25 C
Medan
Tuesday, December 30, 2025
Home Blog Page 13949

Jangan Paksa Tiba-tiba Makrifat

Manufacturing Hope 9

MENDIKBUD layak memberikan penghargaan kepada Wali Kota Solo Jokowi, setidaknya untuk satu hal: mempromosikan keberhasilan program kementeriannya. Khususnya, dalam pengembangan mobil Esemka. Mendikbud Mohamad Nuh-lah yang memprogramkan 23 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu merakit mobil Esemka. Tiga di antaranya SMK swasta. Satu di antara tiga itu adalah SMK Muhammadiyah Borobudur, Magelang, yang dua tahun lalu ikut jadi korban meletusnya Gunung Merapi.

Siswa SMK Muhammadiyah ini, sebagaimana SMK Solo yang sudah dipromosikan Jokowi, bahkan sudah melewati beberapa tahap kesulitan perakitan mobil. Mula-mula merakit satu mobil. Lalu, dibongkar lagi untuk dirakit lagi. Dibongkar lagi dan dirakit lagi.

Tahap berikutnya, SMK tersebut bersama-sama dengan 23 SMK lainnya diberi wewenang (dan uang) untuk membeli suku cadang yang bisa dirangkai menjadi mobil. Boleh impor, boleh dari dalam negeri. Uangnya disediakan.

Mereka memilih mengimpor dari Tiongkok. Karena tidak mungkin setiap SMK mengimpor sendiri-sendiri, 23 SMK tersebut bersepakat menunjuk sebuah perusahaan importer. Dipilihlah spare part mesin berbasis teknologi merek Wuling dari Tiongkok.

Spare part impor itu dibagikan secara merata ke 23 SMK. Inilah yang kemudian dipakai belajar merakit dengan tingkat kesulitan lebih tinggi. Hasilnya sangat baik, tapi di blok mesinnya belum ada tulisan Esemka.

Tahap berikutnya lagi, blok mesin tidak didatangkan dari Tiongkok, tapi dibuat oleh industri kecil baja Ceper, Klaten. Cetakan blok mesin yang masih kasar ini dikirim ke Jakarta untuk dibubut di pabrik mobil. Juga diberi merek Esemka. Dari Jakarta, blok mesin ini dikirim ke 23 SMK untuk dirakit oleh para siswa. Tahap inilah yang berhasil dirakit menjadi mobil Jokowi. Karena itu, baik yang di Solo, di SMK Muhammadiyah Borobudur, maupun di beberapa SMK lainnya, bentuk dan modelnya sama.

Fisiknya gagah dan finishing-nya halus. Gas, kopling, rem, power steering, dan power window-nya tidak terasa beda dengan mobil produksi pabrik. Saya mencoba mobil Esemka buatan SMK Muhammadiyah ini sampai kecepatan 80 dan membawanya ngepot di lapangan rumput berlumpur. Tidak ada masalah. Rasanya, mobil Esemka buatan SMK-SMK negeri lainnya juga sama baiknya. Memang ada supervisi dari tim Mendikbud yang diberikan dalam standar yang sama untuk semua SMK.

Kini Mendikbud memberi order yang lebih besar lagi. Kepada SMK Muhammadiyah Borobudur, diberikan order untuk mempraktikkan pekerjaan yang lebih berat: membuat tiga buah bus “2 in 1”. Bus ini bisa untuk angkutan penumpang/barang dan sekaligus bisa diubah sebagai panggung kesenian.
Tiga buah bus tersebut sekarang lagi dikerjakan di bengkel SMK itu. Bagian dindingnya bisa dibuka. Diberi engsel di bagian bawahnya. Ketika dinding bus itu dibuka, jadilah dinding tersebut panggung kesenian. Tiga buah bus “2 in 1” itu akan diberikan kepada SMK khusus bidang kesenian.

Seniman SMK bisa menuju tempat pertunjukan dengan naik bus dan membawa serta peralatan kesenian. Tiba di lokasi, dinding busnya dibuka dan dihampar sebagai panggung.

Kalau order Mendikbud ini selesai, SMK-SMK itu, seperti SMK Muhammadiyah Borobudur ini, akan memiliki catatan yang panjang: berhasil merakit sedan, SUV, ambulans, pikap dan bus “2 in 1”.

Siapa pun akan bangga melihat perkembangan itu. Berita mengenai pelajar kita tidak lagi melulu soal perkelahian. Kini mengenai prestasi mereka. Mendikbud sendiri, mungkin karena menganggap perannya itu sebagai kewajiban yang sudah seharusnya, rupanya tidak melihat bahwa keberhasilannya tersebut sebuah success story. Jokowi-lah yang mempromosikan keberhasilan Kemendikbud itu!

Setelah memahami apa yang sebenarnya terjadi di SMK-SMK itu, sorenya saya meninjau PT INKA di Madiun. BUMN ini sudah berhasil memproduksi mobil 650 cc. Saya mencoba mengemudikannya sejauh satu jam perjalanan dari Madiun ke Takeran lewat Kebonsari. Saya ingin tahu, apakah PT INKA bisa didorong untuk menjadi industri mobil nasional. Agar keinginan yang luas di media mengenai mobnas ini bisa segera mendapatkan muara.
Malam harinya, rapat intensif dilakukan. Temanya sama: apakah PT INKA sudah siap untuk menjadi industri mobil nasional?

Pasti bisa. Terutama, kalau yang dimaksud adalah memproduksinya. Tapi, BUMN ini pernah bertahun-tahun dalam kondisi la-yahya-wala-yamut. Saking beratnya, pernah diputuskan ditutup saja. Krisis ekonomi dan politik 1998 membuat PT INKA kehilangan kehidupannya. PT INKA ibarat orang yang sudah dikira mati dan sudah dimasukkan ke kamar mayat.

Ternyata, dia belum mati benar. Mekanisme internal di tubuhnya (bukan karena ditolong dokter) memungkinkan tiba-tiba denyut nadinya berdetak pelan. Petugas kamar mayat tahu belakangan. Lalu, dikirim ke ICU. Oksigen politik dan ekonomi yang membaik di luar (lagi-lagi bukan karena pertolongan dokter) membuat jantungnya mulai berdetak.

Boleh dikata, baru tiga tahun terakhir PT INKA keluar dari rumah sakit. Jalannya memang sudah tidak sempoyongan, tapi belum bisa kalau disuruh lari, namun belum cukup kuat untuk ikut lomba maraton. Apalagi maraton industri mobil yang begitu terjal jalannya dan begitu jauh jaraknya.
Manajemen PT INKA masih harus berkonsentrasi di industri kereta api. Di situlah core business–nya. Di situlah makom-nya.
Dia harus fokus dengan sebenar-benarnya fokus. Istilah saya, dia harus bertauhid. Inti tauhid adalah meng-esa-kan. Dan inti meng-esa-kan adalah fokus. Tidak boleh gampang tergoda. Di dalam bisnis dan di dalam manajemen, godaan itu luar biasa banyak. Sebanyak godaan terhadap keimanan. Kalau sebuah manajemen tidak fokus, dia bisa jatuh menjadi musyrik. Musyrik manajemen. PT INKA tidak boleh diganggu oleh godaan-godaan sesaat. Dia masih di tahap syariat. Jangan dipaksa tiba-tiba makrifat! Bisa gila.

Tapi, PT INKA akan tetap memproduksi mobil. Syaratnya: sepanjang ada pesanan. Itu pun kalau jelas pembayarannya.

Yang penting, PT INKA terbukti bisa memproduksi mobil. Dia sudah banyak latihan membuat mobil ketika tidak ada pekerjaan membuat kereta api dulu. Kini, PT INKA lagi sibuk di core business-nya. Lagi banyak order membuat kereta api. Juga lagi semangat mengembangkannya.

Walhasil, PT INKA belum akan menjadi industri mobil dalam pengertian sampai mengurus sistem distribusi, pemasaran, dan lembaga pembiayaannya. Ini pekerjaan yang memerlukan investasi triliunan rupiah yang berhasil-tidaknya tidak hanya ditentukan oleh kemampuan produksinya.

PT INKA masih harus menanam kepercayaan dengan cara mampu menyelesaikan pembuatan 40 kereta api tepat waktu. Juga harus menanam kepercayaan bahwa kualitasnya tinggi. PT INKA juga sedang konsentrasi untuk membuat puluhan lokomotif setelah dipercaya oleh General Electric dari Amerika. Untungnya mungkin tipis, tapi reputasi yang didapat bisa membawa keuntungan besar di belakang hari. Kepercayaan ini harus dijaga. Apalagi perusahaan sekelas GE yang memercayainya.

Memang PT KAI yang menjadi konsumen terbesarnya kini masih banyak mengimpor kereta bekas dari Jepang, tapi itu hanya sementara. Untuk memperbaiki kinerja keuangan PT KAI sendiri. Dengan tarif kereta saat ini, PT KAI memang baru bisa membeli kereta bekas yang amat murah. Tapi, tiga-empat tahun lagi sudah akan berubah.

Pembenahan di PT KAI terus dilakukan oleh manajemennya. Hasilnya sudah kelihatan nyata dua tahun terakhir ini. Kalau keuangannya sudah lebih baik, pasti PT KAI meninggalkan era beli bekas. Di saat itulah, nanti PT INKA bisa panen raya. Apalagi kalau program ekspornya terus berkembang.
Memang masih banyak masalah di antara keduanya. Tapi, memecahkannya tidak akan sesulit merukunkan Israel dan Palestina. Masalah PT INKA dan PT KAI bisa diselesaikan di atas kereta api. Dalam perjalanan kereta api dari Madiun ke Jombang, berbagai masalah mendasar dibicarakan bersama.

Ketegangan yang diselingi gelak tawa membawa kesegaran suasana. Salah pengertian di antara PT KAI dan PT INKA bisa dihilangkan. Lalu, salaman. Sinergi bisa disepakati. Salaman lagi. Direksi PT KAI dan direksi PT INKA bersalaman berkali-kali. Pertanda banyak kesepahaman yang terjadi.
Banyaknya penumpang yang dari jauh melihat serangkaian salaman itu mungkin ikut terheran-heran. Saya sendiri bisa turun di stasiun Jombang dengan perasaan lega. Lalu, bisa nyekar ke makam Gus Dur dengan hati yang lebih lapang.

Kalau begitu, siapa yang akan menggarap mobil nasional?

Jangan khawatir. Saat ini, sudah ada putra bangsa, lulusan ITB tahun 1984, yang sedang secara serius menyiapkannya. Mobil ciptaannya sudah diuji keliling kampus almamaternya. Dia memang pengusaha permesinan yang andal.

Sudah banyak melakukan ekspor mesin. Dia putra Indonesia dari suku Sunda yang sangat nasionalis. Dia seorang profesional yang tangguh. Dia akan membangun pabrik yang serius dengan production line yang serius pula. Dia akan memenuhi segala persyaratan sebuah industri mobil yang sempurna.
Tugas kita adalah membantunya. Yakni, membeli produknya atau setidaknya mendoakannya. Tidak lama lagi. (*)

Penulis adalah Menteri BUMN

Perjuangan Masyarakat Sari Rejo Makin Ruwet

Muncul Formas Tandingan

MEDAN- Belum lagi tuntutan masyarakat Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, atas sertifikat tanah seluas 260 hektar yang sejak 1948 lalu didiami masyarakat terwujud, malah sudah timbul masalah baru.

Masalahnya adalah adanya mosi tidak percaya, terhadap pengurus Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas), yang diketahui selama ini menjadi wadah perjuangan masyarakat setempat.

Mosi tidak percaya itu, diawali dari statemen Wali Kota Medan, Rahudman Harahap di Kantor Camat, Kecamatan Medan Polonia, 1 Februari 2012 lalun
Dimana menurut masyarakat, Rahudman hendak mengambilalih tanah di Ke lurahan Sari Rejo seluas 82 hektar.

“Jadi, akhirnya kembali kepada suara rakyat. Tadi semua sepakat, malam ini harus dilakukan musyawarah besar untuk menghindari kekosongan kepengurusan malam ini juga. Intinya ini adalah munculnya mosi ketidakpercayaan. Dan itu disebabkan dari pernyataan Wali kota Medan yang akan mengambilalih tanah Sari Rejo seluas 82 hektar. Terutama di pinggiran Sucipto dan tanah-tanah lainnya di Malibu,” ujar Pahala Napitupulu, yang mengaku diangkat sebagai Ketua Formas yang baru, pada rapat di Kantor Lurah Sari Rejo, Jalan Sejati, No 15 Medan, Selasa (7/2) malam.
Lebih lanjut, Pahala menceritakan, sejak keluarnya pernyataan Wali Kota Medan tersebut, sejumlah masyarakat Sari Rejo mendatanginya dan memintanya untuk menyelesaikan masalah tuntutan masyarakat menyangkut, sertifikat tanah Sari Rejo, 5 Februari 2012 di Kantor Lurah Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia.

“Orang-orang ini datang ke rumah, tapi saya bilang jangan begitu. Jadi pertemuanlah semalam ini, jadi kita adakan rapat malam ini. Kita undanglah Formas malam ini, tapi mereka tidak datang. Marahlah orang ini. Maksud saya biar tenang,” tegasnya.
Saat ditanya, apakah benar statusnya saat ini adalah Ketua Formas, Pahala membenarkannya.

“Kalau yang lain diurus, bahkan sampai ke Bandung dan ke Lampung saya demo, masak di kampung nggak diurusi. Ya, jadinya beginilah. Mau bagaimana lagi,” akunya.

Terkait hal itu, Ketua Formas Riwayat Pakpahan beserta segenap pengurus Formas lainnya, yang ditemui di kediamannya, di Jalan Teratai No.45 Medan menyatakan, ketidakhadiran pengurus Formas, dikarenakan undangan tertanggal 6 Februari, dengan agenda rapat untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat ditandatangani, Sutopo yang mengatasnamakan perwakilan masyarakat, tidak jelas siapa yang mengundang.

“Jadi tidak perlu kami datang. Kalau kami datang, jadi nanti kalau ada Formas-formas lainnya, kami datang juga. Harusnya, mereka dengan cara baik-baik untuk sama-sama memperjuangkan hak dan tuntutan masyarakat. Apalagi, kami juga sedang menjenguk Pak Mahyuddin, Koordinator Lingkungan (Korling) 3 yang tengah sakit dan dirawat di RS Mitra Sejati. Kami tanya masyarakat, dari lingkungan satu sampai sembilan, ternyata tidak kenal sama yang namanya Sutopo itu,” tegas Riwayat Pakpahan.

Lebih lanjut, Riwayat menyatakan, awal masuknya Pahala Napitupulu, untuk membentuk organisasi yang juga mengatasnamakan Formas tersebut adalah adanya tanah seluas 35.25 hektar, sertifikat Hak Pakai No 1 Tanggal 13 Juni 1997.

“Orang itu masuknya dari tanah yang sudah bersertifikat. Kemudian, mau membentuk organisasi itu. Nah, perjuangan Formas kan untuk masyarakat yang belum bersertifikat. Jadi, kalau yang sudah bersertifikat kan tidak lagi diperjuangkan,” tegasnya.
Mengenai keberadaan Formas, Riwayat menjelaskan, Formas adalah lembaga resmi yang telah memiliki akta notaris No.30 tertanggal 24 Februari 2011, di Kantor Notaris Muhammad Dodi Budiantoro SH.

“Keberadaan Formas ini resmi, sudah ada akta notarisnya. Jadi, kalau mereka ingin membuat organisasi, jangan memakai nama Formas. Nah, kami tanya dari warga ternyata tidak ada yang kenal dengan pengurus organisasi itu,” tukasnya.(ari)

Aung San Suu Kyi Bersemangat Ikuti Kampanye

Tokoh oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi memulai kampanye sebagai kandidat resmi calon anggota parlemen, menjelang pemilu sela April mendatang. Kunjungan pemenang Nobel Perdamaian 1991 itu ke Irrawaddy adalah yang pertama kalinya dalam dua dekade terakhir.
Suu Kyi tampak bersemangat untuk mengikuti kampanye ini, setelah selama hampir dua dekade dirinya dilarang berpolitik oleh Pemerintah Myanmar saat masih dipegang junta militer.

Kampanye Suu Kyi pun tidak sia-sia. Warga berbondong-bondong menyambut kedatangannya dalam kampanye. Tak terlihat wajah letih dari perempuan berusia 66 tahun itu. “Kami sayang Ibu Suu!,” teriak pendukungnya.
Para pendukung pun tampak melemparkan bunga ke arahnya di saat dirinya naik ke atas mobil untuk menyambut pendukungnya.(net/jpnn)

Lampu Jalan Gang Suka Murni Banyak yang Padam

085760893xxx

Yth Pemko Medan tolong disampaikan kepada dinas terkait bahwasanya lampu jalan di Gang Suka Murni Kelurahan Suka Maju banyak yang padam. Dari belasan lampu yang ada hanya satu yang hidup. Gang ini posisinya di seberang Jalan Garu 1. Mohon segera diperbaiki karena rawan kejahatan, terima kasih.

Dikoordinasikan ke Pertamanan

Terima kasih atas informasinya. Menyikapi SMS ini, warga dapat berkoordinasi kepada camat yang berwenang mengusulkan ke Dinas Pertamanan Kota Medan agar pemasangan atau perbaikan lampu jalan di kawasan ini dapat segera dilakukan.

Selain itu, kami juga meminta kepada masyarakat di sana untuk sama-sama melakukan pengawasan terhadap tindakan kejahatan di sana. Laporkan segera ke kepling dan lurah untuk ditindaklanjuti.

Budi Heriono
Kabag Humas Pemko Medan

Tertangkap Basah Nonton BF, Anggota Dewan Mundur

NEW DELHI- Perilaku wakil rakyat menonton blue film (BF) saat paripurna tidak cuma terjadi di Indonesia. Di India, dua orang wakil rakyat tertangkap basah sedang menonton film porno di ponsel saat sidang paripurna berlangsung.

Kelakuan Lakshman Savadi dan koleganya CC Patil menonton film porno ini tertangkap kamera tersembunyi. Tingkah kedua menteri India itu langsung dipublikasikan ke dalam televisi lokal India.

Awalnya, kedua politisi Partai Bharatiya Janata (BJP) ini tidak mengakui perbuatannya. Kedua wakil rakyat itu menyampaikan alasan yang heboh saat tertangkap menonton film porno. Mereka mengaku sedang menonton rekaman video yang berupa rekaman penganiayaan seorang warga negara asing.
Meski demikian, laporan itu menyebutkan, kedua anggota DPRD itu menonton dua cuplikan film di dalam ponsel dan salah satu di antaranya adalah film porno. Perilaku Patil dan Savadi sangat mempermalukan Partai BJP yang mereka wakilkan. Para pejabat BJP pun sangat marah.

Presiden BJP Nitin Gadkari yang saat itu ada di Uttar Pradesh langsung menelpon seorang pejabatnya, Sadananda Gowda dan pejabat partainya untuk mendiskusikan kasus ini.

Setelah peristiwa ini terjadi, kediaman milik Savadi juga tampak dilempari batu oleh demonstran. Akhirnya, kedua anggota dewan itu mengundurkan diri.(net/jpnn)

Anggota ASSBI Sumut Capai 105 SSB

MEDAN-Sejak terbentuknya Asosiasi Sekolah Sepakbola Indonesia (ASSBI) Sumut pada November 2011 lalu langsung membuat terobosan-terobosan yang berkaitan dengan pembinaan, memalui program yang telah dirumuskan.

Diketuai H Sumantraji SH dan Wakilnya Drs Azam Nasution MAP, ASSBI Sumut untuk tahun 2012 ini merancang program yang tentunya untuk menggairahkan kegiatan khususnya sekolah sepakbola yang ada di Sumut.

Untuk mensosialisasikan programnya, ASSBI Sumut melakukan sosialisasi ke DPRD Sumut yang diterima langsung oleh Wakil Ketua DRPD Sumut Ir H Kamaluddin Harahap, MSi, Rabu (8/2).

Dalam audiensi tersebut Ir H Kamaluddin Harahap MSi menjelaskan, dengan keberadaan ASSBI ini sudah jelas akan tugas pokok dan fungsinya yakni untuk merangkul seluruh sekolah sepakbola, agar semakin terkoordinir dalam pembinaannya.

“ Kita sangat bangga di Sumut telah berdiri hampir dua ratusan sekolah sepakbola. Namun, selama ini saya melihat SSB tersebut bagaikan anak kehilangan induk yang tak tau kemana arahnya dalam melakukan pembinaan. Dengan kehadiran ASSBI ini tentuya seluruh SSB itu akan menjadi terkoordinir keberadaannya, apalagi ASSBI telah mencanangkan program-program yang menjurus ke pembinaan,” katanya.

Saat ini sebut Sumantraji, sekolah sepakbola di bawah naungan ASSBI telah mencapai 105 (SSB) dari 33 kabupaten/kota se- Sumatera Utara.
“ Melihat banyaknya SSB yang telah bergabung dengan ASSBI ini, sudah saatnya kita untuk membuat kegiatan disepanjang tahun 2012 ini. Yang terutama ASSBI akan melakukan kompetisi di tiga tingkatan usia dan penyeragaman kurikulum SSB,” sebutnya.(jun)

Laga PSMS Minta Ditayangkan Langsung

MEDAN- PSMS merupakan satu dari sedikit klub di ajang IPL yang mendapat jatah siaran langsung, saat melakoni laga kandang di Stadion Teladan pada putaran pertama. Namun, minimnya minat masyarakat Kota Medan menyaksikan tim berjuluk Ayam Kinantan ini berlaga menjadi perhatian manajemen.
Karena itu, manajemen mengaku telah mengajukan permohonan kepada PT LPIS untuk kembali menayangkan secara langsung pertandingan yang dihelat di stadion kebanggaan masyarakat Kota Medan itu.  “Kita sudah mengajukan permohonan kepada PT LPIS agar mempertimbangkan hal itu. Tentunya, dengan minat sepakbola yang cukup tinggi di Medan, hal tersebut bukan mustahil untuk dilakukan,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) PSMS Freddy Hutabarat, Rabu (8/2).

Dari tiga laga kandang yang dilakoni PSMS di Stadion Teladan saat menjamu Persebaya Surabaya, Persija Jakarta dan Persiraja Banda Aceh, tak satupun yang disiarkan oleh stasiun televisi pemegang hak siar, MNC malam mendatang.(saz)

Khawatir Tim PON Sumut Dibisniskan

Kompetisi PSSI Devisi Satu Grup II Liga Indonesia 2011-2012

LUBUK PAKAM- Keberadan tim PSSA Asahan pada kompetisi Divisi satu grup II Liga PSSI 2011-2012 diprotes Pengurus Cabang PSSI Deli Serdang.
Pasalnya, di ajang ini tim PSSA Asahan bermaterikan pesepak bola Sumut yang akan berlaga pada Pekan Olah Raga Nasional (PON) XVIII tahun 2012 di Riau.

Protes itu disampaikan Ketua  Pengcab PSSI Kabupaten Deliserdang Mikail TP Purba, yang didampingi sekretarisnya Tusilo, Rabu (8/2).
Menurut Mikail, sebelum bergabung dengan tim sepak bola PON Sumut, para pemainnya yang berasal dari klub-klub yang ada di kabupaten/kota di Sumut itu terlebih dahulu mengikuti seleksi yang berlangsung di Stadion Teladan Medan, pada 15 Juni 2010.

“Jadi, apa alasannya para pemain tim sepak bola PON Sumut dipakai oleh tim PSSA Asahan. Iya kita tentu proteslah soalnya di sana ada enam mantan pemain PSDS Junior. Kami khawatir, jangan-jangan tim PON Sumut  itu dibisniskan,” bilang Mikhail.

Ditambahkannya, sebenarnya sebelum kompetisi Divisi I digelar,   PSDS membutuhkan keenam pemain yang kini memperkuat tim PON Sumut, namun karena tak ingin tak ingin merusak sistem pembinaan dan dan konsentrasi seluruh pemain, maka keenam mantan pemain PSDS Junior  tadi urung dipanggil untuk  bergabung dengan PSDS.

Tentunya, dari segi kualitas permainan tim PSSA Asahan diatas rata rata tim yang berkompetisi di devisi satu grup II liga PSSI 2011-2012. Pasalnya tim sepakbola PON Sumut sudah terbentuk dua tahun silam. Karenya tak heran bila para pemain PON Sumut yang dibiayai APBD Sumut itu memiliki kemampuan yang lebih baik dari pemain lainnya.

Sementara itu, pengurus PSDS Nurhadi NP, ketika diminta keterangannya soal enam mantan pemain PSDS Junior yang memperkuat tim sepakbola PON Sumut menyatakan bahwa keenamnya masih tercatat sebagai pemain binaan PSDS.
“Keenam pemain itu belum pernah menerima surat keluar dari PSDS. Jadi mereka masih milik kami, karena kami tak pernah  mengeluarkan   surat keluar mereka untuk pindah ke tim lain,” jelas Nurhadi. (btr)

Polres Pakpak Bharat Gelar Catur Simultan

PAKPAK BHARAT- Untuk menggairahkan olahraga catur sekaligus ajang pembinaan generasi muda, Polres Pakpak Barat akan menggelar Catur Simultan se-Kabupaten Pakpak Bharat, Meret mendatang.

“Olahraga catur sangat efektif mengurangi tingkat kriminal, karena catur mengajarkan bagaimana berpikir secara positif” demikian disampaikan Kapolres Pakpak Bharat AKBP Giueseppe Reinhard Gultom Sik kepada Sumut Pos di ruang kerjanya Selasa (7/2).

Rencananya dalam kegiatan tersebut mereka akan menghadirkan MN Carles Manik Juara Pordasu selama 2 kali yakni 2002 dan 2006.
Carles juga merupakan putera daerah yang berasal dari Pakpak Bharat. Kegiatan bertujuan guna meningkatkan hubungan yang lebih akrap antara Polri dengan masyarakat guna terciptanya keamanan dan ketertiban di tengah-tengah masyarakat.

Carles mengucapkan terimakasih atas kepedulian kapolres yang sangat antusias mendukung kegiatan olahraga Catur Simultan tersebut dan berharap melalui even ini akan lahir bibit potensial sebagai generasi penerus dari kabupaten Pakpak Bharat.
“Saya berharap dengan adanya kegiatan ini dapat menemukan bibit- bibit potensial yang akan lahir dari kabupaten ini” katanya. (mag-14)

Briptu Erwin Dituntut Hukuman Mati

Sidang Pembunuhan Sri Wahyuni

MEDAN- Sidang lanjutan pembunuhan mantan karyawati BRI Syariah di Pengadilan Negeri (PN) Medan kembali ricuh, Selasa (8/2).  Ketua Majelis Hakim Muhammad SH tidak dapat berbuat banyak, karena keluarga korban almarhumah Sri Wahyuni Simangungsong yang berada di ruang sidang berteriak-teriak mencaci maki terdakwa Briptu Erwin Panjaitan yang duduk di kursi pesakitan. Bahkan, seorang keluarga Sri Wahyuni sempat memukul Erwin.
Kericuhan bermula ketika tiga terdakwa Eva Lestari Surbakti, Suherman alias Embot dan Ria Hutabarat (berkas terpisah dengan terdakwa Erwin Panjaitan) usai menjalani persidangan dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari anggota Polresta Medan Dudung Suhendri.

Ketika itu ketiga terdakwa hendak beranjak dari ruang sidang. Spontan ibu korban berteriak di ruang sidang sehingga membuat suasana gaduh. Bahkan ketiga terdakwa dikejar-kejar keluarga Sri Wahyuni.

Ketiga terdakwa dengan ketakutan berupaya menghindar dan mendapatkan pengawalan dari aparat kepolisian. Di saat itulah terdakwa Erwin Panjaitan yang tengah duduk di kursi pesakitan langsung diserbu keluarga Sri Wahyuni dan sempat dipukul.

Namun, suasana yang sempat tegang itu dapat direda petugas. Setelah suasana kondusif, Hakim Muhammad SH menerangkan kepada Erwin bahwa dia dikenakan Pasal 339 jo Pasal 55 perampokan dan pembunuhan dengan ancaman hukuman mati.

“Saudara Erwin Panjaitan, Anda tidak memakai kuasa hukum? Kalau memang Anda tidak sanggup membayar kuasa hukum, negara yang akan membiayainya. Untuk itu kami menunjuk Hasanuddin SH sebagai penasehat hukum Anda. Karenanya, saudara harus konsultasi dengan kuasa hukum Anda,” ujar hakim.

Sementara, JPU Pardomuan Siburian SH dalam dakwaannya menyebutkan, terdakwa Erwin Panjaitan bersama tiga terdakwa lainnya merencanakan perampokan terhadap korban.

Erwin Panjaitan, yang merupakan anggota Polri aktif melakukan pengintaian dengan mengikuti korban dari rumahnya. Setelah mengetahui rute perjalanan korban, lantas Erwin dengan mengenakan pakaian dinas kepolisian memerintahkan istrinya Ria Hubarat dan Eva Lestari Surbakti untuk siap-siap mengikuti korban. Tepat di persimpangan Jalan Sunggal, terdakwa menyetop mobil korban dan langsung menjalankan aksinya.(rud)