,1 juta dari sasaran di atas atau sekitar 40,4 persen sudah mendapatkan dosis kedua. Untuk vaksinasi ketiga atau booster bagi tenaga kesehatan sudah diberikan sebanyak 1,19 juta atau sekitar 81 persen.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, dengan demikian Indonesia telah melampaui target WHO tersebut, yakni mampu memberikan vaksinasi lengkap setidaknya 40 persen populasi pada akhir tahun 2021. “Indonesia berhasil mencapainya lebih cepat dari target WHO tersebut,” kata Nadia dalam keterangannya, Senin (15/11).

Sehingga, per Minggu (14/11), 84,1 juta atau 40,4 persen populasi masyarakat Indonesia telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis kedua atau lengkap. Pencapaian ini merupakan kerja keras seluruh komponen bangsa sebagai penyelenggara vaksinasi dan juga partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia yang bersedia untuk divaksinasi.

Stok vaksin Covid-19 di Indonesia per Sabtu (13/11) sebanyak 342,5 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi dan bulk. Terakhir Indonesia menerima 4 juta dosis vaksin Sinovac pada Sabtu (13/11).

Masyarakat diimbau tidak perlu ragu dengan vaksin yang ada. Tidak perlu memilih merk vaksin, gunakan vaksin yang tersedia terlebih dulu saat ini. Pemerintah menjamin vaksin yang diberikan kepada masyarakat aman, bermutu, dan berkhasiat.

Vaksin membuat tubuh relatif lebih tahan serangan virus, bisa menghindarkan dari gejala, perawatan di rumah sakit dan mengurangi risiko kematian. “Akan tetapi tidak menjadikan seseorang kebal 100 persen terhadap infeksi virus, sehingga masih dapat tetap tertular dan menularkan. Bagi yang sudah divaksin agar tetap menjalankan protokol kesehatan 5M,” pungkas Nadia. (dtc/jpc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/