Anggota Komisi III DPR itu meminta pelapor untuk membaca kembali pidato Megawati saat HUT ke-44 PDIP. Lalu, dikaitkan dengan kondisi kebangsaan saat ini. “Nah, kalau pemahamannya dangkal atau cetek, pasti tidak paham,” ujar Masinton.
Masinton mengaku, pihaknya belum berpikir untuk melaporkan balik pelapor Megawati itu. Masinton tidak pernah berpikir melaporkan seseorang yang pemahamannya dangkal. “Enggak ada, biarin saja begitu. Ya orang enggak paham, ya kan? Kalau dia ingin paham, kita beri pemahaman,” kata Masinton.
Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira juga enggan menanggapinya. “Apa ya, jadi terlalu naif,” ungkapnya saat ditemui di Gedung DPR RI.
Dia memastikan, pihaknya siap menghadapi kasus tersebut. Dalam waktu dekat ini mereka bahkan berencana membahas soal kasus tersebut dalam rapat di DPP PDIP. “Siap saja,” tegasnya.
Namun, anggota DPR RI ini mengaku pihaknya tidak akan terlalu serius menanggapi pelaporan tersebut. “Nggak terlalu serius lah,” imbuhnya sembari tertawa.
Pelaporan Megawati ini buntut dari pidatonya pada saat HUT PDIP ke-44 belum lama ini. Dalam pidatonya, Megawati dinilai melecehkan salah satu rukun iman, yaitu percaya kepada hari kiamat.
“Itulah yang muncul dengan berbagai persoalan SARA akhir-akhir ini. Di sisi lain, para pemimpin yang menganut ideologi tertutup pun memosisikan dirinya sebagai pembawa self fulfilling prophecy, para peramal masa depan. Mereka dengan fasih meramalkan yang akan pasti terjadi di masa yang akan datang, termasuk dalam kehidupan setelah dunia fana, yang notabene mereka sendiri belum pernah melihatnya,” katanya saat itu.
Terpisah, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah berharap, aksi saling lapor antaranak bangsa segera dihentikan. Apalagi yang dilaporkan itu adalah mantan Presiden yang juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
“Saya mengusulkan saling melapor ini dihentikan, apalagi Ibu Mega. Pandangan Ibu Mega ini tidak untuk kita salah pahami, tapi untuk kita bahas dan didiskusikan sebagai tokoh bangsa, mantan presiden sebagai tokoh nasional,” kata Fahri.
Fahri juga menyarankan agar PDIP turun tangan menjelaskan pikiran dan maksud pidato Megawati agar tidak ada salah tafsir bagi banyak pihak. “Saya juga menyarankan dan mengusulkan agar tim daripada Ibu Mega, PDIP terjun untuk membahas pikiran-pikiran Ibu Mega supaya menjadi dialektika kita,” demikian Fahri. (bbs/jpg/adz)

