23.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Mau Diapakan Ratusan Imigran itu? Ini Penjelasan Kemenlu

Pengungsi imigran Bangladesh dan Myanmar yang terdampar di perairan Seunuddon, Aceh Utara, ditempatkan di GOR Lhoksukon, Senin (11/5). Foto: Rakyat Aceh/Armiadi
Pengungsi imigran Bangladesh dan Myanmar yang terdampar di perairan Seunuddon, Aceh Utara, ditempatkan di GOR Lhoksukon, Senin (11/5). Foto: Rakyat Aceh/Armiadi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lagi, gelombang pencari suaka nyasar ke Aceh.  Kemarin, hampir 800 imigran Myanmar dan Bangladesh diselamatkan dengan ditarik dari pantai timur Aceh, Indonesia, oleh para nelayan.

Gelombang tersebut diperkirakan bagian dari total 8 ribu pencari suaka yang dilaporkan menuju wilayah selatan.

Saat dimintai keterangan terkait dengan hal itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arrmanatha Nasir menyatakan masih harus melakukan konfirmasi. Namun, dia menegaskan bahwa Indonesia bakal memberikan suaka bagi yang membutuhkan. Dengan begitu, terang dia, pemerintah Indonesia tak akan mengusir gelombang imigran.

”Kami akan memberikan penampungan, makanan, dan kebutuhan dasar bagi para imigran yang ada di wilayah kami,” jelasnya di Jakarta kemarin (15/5).

Selama ini, sudah banyak negara yang menegaskan tak akan menampung kaum pencari suaka. Misalnya Malaysia dan Thailand yang hanya membantu dari sisi logistik, namun tetap mengembalikan perahu ke laut lepas.

”Satu yang jelas tidak akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah menaikkan mereka ke atas kapal atau sekoci dan mendorong mereka ke laut lepas. Atau menyuruh mereka ke salah satu dari ribuan pulau tak berpenghuni di Indonesia,” ucapnya.

Di sisi lain, tambah Tata, sapaan Arrmanatha Nasir, pemerintah juga tak pernah memaksa imigran yang berada di wilayah perairan Indonesia untuk berhenti. Dia mencontohkan saat KRI Sutanto menemukan kapal yang berisi pencari suaka di Selat Malaka. Ketika ditanya, penumpang di kapal tersebut mengaku bahwa tujuan mereka bukan Indonesia.

”Mereka hanya minta bantuan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Karena Selat Malaka merupakan lintas damai, pihak TNI-AL pun memberikan bantuan makanan hingga bahan bakar. Kapal pun dibiarkan melanjutkan perjalanan,” imbuhnya.

Selama ini, lanjut Tata, pemerintah Indonesia tetap menggunakan prinsip non-refoulement. Prinsip tersebut adalah sikap yang menolak pengembalian korban ke negara asal atau lain yang bisa membuat kebebasan atau hidup mereka terenggut. Karena itu, papar dia, pemerintah RI terus berusaha memberikan suaka terhadap imigran yang menjadi korban di negara lain.

”RI memang bukan anggota Convention of Refugees 1951 oleh UNHCR (Komisi Tinggi Penanganan Pengungsi PBB). Tapi, pemerintah tetap menangani para imigran pengungsi,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, rombongan yang baru diselamatkan kemarin membuat jumlah pencari suaka di Aceh mencapai ribuan. Sebelumnya, pemerintah mencatat 582 pengungsi pada 10 Mei. Sedangkan negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia sudah tegas menolak para pencari suaka.

Menurut lansiran AFP, Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Wan Junaidi Jaafar menyatakan bahwa negerinya tidak menerima para pengungsi. Dia mengatakan harus bertindak realistis dengan tak mengizinkan para pengungsi mendarat.

”Kami harus memberikan pesan yang tegas bahwa mereka tidak diterima di sini. Kami sudah memperlakukan orang yang melanggar batas dengan manusiawi. Tapi, jangan sampai mereka merasa bebas ke sini,” tegas dia. (bil/c11/end)

Pengungsi imigran Bangladesh dan Myanmar yang terdampar di perairan Seunuddon, Aceh Utara, ditempatkan di GOR Lhoksukon, Senin (11/5). Foto: Rakyat Aceh/Armiadi
Pengungsi imigran Bangladesh dan Myanmar yang terdampar di perairan Seunuddon, Aceh Utara, ditempatkan di GOR Lhoksukon, Senin (11/5). Foto: Rakyat Aceh/Armiadi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Lagi, gelombang pencari suaka nyasar ke Aceh.  Kemarin, hampir 800 imigran Myanmar dan Bangladesh diselamatkan dengan ditarik dari pantai timur Aceh, Indonesia, oleh para nelayan.

Gelombang tersebut diperkirakan bagian dari total 8 ribu pencari suaka yang dilaporkan menuju wilayah selatan.

Saat dimintai keterangan terkait dengan hal itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arrmanatha Nasir menyatakan masih harus melakukan konfirmasi. Namun, dia menegaskan bahwa Indonesia bakal memberikan suaka bagi yang membutuhkan. Dengan begitu, terang dia, pemerintah Indonesia tak akan mengusir gelombang imigran.

”Kami akan memberikan penampungan, makanan, dan kebutuhan dasar bagi para imigran yang ada di wilayah kami,” jelasnya di Jakarta kemarin (15/5).

Selama ini, sudah banyak negara yang menegaskan tak akan menampung kaum pencari suaka. Misalnya Malaysia dan Thailand yang hanya membantu dari sisi logistik, namun tetap mengembalikan perahu ke laut lepas.

”Satu yang jelas tidak akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah menaikkan mereka ke atas kapal atau sekoci dan mendorong mereka ke laut lepas. Atau menyuruh mereka ke salah satu dari ribuan pulau tak berpenghuni di Indonesia,” ucapnya.

Di sisi lain, tambah Tata, sapaan Arrmanatha Nasir, pemerintah juga tak pernah memaksa imigran yang berada di wilayah perairan Indonesia untuk berhenti. Dia mencontohkan saat KRI Sutanto menemukan kapal yang berisi pencari suaka di Selat Malaka. Ketika ditanya, penumpang di kapal tersebut mengaku bahwa tujuan mereka bukan Indonesia.

”Mereka hanya minta bantuan untuk kembali melanjutkan perjalanan. Karena Selat Malaka merupakan lintas damai, pihak TNI-AL pun memberikan bantuan makanan hingga bahan bakar. Kapal pun dibiarkan melanjutkan perjalanan,” imbuhnya.

Selama ini, lanjut Tata, pemerintah Indonesia tetap menggunakan prinsip non-refoulement. Prinsip tersebut adalah sikap yang menolak pengembalian korban ke negara asal atau lain yang bisa membuat kebebasan atau hidup mereka terenggut. Karena itu, papar dia, pemerintah RI terus berusaha memberikan suaka terhadap imigran yang menjadi korban di negara lain.

”RI memang bukan anggota Convention of Refugees 1951 oleh UNHCR (Komisi Tinggi Penanganan Pengungsi PBB). Tapi, pemerintah tetap menangani para imigran pengungsi,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, rombongan yang baru diselamatkan kemarin membuat jumlah pencari suaka di Aceh mencapai ribuan. Sebelumnya, pemerintah mencatat 582 pengungsi pada 10 Mei. Sedangkan negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia sudah tegas menolak para pencari suaka.

Menurut lansiran AFP, Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Wan Junaidi Jaafar menyatakan bahwa negerinya tidak menerima para pengungsi. Dia mengatakan harus bertindak realistis dengan tak mengizinkan para pengungsi mendarat.

”Kami harus memberikan pesan yang tegas bahwa mereka tidak diterima di sini. Kami sudah memperlakukan orang yang melanggar batas dengan manusiawi. Tapi, jangan sampai mereka merasa bebas ke sini,” tegas dia. (bil/c11/end)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/