Dalam upacara pemberkatan itu, keluarga Martha diwakili sanak saudaranya sebagai saksi.
’’Jadi, intinya, kedua keluarga kami merestui perkawinan saya sama Papa Sofyan,’’ tambah Martha yang tampak sudah terbiasa menggunakan panggilan mama-papa antara dirinya dan sang suami, Sofyan.
Upacara itu pun berlangsung khidmat meski hanya dihadiri keluarga dekat kedua mempelai. Tak ada acara khusus setelah itu. Begitu upacara di gereja selesai, pengantin pulang ke rumah Martha yang sederhana. Di tempat itulah, pengantin baru tersebut kini tinggal.
Sebelumnya, saat pacaran, Sofyan harus menempuh perjalanan darat selama 3,5 jam untuk menuju rumah Martha di Lelema.
Waktu itu Sofyan masih tinggal di Kotamobagu. Dia bekerja di bengkel motor di kota tersebut. Namun, sejak tiga bulan silam, dia memutuskan tinggal di rumah Martha.
Sejak itu, Sofyan yang masih perjaka hidup satu rumah dengan pacarnya, Martha, yang sudah nenek-nenek dan tinggal sendirian.
Meski begitu, lama-kelamaan keduanya jadi merasa tidak enak dengan pandangan para tetangga sekitar.
’’Tiga minggu lalu Papa Sofyan mengajak Mama kawin. Awalnya Mama kaget. Tapi, setelah kami pikir berdua, akhirnya jadilah kami menikah di gereja kemarin itu,’’ ujar Martha yang selama ini hidup dari kiriman uang kedua anaknya yang tinggal di luar negeri.
Sofyan yang datang belakangan tampak malu-malu saat mendampingi istrinya. Dia mengakui bahwa sebelumnya pernikahan mereka sempat ditentang keluarga kedua mempelai.
Namun, setelah diyakinkan bahwa dirinya betul-betul mencintai Martha, kedua keluarga akhirnya merestui. ’’Meskipun usia kami beda cukup jauh, saya tulus mencintai Martha. Maka, rencana pernikahan kami pun sempat ditentang keluarga. Banyak yang tidak setuju,’’ ujarnya.