32.8 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Bukan Hanya Denda, PSMS Harap Persiraja Kena Sanksi Keras

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tragedi kerusuhan Kanjuruhan masih membekas di ingatan para pecinta sepakbola tanah air. Tak hanya menewaskan ratusan penonton, tragedi itu juga berimbas dengan dihentikannya kompetisi Liga 2 di tengah jalan.

Bahkan, PSSI harus mendapatkan pantauan khusus dari FIFA karena kerusuhan suporter yang terjadi. Sanksi keras pun mengintai. Hal itu sejatinya menjadi perhatian khusus bagi PT LIB selaku operator liga agar mengawasi ketat peserta kompetisi liga di tanah air.

Seperti insiden kerusuhan yang dilakukan salah satu pendukung klub peserta Liga 2, Persiraja. Mereka melakukan aksi tak terpuji dengan melemparkan botol mineral, batu bahkan juga melakukan aksi penyanderaan terhadap official, pelatih, dan pemain PSMS Medan.

Insiden itu terjadi saat Persiraja menjamu PSMS Medan dalam lanjutan Liga 2 yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Sabtu (18/11/2023) malam. Seusai laga yang berakhir imbang tanpa gol, para suporter Persiraja melakukan aksi pelemparan botol mineral dan batu kepada official, pelatih, dan juga pemain PSMS.

Selain itu para pemain PSMS juga disandera dan tak bisa meninggalkan stadion setelah dikepung ribuan suporter. Tim PSMS harus bertahan di ruang ganti karena minimnya aparatur keamanan. Laga yang seharusnya berakhir pukul 23.00 WIB, namun karena tak bisa keluar, tim PSMS harus bertahan hingga Minggu (19/11/2023) dini hari pukul 01.00 WIB setelah mendapatkan jaminan pengawalan ketat tim keamanan.

Saat dalam perjalanan pulang ke hotel, para suporter juga menyerang bus PSMS yang membawa pemain dan official. Dua wiper dan kaca spion bus PSMS patah.

Ironisnya, selain pelemparan dan penyanderaan, kapten PSMS, Rahmad Hidayat juga mengalami pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh wakil Presiden Persiraja, Yudi Cot Ara (Kana) dan rekannya yang mengakibatkan dirinya mengalami luka pukulan pada kepala bagian depan.

Manajemen PSMS Medan langsung bereaksi melayangkan protes resmi ke komisi disiplin PSSI. “Soal protes kami (PSMS) ke PSSI, sudah kami layangkan langsung malam itu juga. Dan saya sudah berkoordinasi, berhubungan dengan Direktur PT Liga, Ferry Paulus terkait kejadian semalam (di markas Persiraja),” ujar Chief Operating Officer PT Kinantan Medan Indonesia, Andry Mahyar, Minggu, (19/11/2023).

Bahkan diririnya menyayangkan sikap pengurus Persiraja yang terlibat dalam aksi pengeroyokan terhadap kapten PSMS, Rachmad Hidayat. “Ini suatu hal memalukan dalam persepakbolaan kita. Ada oknum pengurus sepak bola yang ikut terlibat dalam pengeroyokan terhadap salah satu pemain PSMS,” ungkapnya.

Untuk itu, dirinya meminta Komdis PSSI tak hanya memberikan sanksi denda saja, namun juga sanksi yang lebih keras lagi seperti partai usiran, atau sanksi tanpa penonton, bahkan diskualifikasi.

“Dalam pasal 68 sampai 70 kode disiplin PSSI menjelaskan mengenai sanksi jika terjadi kerusuhan yakni pengusiran dan juga menggelar pertandingan tanpa penonton. Bahkan dalam sanksi tambahan juga ada pasal yang mengatur tentang diskualifikasi jika terjadi kerusuhan,” ucap Andry.

Dia juga mengungkapkan, kejadian serupa bukan hanya sekali ini terjadi dan PSMS bukan satu-satunya korban. Disebutkannya, saat Persiraja melawan Sada Sumut, Semen Padang juga Sriwijaya ada kejadian yang tak jauh beda. “Artinya sudah habit, ini enggak boleh terjadi sepak bola kita. Kalau hanya dengan denda akan dilulangi lagi. Persiraja harus ada hukuman tambahannya,” katanya lagi.

Sebelumnya peringatan keras juga pernah disampaikan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, kepada para suporter sepakbola agar tidak rusuh. Pasalnya, Indonesia terancam sanksi FIFA.

Dilansir dari sejumlah laman, Erick mengingatkan, Indonesia masih dalam pemantauan FIFA, imbas dari berbagai polemik sepak bola Tanah Air salah satunya tragedi Kanjuruhan.
Jika kembali terjadi kerusuhan, Erick mengatakan bahwa Indonesia bisa terkena sanksi keras dari FIFA.

“Suporter sejak awal sudah saya ingatkan. Kita ini bukan tidak dihukum oleh FIFA. Kita ini dipantau oleh FIFA. Kalau ada kejadian yang tidak diinginkan, pasti dihukum,” ucap Erick dalam konferensi pers, di Jakarta, beberapa waktu lalu. (dek)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tragedi kerusuhan Kanjuruhan masih membekas di ingatan para pecinta sepakbola tanah air. Tak hanya menewaskan ratusan penonton, tragedi itu juga berimbas dengan dihentikannya kompetisi Liga 2 di tengah jalan.

Bahkan, PSSI harus mendapatkan pantauan khusus dari FIFA karena kerusuhan suporter yang terjadi. Sanksi keras pun mengintai. Hal itu sejatinya menjadi perhatian khusus bagi PT LIB selaku operator liga agar mengawasi ketat peserta kompetisi liga di tanah air.

Seperti insiden kerusuhan yang dilakukan salah satu pendukung klub peserta Liga 2, Persiraja. Mereka melakukan aksi tak terpuji dengan melemparkan botol mineral, batu bahkan juga melakukan aksi penyanderaan terhadap official, pelatih, dan pemain PSMS Medan.

Insiden itu terjadi saat Persiraja menjamu PSMS Medan dalam lanjutan Liga 2 yang berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Sabtu (18/11/2023) malam. Seusai laga yang berakhir imbang tanpa gol, para suporter Persiraja melakukan aksi pelemparan botol mineral dan batu kepada official, pelatih, dan juga pemain PSMS.

Selain itu para pemain PSMS juga disandera dan tak bisa meninggalkan stadion setelah dikepung ribuan suporter. Tim PSMS harus bertahan di ruang ganti karena minimnya aparatur keamanan. Laga yang seharusnya berakhir pukul 23.00 WIB, namun karena tak bisa keluar, tim PSMS harus bertahan hingga Minggu (19/11/2023) dini hari pukul 01.00 WIB setelah mendapatkan jaminan pengawalan ketat tim keamanan.

Saat dalam perjalanan pulang ke hotel, para suporter juga menyerang bus PSMS yang membawa pemain dan official. Dua wiper dan kaca spion bus PSMS patah.

Ironisnya, selain pelemparan dan penyanderaan, kapten PSMS, Rahmad Hidayat juga mengalami pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh wakil Presiden Persiraja, Yudi Cot Ara (Kana) dan rekannya yang mengakibatkan dirinya mengalami luka pukulan pada kepala bagian depan.

Manajemen PSMS Medan langsung bereaksi melayangkan protes resmi ke komisi disiplin PSSI. “Soal protes kami (PSMS) ke PSSI, sudah kami layangkan langsung malam itu juga. Dan saya sudah berkoordinasi, berhubungan dengan Direktur PT Liga, Ferry Paulus terkait kejadian semalam (di markas Persiraja),” ujar Chief Operating Officer PT Kinantan Medan Indonesia, Andry Mahyar, Minggu, (19/11/2023).

Bahkan diririnya menyayangkan sikap pengurus Persiraja yang terlibat dalam aksi pengeroyokan terhadap kapten PSMS, Rachmad Hidayat. “Ini suatu hal memalukan dalam persepakbolaan kita. Ada oknum pengurus sepak bola yang ikut terlibat dalam pengeroyokan terhadap salah satu pemain PSMS,” ungkapnya.

Untuk itu, dirinya meminta Komdis PSSI tak hanya memberikan sanksi denda saja, namun juga sanksi yang lebih keras lagi seperti partai usiran, atau sanksi tanpa penonton, bahkan diskualifikasi.

“Dalam pasal 68 sampai 70 kode disiplin PSSI menjelaskan mengenai sanksi jika terjadi kerusuhan yakni pengusiran dan juga menggelar pertandingan tanpa penonton. Bahkan dalam sanksi tambahan juga ada pasal yang mengatur tentang diskualifikasi jika terjadi kerusuhan,” ucap Andry.

Dia juga mengungkapkan, kejadian serupa bukan hanya sekali ini terjadi dan PSMS bukan satu-satunya korban. Disebutkannya, saat Persiraja melawan Sada Sumut, Semen Padang juga Sriwijaya ada kejadian yang tak jauh beda. “Artinya sudah habit, ini enggak boleh terjadi sepak bola kita. Kalau hanya dengan denda akan dilulangi lagi. Persiraja harus ada hukuman tambahannya,” katanya lagi.

Sebelumnya peringatan keras juga pernah disampaikan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, kepada para suporter sepakbola agar tidak rusuh. Pasalnya, Indonesia terancam sanksi FIFA.

Dilansir dari sejumlah laman, Erick mengingatkan, Indonesia masih dalam pemantauan FIFA, imbas dari berbagai polemik sepak bola Tanah Air salah satunya tragedi Kanjuruhan.
Jika kembali terjadi kerusuhan, Erick mengatakan bahwa Indonesia bisa terkena sanksi keras dari FIFA.

“Suporter sejak awal sudah saya ingatkan. Kita ini bukan tidak dihukum oleh FIFA. Kita ini dipantau oleh FIFA. Kalau ada kejadian yang tidak diinginkan, pasti dihukum,” ucap Erick dalam konferensi pers, di Jakarta, beberapa waktu lalu. (dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/