26.7 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Suhendra, Putra Sumut Perekat Sabuk Nusantara

Suhendra Hadikuntono
Suhendra Hadikuntono

SUMUTPOS.CO – TIDAK semua rakyat Indonesia, apalagi pejabat negara, menyadari ada seorang pejuang perdamaian yang bekerja dalam senyap. Sosok pejuang perdamaian kemanusiaan tesebut adalah Suhendra Hadikuntono, putra asal Sumatera Utara.

Suhendra pernah mencegah terjadinya konflik politik dan sosial antara pemerintah pusat dan rakyat Nanggroe Aceh Darussalam. Bila tidak dicegah Suhendra, ujungnya pasti akan terjadi konflik bersenjata yang berpotensi memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Beberapa hari lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memanggil Muzakir Manaf, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk dimintai keterangan suatu kasus yang sebenarnya sudah ditutup rapat. Pemanggilan ini membuat tokoh ran masyarakat Aceh geram bukan kepalang.

Pasalnya, sesuai dengan Perjanjian Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005, salah satunya memuat klausul bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menutup rapat kasus atau konflik lama yang pernah terjadi antara Pemerintah Indonesia dan GAM. Bahkan berdasarkan perjanjian Helsinki itu, semua milisi GAM telah mendapatkan amnesti.

Upaya Komnas HAM memanggil tokoh yang sangat dihormati di Aceh tersebut seolah mengoyak luka lama. Kemudian, tentu saja hal ini membuat tensi politik di Aceh mulai dari Wali Nanggroe Aceh hingga elite politiknya meningkat tajam. Mereka beranggapan pemerintah pusat tidak mempunyai komitmen untuk mematuhi kesepakatan yang telah disetujui bersama.

Dalam menyikapi konflik yang berpotensi memburuk ini, tampillah tokoh bangsa Suhendra Hadikuntono. Putra Sumut ini meredam gejolak yang terjadi dan meyakinkan semua elemen pemimpin dan elite politik di Aceh bahwa tindakan Komnas HAM tersebut salah dan bukan merupakan sikap resmi pemerintah pusat.

Terlahir dengan bakat dan pengetahuan teknik intelijen yang mumpuni, Suhendra akhirnya dapat meredam potensi konflik dengan baik, dan semua itu ia lakukan dalam senyap. Suhendra Hadikuntono telah mencegah terjadinya pertumpahan darah di Bumi Serambi Mekah ini.

“Masyarakat Aceh adalah bagian integral yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Membangun Aceh berarti kita sedang mempercantik beranda rumah kita, Rumah Indonesia,” ujar Suhendra Hadikuntono, Selasa (12/10) lalu.

Inisiatif putra kelahiran Sumatera Utara itu dalam mempertahankan rajutan Sabuk Nusantara juga dilakukan di Papua. Untuk membantu pemerintah pusat meredam gejolak di Papua, Suhendra menggagas ide program “Memeluk Papua dengan Sepak Bola”.

Program ini inisiatif murni dari seorang Suhendra. Bahkan, dia berniat menanggung seluruh biaya yang timbul dari realisasi program kemanusiaan tersebut.

Secara garis besar program tersebut adalah mengajak mantan pemain Timnas Indonesia yang berasal dari Papua dan Indonesia timur seperti Rully Nere, Johannes Auri dan lain-lain untuk membagi ribuan bola kepada masyarakat Papua sekaligus mengadakan coaching clinic sepak bola kepada talenta-talenta muda di Papua. Masyarakat Papua selama ini dikenal suka sepak bola.

Saat program tersebut dipresentasikan, Presiden Joko Widodo sangat tertarik dan menyetujui untuk dilaksanakan. Bahkan Presiden berkeinginan untuk terlibat langsung dalam program inisiatif murni masyarakat tersebut.

Apa yang digagas oleh Suhendra tersebut merupakan program kemanusiaan yang brilian dan menyentuh. Program ini berpotensi mengubah secara total perspektif masyarakat Papua terhadap Indonesia dan saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air.

Naluri intelijen yang dimiliki Suhendra selalu diimplementasikan secara cermat, detail dan efektif, serta mempunyai output yang signifikan bagi bangsa dan negara. Semua itu dilakukan dengan gerakan senyap dan mandiri. Melalui jaringan yang dimiliki, Suhendra bisa dengan mudah memetakan masalah dan membuat analisis intelijen yang komprehensif, sehingga ujung atau hasilnya pun efektif.

“Saya hanya ingin Sabuk Nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dari Miangas hingga Pulau Rote tidak terkoyak sedikit pun. Segala sumber daya yang saya miliki akan saya kerahkan untuk membentengi agar jalinan Sabuk Nusantara tetap utuh, tidak tercerai-berai,” kata Suhendra yang juga Ketua KPSN itu. (rel/dek)

Suhendra Hadikuntono
Suhendra Hadikuntono

SUMUTPOS.CO – TIDAK semua rakyat Indonesia, apalagi pejabat negara, menyadari ada seorang pejuang perdamaian yang bekerja dalam senyap. Sosok pejuang perdamaian kemanusiaan tesebut adalah Suhendra Hadikuntono, putra asal Sumatera Utara.

Suhendra pernah mencegah terjadinya konflik politik dan sosial antara pemerintah pusat dan rakyat Nanggroe Aceh Darussalam. Bila tidak dicegah Suhendra, ujungnya pasti akan terjadi konflik bersenjata yang berpotensi memakan korban jiwa yang tidak sedikit.

Beberapa hari lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memanggil Muzakir Manaf, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk dimintai keterangan suatu kasus yang sebenarnya sudah ditutup rapat. Pemanggilan ini membuat tokoh ran masyarakat Aceh geram bukan kepalang.

Pasalnya, sesuai dengan Perjanjian Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005, salah satunya memuat klausul bahwa kedua belah pihak sepakat untuk menutup rapat kasus atau konflik lama yang pernah terjadi antara Pemerintah Indonesia dan GAM. Bahkan berdasarkan perjanjian Helsinki itu, semua milisi GAM telah mendapatkan amnesti.

Upaya Komnas HAM memanggil tokoh yang sangat dihormati di Aceh tersebut seolah mengoyak luka lama. Kemudian, tentu saja hal ini membuat tensi politik di Aceh mulai dari Wali Nanggroe Aceh hingga elite politiknya meningkat tajam. Mereka beranggapan pemerintah pusat tidak mempunyai komitmen untuk mematuhi kesepakatan yang telah disetujui bersama.

Dalam menyikapi konflik yang berpotensi memburuk ini, tampillah tokoh bangsa Suhendra Hadikuntono. Putra Sumut ini meredam gejolak yang terjadi dan meyakinkan semua elemen pemimpin dan elite politik di Aceh bahwa tindakan Komnas HAM tersebut salah dan bukan merupakan sikap resmi pemerintah pusat.

Terlahir dengan bakat dan pengetahuan teknik intelijen yang mumpuni, Suhendra akhirnya dapat meredam potensi konflik dengan baik, dan semua itu ia lakukan dalam senyap. Suhendra Hadikuntono telah mencegah terjadinya pertumpahan darah di Bumi Serambi Mekah ini.

“Masyarakat Aceh adalah bagian integral yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Membangun Aceh berarti kita sedang mempercantik beranda rumah kita, Rumah Indonesia,” ujar Suhendra Hadikuntono, Selasa (12/10) lalu.

Inisiatif putra kelahiran Sumatera Utara itu dalam mempertahankan rajutan Sabuk Nusantara juga dilakukan di Papua. Untuk membantu pemerintah pusat meredam gejolak di Papua, Suhendra menggagas ide program “Memeluk Papua dengan Sepak Bola”.

Program ini inisiatif murni dari seorang Suhendra. Bahkan, dia berniat menanggung seluruh biaya yang timbul dari realisasi program kemanusiaan tersebut.

Secara garis besar program tersebut adalah mengajak mantan pemain Timnas Indonesia yang berasal dari Papua dan Indonesia timur seperti Rully Nere, Johannes Auri dan lain-lain untuk membagi ribuan bola kepada masyarakat Papua sekaligus mengadakan coaching clinic sepak bola kepada talenta-talenta muda di Papua. Masyarakat Papua selama ini dikenal suka sepak bola.

Saat program tersebut dipresentasikan, Presiden Joko Widodo sangat tertarik dan menyetujui untuk dilaksanakan. Bahkan Presiden berkeinginan untuk terlibat langsung dalam program inisiatif murni masyarakat tersebut.

Apa yang digagas oleh Suhendra tersebut merupakan program kemanusiaan yang brilian dan menyentuh. Program ini berpotensi mengubah secara total perspektif masyarakat Papua terhadap Indonesia dan saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air.

Naluri intelijen yang dimiliki Suhendra selalu diimplementasikan secara cermat, detail dan efektif, serta mempunyai output yang signifikan bagi bangsa dan negara. Semua itu dilakukan dengan gerakan senyap dan mandiri. Melalui jaringan yang dimiliki, Suhendra bisa dengan mudah memetakan masalah dan membuat analisis intelijen yang komprehensif, sehingga ujung atau hasilnya pun efektif.

“Saya hanya ingin Sabuk Nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dari Miangas hingga Pulau Rote tidak terkoyak sedikit pun. Segala sumber daya yang saya miliki akan saya kerahkan untuk membentengi agar jalinan Sabuk Nusantara tetap utuh, tidak tercerai-berai,” kata Suhendra yang juga Ketua KPSN itu. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/