26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Status Riau Siaga Darurat

Warga berusaha memadamkan api pada lahan yang terbakar dengan alat seadanya di Jalan Dharma Bhakti Air Hitam Kecamatan Payung Sekaki. Pekanbaru. Riau. Rabu (18/1/2017) Kencangnya angin dan sulitnya sumber air membuat api dengan cepat menghanguskan lahan seluas lima hektar,Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru mendeteksi terdapat tujuh hotspot di Provinsi Riau diantaranya di Kabupaten Bengkalis terdapat 1, Kuansing 1, Pelalawan 2 dan Rokan Hulu 3 titik. ft: MHD AKHWAN/RIAUPOS

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Gubernur Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat untuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayahnya. Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi ancaman karhutla yang terjadi semakin meluas. Apalagi, jelang musim kemarau yang diperkirakan berlangsung  mulai bulan depan.

Kepala Pusat Data, Komunikasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, status siaga darurat ini ditetapan di Riau selama 96 hari ke depan. Terhitung, mulai 24 Januari hingga 30 April 2017 mendatang.

“Ini ditetapkan menyusul Kabupaten Rokan Hulu dan Kota Dumai yang telah terlebih dahulu menyatakan status siaga darurat,” ujarnya di Jakarta, kemarin (24/1).

Sejak memasuki pekan kedua Januari, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memantau kemunculan hotspot di wilayah Riau. Hotspot ini biasa digunakan sebagai indikasi adanya karhutla yang sedang terjadi.

Data Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menangkap hal yang sama. Satelit NOAA berhasil mendeteksi adanya 9 titik hotspot di Pulau Sumatera. Jumlah itu tersebar di Solok-Sumatera Barat 1, Sijunjung-Sumatera Barat 1 , Bungo-Jambi 1, kemudian Siak, Pelalawan dan Rokan Hulu masing-masing 2, 3 dan 1.

Jumlah tersebut memang belum menunjukkan kenaikan signifikan. Beberapa daerah masih diguyur hujan. Namun, guyuran hujan ini diperkirakan tak kan bertahan lama. Sebab, diprediksi daerah-daerah yang berada dekat dengan garis katulistiwa segera diserang musim kemarau. Artinya, ancaman karhutla bisa semakin meluas.

“Karenanya ditetapkan status siaga darurat ini. Sehingga, bisa dilakukan antisipasi sejak dini,” ungkap alumni Universitas Gajah Mada (UGM) itu.

Dalam melakukan antisipasi ini sendiri, Gubernur Riau telah bersurat ke BNPB untuk memperoleh tambahan bantuan berupa pesawat modifikasi cuaca dan pesawat water boombing. Sutopo mengaku, bahwa surat masih belum diterima pihaknya. Kendati begitu, BNPB sudah melakukan persiapan untuk membantu daerah-daerah yang siaga karhutla.

“Kita sudah menyiapkan bantuan heli water boombing,” katanya.

Langkah antisipasi sejak dini dinilai sangat bermanfaat untuk mencegah meluasnya karhutla. Belajar dari tahun lalu, dengan persiapan yang lebih matang maka luasan karhutla bisa ditekan jauh lebih besar dari tahun 2015.

Tercatat, luas lahan terbakar 438 hektar, menurun hampir 83, 2 persen dibanding 2015 sebesar 2,6 juta hektar. Tidak hanya itu, banyak masyarakat yang terserang ISPA karena asap yang ditimbulkan. Anak sekolah pun harus belajar di rumah karena kondisi udara yang buruk. (mia/jpg/yaa)

Warga berusaha memadamkan api pada lahan yang terbakar dengan alat seadanya di Jalan Dharma Bhakti Air Hitam Kecamatan Payung Sekaki. Pekanbaru. Riau. Rabu (18/1/2017) Kencangnya angin dan sulitnya sumber air membuat api dengan cepat menghanguskan lahan seluas lima hektar,Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru mendeteksi terdapat tujuh hotspot di Provinsi Riau diantaranya di Kabupaten Bengkalis terdapat 1, Kuansing 1, Pelalawan 2 dan Rokan Hulu 3 titik. ft: MHD AKHWAN/RIAUPOS

JAKARTA, SUMUTPOS.CO  – Gubernur Provinsi Riau menetapkan status siaga darurat untuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayahnya. Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi ancaman karhutla yang terjadi semakin meluas. Apalagi, jelang musim kemarau yang diperkirakan berlangsung  mulai bulan depan.

Kepala Pusat Data, Komunikasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, status siaga darurat ini ditetapan di Riau selama 96 hari ke depan. Terhitung, mulai 24 Januari hingga 30 April 2017 mendatang.

“Ini ditetapkan menyusul Kabupaten Rokan Hulu dan Kota Dumai yang telah terlebih dahulu menyatakan status siaga darurat,” ujarnya di Jakarta, kemarin (24/1).

Sejak memasuki pekan kedua Januari, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memantau kemunculan hotspot di wilayah Riau. Hotspot ini biasa digunakan sebagai indikasi adanya karhutla yang sedang terjadi.

Data Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menangkap hal yang sama. Satelit NOAA berhasil mendeteksi adanya 9 titik hotspot di Pulau Sumatera. Jumlah itu tersebar di Solok-Sumatera Barat 1, Sijunjung-Sumatera Barat 1 , Bungo-Jambi 1, kemudian Siak, Pelalawan dan Rokan Hulu masing-masing 2, 3 dan 1.

Jumlah tersebut memang belum menunjukkan kenaikan signifikan. Beberapa daerah masih diguyur hujan. Namun, guyuran hujan ini diperkirakan tak kan bertahan lama. Sebab, diprediksi daerah-daerah yang berada dekat dengan garis katulistiwa segera diserang musim kemarau. Artinya, ancaman karhutla bisa semakin meluas.

“Karenanya ditetapkan status siaga darurat ini. Sehingga, bisa dilakukan antisipasi sejak dini,” ungkap alumni Universitas Gajah Mada (UGM) itu.

Dalam melakukan antisipasi ini sendiri, Gubernur Riau telah bersurat ke BNPB untuk memperoleh tambahan bantuan berupa pesawat modifikasi cuaca dan pesawat water boombing. Sutopo mengaku, bahwa surat masih belum diterima pihaknya. Kendati begitu, BNPB sudah melakukan persiapan untuk membantu daerah-daerah yang siaga karhutla.

“Kita sudah menyiapkan bantuan heli water boombing,” katanya.

Langkah antisipasi sejak dini dinilai sangat bermanfaat untuk mencegah meluasnya karhutla. Belajar dari tahun lalu, dengan persiapan yang lebih matang maka luasan karhutla bisa ditekan jauh lebih besar dari tahun 2015.

Tercatat, luas lahan terbakar 438 hektar, menurun hampir 83, 2 persen dibanding 2015 sebesar 2,6 juta hektar. Tidak hanya itu, banyak masyarakat yang terserang ISPA karena asap yang ditimbulkan. Anak sekolah pun harus belajar di rumah karena kondisi udara yang buruk. (mia/jpg/yaa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/