Bisnis Sampingan
Ia mengungkapkan fakta yang cukup mencengangkan. Dimana saat ini pengiriman TKI ilegal, hanya menjadi modus dan bisnis sampingan saja bagi para pemain TKI. “Aslinya saat ini selundupkan narkoba,” katanya.
Saat ditanya kenapa aparat kesulitan membasmi para penyelundupan manusia dan narkoba? Pria ini terdiam sesaat. Lalu ia berkata, bahwa para pemain TKI memiliki banyak jaringan. Dimana di setiap pantai di Nongsa ataupun daerah lainnya, mereka selalu menempatkan satu orang pengawas.
Pengemudi kapal atau tekong, selalu berkomunikasi dengan pengawasnya yang berada didaerah pendaratan. “Bila pengawas melihat adanya kapal patroli melintas, maka kapal akan dibelokan ke tempat alternatif yang lain,” ungkapnya. Dan hal ini terus terjadi berulang-ulang kembali.
Selain itu ia mengungkapkan, untuk mengejar kapal-kapal pembawa TKI ini. Aparat penegak hukum pasti sangat kesulitan. Karena kapal milik para tekong sangat cepat. Dan dari sepengetahuannya, tak berapa instansi yang memiliki kapal cepat. “Mesin mereka itu lima, bayangkan cuman 40 hingga 45 menit saja Malaysia-Batam ini. Kalau lambat, yah tertinggal kapalnya pemerintah,” tuturnya.
Mengenai bisnis narkoba yang menjadi mainan baru para pemain ini, ia mengatakan dulu pernah ditawarin beberapa kali untuk membawa narkoba juga. Saat masih aktif menyeberangkan para TKI. “Saya gak mau, karena tak ingin lama-lama di Padang Mashar,” tuturnya.
Ia mengatakan walau ratusan juta ditawarkan uang, dirinya masih tetap tidak mau membawa barang haram tersebut. “Tegas saja saya bilang, neraka hadangannya,” ucapnya.
Saat ditanya, apakah dia kenal dengan tekong TKI kapal tenggelam di Malaysia? Ia menjawab sangat mengetahui otak pelakunya. “Namanya Kasih, orang Lombok. Bukan orang asli sini,” akunya.
Ia turut mengatakan, Kasih merupakan pemain lama, yang sudah beraksi dalam jangka waktu beberapa tahun belakangan ini. Dari informasi yang dia dapat, Kasih memiliki rumah di daerah Nagoya dan juga ruko di daerah Botania. “Ia (Kasih) samarkan dengan travel, tempat penjualan tiket gitu,” imbuhnya.
Setahu pria ini, pemberangkatan Kapal milik Kasih ini melalui Tanjungbemban, Nongsa. “Disana,” ungkapnya.
Dari informasi ini, Batam Pos bergerak ke Tanjungbemban. Disana ditemui pemuka masyarakat Tanjungbemban, Raja Ahmad. Ia mengatakan setahunya tempat ini, sudah tak lagi menjadi tempat pendaratan atau penjemputan TKI. “Sebab saya jaga selalu, bila ada kelihatan gerak gerik mencurigak saya lapor polisi. Kalau ada, mungkin saat kami lengah,” tuturnya.
Ia menuturkan dirinya dan masyarakat sekitar selalu berkoordinasi dengan pihak kepolisian. “Itu kapal TKI tenggelam pada beberapa waktu lalu di Nongsa ini, kami yang informasikan kepada pihak kepolisian,” ungkapnya. (ska/jpg/yaa)