27.8 C
Medan
Friday, May 24, 2024

23 Kontingen Anggap PON 2016 Cacat

Foto: Wahyudin/Jawapos Suasana closing PON XIX Jabar 2016 di Stadion GBLA, Bandung (29/09/2016). PON XX akan diadakan di papua tahun 2020 mendatang.
Foto: Wahyudin/Jawapos
Suasana closing PON XIX Jabar 2016 di Stadion GBLA, Bandung (29/09/2016). PON XX akan diadakan di papua tahun 2020 mendatang.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kemeriahan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 berakhir, kemarin (29/9). Seiring dengan itu, pataka penyelenggaraan PON pun diserahterimakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan kepada Gubernur Papua Lukas Enembe yang akan menjadi tuan rumah PON XX 2020 Papua.

Ajang PON kali ini memang berbeda dengan PON yang sudah ada. Sentuhan teknologi memang terlihat jelas mendukung gelaran PON hingga akhir. Tetapi, rupanya noda besar tersisa dari gelaran ajang empat tahunan itu.

Kaukus 23 kontingen bahkan menyebut gelaran PON kali ini cacat. Artinya, sejumlah fungsi penyelenggaraan terutama dalam pertandingan dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan benar.

Djamhuron P Wibowo, ketua kontingen Jakarta yang juga masuk dalam 23 kaukus menerangkan dalam hal pelayanan PB POn Jabar sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

“Tetapi untuk pertandingan, ini jelas banyak masalah yang seharusnya tidak terjadi,” katanya.

Masalah tersebut kerap muncul pada cabor yang memiliki tingkat subjektifitas yang tinggi. Misalnya, judo, gulat, ataupun anggar. Cabor tak terukur itu kerap memunculkan friksi diantara kontingen disebabkan keputusan wasit.

Secara teknis, kaukus 23 kontingen juga menuntut persiapan PON harus selesai jauh-jauh hari. “Khusus keabsahan atlet harapan kami paling lambat selesai 6 bulan sebelum event, demikian juga penentuan wasit yang akan bertugas,” urainya.

“Ini untuk menghindari kejadian serupa yang berlangsung di Jabar,” katanya.

Terpisah, Yudha M Saputra, Ketua Bidang Pertandingan PB PON mengatakan protes yang terjadi masih dalam batas kewajaran. “Ini dinamika yang tidak bisa kami antisipasi,” katanya.

Namun dalam Chief de Mission meeting terakhir kemarin, Yudha mengatakan kalau kontingen berkeinginan mengembalikan marwah PON untuk menggodok cabor olimpiade. Hal tersebut menjadi salah satu catatan penting lainnya untuk PON kali ini. (nap/nes)

Foto: Wahyudin/Jawapos Suasana closing PON XIX Jabar 2016 di Stadion GBLA, Bandung (29/09/2016). PON XX akan diadakan di papua tahun 2020 mendatang.
Foto: Wahyudin/Jawapos
Suasana closing PON XIX Jabar 2016 di Stadion GBLA, Bandung (29/09/2016). PON XX akan diadakan di papua tahun 2020 mendatang.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Kemeriahan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 berakhir, kemarin (29/9). Seiring dengan itu, pataka penyelenggaraan PON pun diserahterimakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan kepada Gubernur Papua Lukas Enembe yang akan menjadi tuan rumah PON XX 2020 Papua.

Ajang PON kali ini memang berbeda dengan PON yang sudah ada. Sentuhan teknologi memang terlihat jelas mendukung gelaran PON hingga akhir. Tetapi, rupanya noda besar tersisa dari gelaran ajang empat tahunan itu.

Kaukus 23 kontingen bahkan menyebut gelaran PON kali ini cacat. Artinya, sejumlah fungsi penyelenggaraan terutama dalam pertandingan dinilai tidak menjalankan tugasnya dengan benar.

Djamhuron P Wibowo, ketua kontingen Jakarta yang juga masuk dalam 23 kaukus menerangkan dalam hal pelayanan PB POn Jabar sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

“Tetapi untuk pertandingan, ini jelas banyak masalah yang seharusnya tidak terjadi,” katanya.

Masalah tersebut kerap muncul pada cabor yang memiliki tingkat subjektifitas yang tinggi. Misalnya, judo, gulat, ataupun anggar. Cabor tak terukur itu kerap memunculkan friksi diantara kontingen disebabkan keputusan wasit.

Secara teknis, kaukus 23 kontingen juga menuntut persiapan PON harus selesai jauh-jauh hari. “Khusus keabsahan atlet harapan kami paling lambat selesai 6 bulan sebelum event, demikian juga penentuan wasit yang akan bertugas,” urainya.

“Ini untuk menghindari kejadian serupa yang berlangsung di Jabar,” katanya.

Terpisah, Yudha M Saputra, Ketua Bidang Pertandingan PB PON mengatakan protes yang terjadi masih dalam batas kewajaran. “Ini dinamika yang tidak bisa kami antisipasi,” katanya.

Namun dalam Chief de Mission meeting terakhir kemarin, Yudha mengatakan kalau kontingen berkeinginan mengembalikan marwah PON untuk menggodok cabor olimpiade. Hal tersebut menjadi salah satu catatan penting lainnya untuk PON kali ini. (nap/nes)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/