26.7 C
Medan
Friday, May 17, 2024

RJ Lino Dikawal Bodyguard

Menanggapi polemik iklan Pelindo II tersebut, anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu pun memertanyakan anggaran pemasangan iklan Pelindo II di media massa tersebut.

Alih-alih mempromosikan, Masinton justru menilai pemasangan iklan yang dilakukan Pelindo II itu tidak akan menghapus jejak dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di Pelindo II.

“Dia (RJ Lino, Red) kan pasang iklan, itu menggunakan duit perusahaan bukan duit pribadi. Dengan pasang iklan miliaran rupiah itu, dia hanya hendak membangun pencitraan saja. Tapi menurut saya, iklan tidak mampu menutup jejak korupsinya (RJ Lino), dia mau pasang iklan miliaran rupiah tetap jejaknya masih ada,” kata Masinton, kemarin.

Direktur Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan menilai langkah BUMN pimpinan RJ Lino itu dengan mengumbar iklan di media merupakan hal yang tak relevan.

Syaiful menuturkan, pelaku bisnis yang bersentuhan dengan pelabuhan tidaklah banyak. Tanpa iklan pun investor akan datang jika memang ada pelabuhan yang layak dibangun.

“Iklan media Pelindo II itu tidak relevan. Pemain pelabuhan itu hanya sedikit sehingga tanpa advertorial besar mereka akan datang jika ada proyek pelabuhan yang layak dibangun,” ujar Syaiful di Jakarta, Rabu (16/9).

Syaiful justru curiga iklan di media itu hanya cara Lino berkelit soal berita negatif tentang Pelindo II. IPW bahkan punya catatan tentang belanja iklan di Pelindo II.

“Taktik Lino selama ini jika ada berita jelek langsung ditutup dengan iklan media. Data kami iklan di tiga media besar oleh Pelindo II menghabiskan dana lebih dari lima miliar,” paparnya.

Syaiful lantas membandingkan Pelindo II dengan Pelindo III yang sama-sama sebagai BUMN pengelola pelabuhan. Di saat Pelindo II mengerjakan proyek New Priok, Pelindo III juga menggarap Pelabuhan Teluk Lamong di Surabaya.

Menurut Syaiful, Pelindo III tidak jor-joran beriklan. Namun, faktanya Pelabuhan Teluk Lamong justru kelar lebih dulu.

Syaiful juga mengingatkan potensi Pelindo II bangkrut gara-gara menerbitkan obligasi global (global) bond senilai 1,6 miliar dollar AS yang setara Rp20,8 triliun. “Lama-lama Pelindo II terbelit uutang besar dan ini berbahaya,” kata Syaiful. (jpnn/bbs/val)

Menanggapi polemik iklan Pelindo II tersebut, anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu pun memertanyakan anggaran pemasangan iklan Pelindo II di media massa tersebut.

Alih-alih mempromosikan, Masinton justru menilai pemasangan iklan yang dilakukan Pelindo II itu tidak akan menghapus jejak dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di Pelindo II.

“Dia (RJ Lino, Red) kan pasang iklan, itu menggunakan duit perusahaan bukan duit pribadi. Dengan pasang iklan miliaran rupiah itu, dia hanya hendak membangun pencitraan saja. Tapi menurut saya, iklan tidak mampu menutup jejak korupsinya (RJ Lino), dia mau pasang iklan miliaran rupiah tetap jejaknya masih ada,” kata Masinton, kemarin.

Direktur Indonesia Port Watch (IPW), Syaiful Hasan menilai langkah BUMN pimpinan RJ Lino itu dengan mengumbar iklan di media merupakan hal yang tak relevan.

Syaiful menuturkan, pelaku bisnis yang bersentuhan dengan pelabuhan tidaklah banyak. Tanpa iklan pun investor akan datang jika memang ada pelabuhan yang layak dibangun.

“Iklan media Pelindo II itu tidak relevan. Pemain pelabuhan itu hanya sedikit sehingga tanpa advertorial besar mereka akan datang jika ada proyek pelabuhan yang layak dibangun,” ujar Syaiful di Jakarta, Rabu (16/9).

Syaiful justru curiga iklan di media itu hanya cara Lino berkelit soal berita negatif tentang Pelindo II. IPW bahkan punya catatan tentang belanja iklan di Pelindo II.

“Taktik Lino selama ini jika ada berita jelek langsung ditutup dengan iklan media. Data kami iklan di tiga media besar oleh Pelindo II menghabiskan dana lebih dari lima miliar,” paparnya.

Syaiful lantas membandingkan Pelindo II dengan Pelindo III yang sama-sama sebagai BUMN pengelola pelabuhan. Di saat Pelindo II mengerjakan proyek New Priok, Pelindo III juga menggarap Pelabuhan Teluk Lamong di Surabaya.

Menurut Syaiful, Pelindo III tidak jor-joran beriklan. Namun, faktanya Pelabuhan Teluk Lamong justru kelar lebih dulu.

Syaiful juga mengingatkan potensi Pelindo II bangkrut gara-gara menerbitkan obligasi global (global) bond senilai 1,6 miliar dollar AS yang setara Rp20,8 triliun. “Lama-lama Pelindo II terbelit uutang besar dan ini berbahaya,” kata Syaiful. (jpnn/bbs/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/