28 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 14059

Oknum Polisi Pukuli Anggota Dewan

TAPTENG- Oknum anggota Polsek Barus, Aiptu EP (40) dilaporkan ke Polsek Manduamas atas tuduhan pemukulan terhadap Hariono Nainggolan, anggota DPRD Tapteng di warung tuak milik warga bermarga Marbun di Desa Paranginan, Kecamatan Manduamas, Tapteng, Kamis (19/1) malam sekira pukul 21.30 WIB.

Aiptu EP pun kini ditahan dan tengah menjalani pemeriksaan internal di Unit Propam Polres Tapteng, Jumat (20/1).

Hariono Nainggolan yang ditemui METRO (grup Sumut Pos)  usai memberikan keterangan di Unit Propam Polres Tapteng menceritakan, kronologis kejadian tersebut berawal saat dirinya sedang minum tuak di warung tuak langgananya milik Marbun.

Aiptu SP bersama adik iparnya kemudian datang dengan mengendarai sepedamotor. Usai bertanya ke pemilik warung, oknum polisi yang terbilang masih kerabat Hariono tersebut masuk ke dalam warung, dan langsung memukulinya secara membabi buta.

“Dia (Aiptu SP) datang naik sepedamotor, boncengan sama adik iparnya. Pertama dia tanya masih ada tuak?, lalu yang punya warung bilang sudah habis. Kemudian dia masuk ke dalam dan langsung memukuli saya dari belakang. Nggak ada basa-basi, saya langsung dipukuli. Pertama dari belakang, tapi pukulannya semua ke wajah dan kepala saya,” terang Hariono.

Anggota Komisi A tersebut juga mengaku, tidak membalas pukulan bertubi-tubi dari Aiptu EP, dia hanya berusaha mengelak saja.  Hariono sendiri sempat terjatuh ke lantai, dan Aiptu EP terus berusaha memukulinya, sampai akhirnya perkelahian itu berhasil dilerai oleh para peminum lainnya yang berada di warung tersebut.

Terpisah, Kapolres Tapteng AKBP Dicky Patrianegara  menegaskan, pihaknya tetap menindak personel yang bertindak anarkis tersebut. Setelah masuk laporan pengaduan, Aiptu EP sendiri langsung diamankan malam itu juga.
“Kita tetap tegas menjalankan penindakan sesuai prosedur,” kata Kapolres.(nasa/mor/smg)

PKPU Bantu Balita Penderita Hydrocephalus

MEDAN –Tim Pendayagunaan PKPU mendatangi rumah keluarga  Bapak Ahmad Zaini (40) di Jalan Pinang Baris Gang Wakaf.

Kunjungan singkat tersebut merupakan survey Tim Pendayagunaan PKPU yang dilakukan di awal Januari 2012, sejalan dengan program-program PKPU sebagai Lembaga Kemanusiaan Nasional.

Survey dilakukan guna meningkatkan pelayanan bagi mustahiq yang membutuhkan, dan salah satu bentuk pelayanan yang diadakan adalah dengan memberikan bantuan pengobatan gratis beserta satu buah sepeda untuk memfasilitasi kebutuhan sekolah anak.

Adalah Natasya Nur Aulia, seorang balita berusia 1,2 tahun, putri bungsu dari empat bersaudara ini mengalami benjolan di bagian kepala sejak kelahirannya atau disebut juga dengan hydrocephalus.

Menurut penuturan sang ayah, benjolan yang terdapat di kepala putrinya tersebut awalnya berukuran kecil seperti bisul. Namun lambat laun mulai membesar dan jika sudah pecah maka benjolan itu kemungkinan besar akan tumbuh kembali.

“Tetangga di depan rumah kami sudah sering menyarankan agar membawa anak kami ini untuk diperiksakan ke dokter. Saat itu, saya pernah bawa  ke dokter spesialis anak. Tapi kami terhambat di masalah dana,” kata Bapak  Zaini kepada Tim Pendayagunaan PKPU dengan raut sedikit kecewa. Putri kecilnya itu pun gagal untuk memperoleh pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.

Orang tua anak  yang kesehariannya bekerja di perumahan di Kota Medan ini menambahkan  bahwa minimnya keuangan keluarga juga menjadi faktor penghambat bagi anak pertama dan keduanya untuk naik angkot. (rel/azw)

Minggu, Pelantikan PW Pujakesuma Sumut

MEDAN- Pengurus Pusat (PP) Pujakesuma akan menggelar temu ramah dengan seluruh warga Pujakesuma dan fungsionaris organisasi etnik lainnya di Asrama Haji, Medan, Minggu (22/1).

“Acara ini akan dirangkai dengan pelantikan Pengurus Wilayah (PW) Pujakesuma Sumut, Pengurus Wanita Pujakesuma Sumut dan Pemuda Pujakesuma Sumut. Ketua Umum Pujakesuma Bapak Komjen Pol Drs Oegroseno yang langsung akan melantik,” jelas Sekretaris Panitia, Indra Gunawan kepada wartawan di Medan, Jumat (20/1).
Tentang persiapan acara, Ketua Panitia Rianto Aghly mengatakan sudah rampung 100 persen. Dan, gladiresik pun sudah digelar di lokasi.

Indra menambahkan, acara akan dimulai dengan santap bersama nasi ambengan (tatanan khas panganan Jawa, red). “Semuanya lesehan (duduk bersila di lantai), perlambang kebersamaan dan kekeluargaan yang erat di tubuh Pujakesuma,” jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Rianto mengundang seluruh warga Pujakesuma untuk  hadir. (*/ari)

UN Jujur 2012

Dinas Pendidikan Kota Medan mencanangkan program ujian nasional (UN) jujur tahun 2012. Seperti apa? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Adlansyah Nasution dengan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Medan, Rajab Lubis.

Apakah program UN jujur langsung diterapkan tahun ini?
Sesuai dengan tekad Pak Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Disdik Medan tahun ini. Saat ini kita telah menyusun drafnya apa-apa saja yang dibuat pada saat pelaksanaan UN jujur nantinya, untuk itu diminta kepada seluruh lembaga maupun orangtua supaya mendukung tekat tersebut.

Siapa saja yang diundang?
Dalam pencanangan tersebut nantinya Disdik Medan akan menghadirkan seluruh siswa dari mulai tingkat SD, SMP sederajat, dan SMA serta SMK yang hendak mengikuti UN. Dengan demikian, kejujuran seluruh siswa akan dapat lebih baik ke depannya.Program Pak Wali ini sangat luar biasa untuk masyarakat kota Medan.

Kejujuran ini salah satu pembentukan karakter atau sikap yang jujur. Jadi, apa yang menjadi program Pak Wali akan kita sahuti dan dalam waktu dekat akan dilaunching oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah itu baru dikampanyekan ke sekolah-sekolah.

Apa tujuan dari program tersebut?
Program UN jujur 2012 diharapkan dapat memotivasi seluruh para pelajar di Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Hal ini telah menjadi tekat bulat Wali Kota Medan. Jadi, diharapkan dukungan dari semua pihak supaya berjalan dengan sukses. Ini juga membuktikan Pak Wali sangat peduli dengan pendidikan. Kita juga bangga dengan Wali Kota kita yang terpilih menjadi tokoh peduli pendidikan pada award Ani Idrus beberapa waktu lalu yang langsung diserahkan Menteri Pendidikan.

Apa saja tahapannya?
Adapun beberapa hal yang akan dilakukan untuk UN jujur ini diantaranya dari mulai tahap pendistribusian soal-soal UN sampai pengawasan dan pemeriksaan. Semua instansi maupun lembaga yang akan dilibatkan untuk menghasilkan UN jujur akan dilaunching. Kita tidak bisa main-main lagi dengan pendidikan. Makanya Pak Wali juga telah membuat kebijakan adanya pemerataan guru. Jadi, masyarakat jangan takut lagi bila tidak sekolah di SMA paforit. Yang penting guru-guru profesional juga akan ditempatkan di semua sekolah di Kota Medan.(*)

Warga Tionghoa Serbu Bunga

Jelang Imlek

MEDAN- Salah satu kebutuhan bagi warga Tionghoa untuk sembahyang adalah bunga. Akibatnya, menjelang perayaan Imlek permintaan bunga hidup mulai meningkat. Terutama untuk jenis bunga Sedap Malam mengalami kenaikan harga hingga 100 persen.

“Permintaan sudah mulai banyak, bahkan besok (Sabtu 21/1) sudah mulai tinggi,” ucap pedagang bunga dari Toko Bunga Daniel Ginting yang terletak di Pasar Pringgan, Bagekin Sembiring Menurut Bangekin, untuk Imlek yang paling banyak permintaannya jenis bunga Sedap Malam.

Karena banyaknya permintaan, maka harga jenis bunga yang banyak berwarna putih ini pun naik hingga 100 persen. Pada hari biasa, harga bunga ini sekitar Rp10 ribu untuk 3 tangkai. Tapi, menjelang Imlek tahun ini, harga bunga ini menjadi Rp10 ribu per tangkai.

Menurut prediksinya, mulai Sabtu, warga Tionghoa akan ramai membeli. “Kalau dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya 3 hari menjelang Imlek akan ramai,” ujar Bangekin.
Selain bunga Sedap Malam, bunga Crysan yang saat ini juga mulai ditambah stoknya.

“Bunga Crysan semua warna kita stok. Mulai dari putih, merah, kuning dan lainnya. Semua warna untuk kebutuhan sembahyang,” tambah Bangekin.
Hal sama juga terlihat di pasar Rame Jalan Thamrin Medan. Penjual bunga di pasar sudah mulai menambah stok bunga untuk sembahyang jelang Imlek.

“Ini kan Jumat, sebagian ada yang sembahyang. Jadi stok untuk menjelang Imlek dan sembahyang biasa,” ungkap Mina, penjual bunga di Pasar Rame.
Bunga-bunga ini dipasok langsung dari Brastagi. Untuk menjaga kesegaran bunga, pedagang akan merendam tangkai bunga di air. Hal ini akan membuat bunga bertahan hingga 3 hari.

“Kalau yang beli juga kita bilang, agar disimpan dalam air, biar nggak layu,” tambah Mina.

Selain memasok langsung dari Brastagi, biasanya pedagang bunga akan membeli di Pusat Pasar.
“Saya beli di Pusat Pasar, tidak memasok sendiri sudah ada kenaikan harga beli dari mereka,” tambah Mina. (ram)

Empat Rumah Terbakar, 1 Orang Luka-luka

Sudah tak Ada Lagi Rumahku, Mau Tinggal di Mana Aku…

MEDAN-Empat rumah di Dusun IIIA, Selambo Raya Amplas, Percut Seituan ludes dilalap api, Jumat (20/1). Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun seorang  warga Roma br Sirait mengalami luka bakar diterpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Ridos di Jalan Menteng Medan. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

Keempat rumah semi permanen itu dihuni oleh H Hutajulu (bengkel sepeda motor), F Siahaan (reverasi televisi), Roma br Sirait (menjual bensin) dan Malau (warung kopi).

Keterangan korban F Sihaan di lokasin kejadian mengatakan, melihat api pertama kali dari rumah Roma br Sirait. Apai langsung membesar dan mebakar rumahnya.

“Sudah tak ada lagi rumah ku. Mau tinggal dimana aku,” katanya.
Empat mobil pemadam dari Dinas Pencegah dan Pemadaman Kebakaran (DP2K) Kota Medan turun ke lokasi.

Kanit Reskrim Polsekta Percut Seituan mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan dan belum mengetahui secara pasti asal api.
“Kalau keterangan sementara api diduga berasal dari rumah Roma, namun hal itu masih dalam penyelidikan,” katanya.

Menurutnya, polisi sudah memeriksa dua orang pemilik rumah untuk kejadian ini.”Sudah dua orang pemilik rumah sudah kita mintai keterangan,” katanya. (gus)

30 Persen Anak Sumut Alami Perkosaan dan Pencabulan

Sebanyak 164 kasus kekerasan yang terjadi pada anak sepanjang tahun 2011. Sekitar 30 persen atau 46 kasus diantaranya merupakan kasus pencabulan dan perkosaan.

Tindakan pemerkosaan dan pencabulan tersebut dilakukan diantaranya, oleh keluarga sendiri, tetangga dan bahkan aparat penegak hukum.
Hal itulah yang dilaporkan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) Sumut M Zahrin Piliang beserta anggota KPAID Sumut lainnya, kepada Sekretaris Daerah (Sekda) Provsu Nurdin Lubis di Kantor Gubsu, Kamis (19/1).

“Selama tahun 2011 terdapat 164 kasus pengaduan dan lebih dari 30 persen adalah kasus anak yang mengalami perkosaan dan pencabulan. Kasus lainnya perebutan hak asuh anak yang pada umumnya orangtua yang usianya masih muda. Sedangkan kasus lainnya seperti penganiayaan, kekerasan dan lainnya tidak begitu besar,” jelasnya didampingi Ketua Pokja Kemitraan Elvi Hadriany dan Ketua Pokja Pengaduan Muslim Harahap MM.

Pada kesempatan itu, Zahrin Piliang menyatakan, diharapkan ke depan Pemprovsu untuk lebih memberi prioritas pada perlindungan anak dengan cara mulai memikirkan tempat yang aman bagi anak-anak yang menjadi korban dengan pembangunan rumah aman atau rumah sosial perlindungan anak.

KPAID Sumut juga mengingatkan, mengenai dua kesepakatan kerjasama antara pihaknya dengan Pemropvsu tertanggal 19 Desember 2009 dan 22 Desember 2009 tentang rehabilitasi anak yang berhadapan dengan hukum.

Terkait dengan laporan yang telah disampaikan Ketua KPAID Sumut tersebut, Sekdaprovsu mengatakan, Pemprovsu segera menjadwalkan pertemuan dengan instansi terkait untuk membahas permasalahan yang ada.
Sekda Provsu Nurdin Lubis mengaku, dalam menangani kasus anak ini, terdapat keterbatasan dana, sarana dan prasarananya.

“Walaupun dengan keterbatasan dana terus bekerja mendampingi anak-anak yang menjadi korban dan yang bermasalah dengan hukum,” kata Nurdin Lubis.
Sementara itu di Tebing Tinggi,  ST (47) warga Jalan Pasar Kebun, Lingkungan IV, Kelurahan Lalang, Kota tebing Tinggi membuat pengaduan ke Mapolres Tebing Tinggi, Jumat (20/1) sekira pukul 09.30 WIB.

Korban pencabulan sebut saja Bunga (15) pelajar kelas I di sekolah menengah atas swasta di Kota Tebing Tinggi dicabuli pacarnya AW (19) buruh bangunan warga Desa Pertapaan, Pondok Banjar, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, sebanyak empat kali.

Kejadian terakhir dilakukan pelaku di sebuah sekolah taman kanak-kanak Afedeling V, Kebun Rambutan di Desa Pertapaan, Kecamatan Tebing Tinggi beberapa bulan lalu.

Orang tua korban, ST mengetahui kejadian tersebut, Rabu (18/1) sekira pukul 23.50 WIB, saat Bunga tertidur di kamarnya dengan rok bercak darah. “Saya lihat roknya berdarah, langsung ditegur untuk menggati pakaian, tetapi saat terbangun Bunga langsung jatuh pingsan,” katanya.

Melihat bunga pingsan tiba-tiba, orang tua langsung membawanya berobat ke bidan terdekat dan menurut hasil keterangan bidan tersebut, bunga telah hamil dan mengalami keguguran kandungan. “ Saya tanya langsung kepada bunga siapa pelakunya, bunga mengaku telah dicabuli AW sebanyak empat kali,” ujar ST. (ari/mag-3)

10 Pendemo Nanyang Dilepas

Warga Mau Ngadu ke Propam Poldasu

MEDAN-Setelah menjalani pemeriksaan di Satuan Reskrim Mapolresta Medan 10 pendemo yang diamankan polisi akibat melakukan aksi demo di Sekolah Nanyang di Jalan Abdullah Lubis Medan kemarin, dilepas oleh polisian, Jumat (20/1).

“Setelah dilakukan pemeriksaan kita lepas semuanya,” kata Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol M Yoris Marzuki kepada Sumut Pos, Jumat (20/1).
Menurut Yoris, polisi juga sudah menerima laporan dari pihak Sekolah Nanyang. “Sudah kita terima laporannya dan akan kita proses,” ucapnya.

Menurutnya, aksi demo boleh dilakukan namun harus sesuai prosedur. “Kalau aksi harus sesuai ketentuan, anarkis akan kita lakukan proses hukum,” ujarnya.
Sedangkan Kuasa Hukum Sekolah Nanyang, Syafarudin SH Hhum mengatakan biar hukum yang berbicara.

“Sudah biar hukum yang memproses. Kita sudah buat laporan,” ucapnya.
Sementara itu, warga yang tinggal di sekitar Sekolah Nanyang Zhi Hui Modern Internasional School berencana akan melaporkan personel Sabhara Polresta Medan ke Profesi Pengamanan (Propam) Polda Sumut.

Dasar laporan warga terkait atas tindakan anarkis pihak kepolisian yang melakukan pemukulan terhadap dua orang warga, Pelita dan Wito hingga mengalami luka-luka, serta Lansia yang terkena tembakan gas air mata.

“Setelah melakukan pemeriksaan di RS Prof Dr Boloni di Jalan WR Monginsidi, Kecamatan Medan Polonia. Kami (warga) berencana akan melaporkan tindakan polisi yang sudah anarkis terhadap warga dengan main pukul ke Propam Poldasu,” kata Pelita, Jumat (20/1).

Dijelaskannya, warga juga mengajak mahasiswa yang menjadi korban pemukulan saat menggelar aksi untuk mengadu.

“Tindakan polisi sangat rapi saat melakukan pemukulan terhadap pengunjuk rasa. Karena kami tidak ada luka di luar, semua luka yang kami rasakan di dalam tubuh. Makanya kami akan periksa lebih dalam ke rumah sakit,” ujarnya.
Menurutnya, polisi tidak bisa mengelak dengan tindakan anarkis kepada masyarakat yang seharusnya diberikan pelayanan yang baik.

“Kami punya bukti rekaman CCTV saat polisi memukul pengunjuk rasa dan memijak-mijak dengan sepatu. Padahal kami melakukan unjuk rasa tidak anarkis, hanya melempar telur dan membakar satu ban di satu titik saja. Tapi kenapa polisi bertindak anarkis kepada masyarakat,” cetusnya.

Sementara, Lansia yang ditemui wartawan di RS Boloni setelah dirujuk dari RS Herna sudah mulai membaik. “Kalau kondisi saya sudah mulai membaik. Namun, jantung saya belum stabil. Jadi dokter menyarankan kepada saya untuk dirawat dulu dalam beberapa hari,” ucapnya.

Lansia berharap kepada teman-teman seperjuangan yang menuntut agar pembangunan gedung baru Sekolah Nanyang dihentikan.

“Saya tidak bisa berbicara banyak, tetapi saya hanya berharap kepada teman-teman seperjuangan agar terus berjuang sampai tuntutan warga yang sudah tertindas diperhatikan oleh pemerintah,” pintanya. (adl/gus)

Bukan Diskriminasi tapi Memberi Rasa Aman Pasien Lain

Usulan Penyediaan Tempat Khusus Penanganan Gigi Bagi Penderita HIV/AIDS

PERSATUAN Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Kota Medan,  menilai perlu adanya tempat khsusus dalam penanganan masalah gigi bagi penderita HIV/AIDS. Selain memberikan kenyamanan bagi dokter, juga memberikan rasa aman bagi pasien lainnya.

Hal ini disampaikan Sekretaris Umum PDGI Medan, Drg Erwan saat dikonfirmasi wartawab, Jumat (20/1).”Kita pernah usulkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk menyediakan tempat khusus bagi penderita HIV/AIDS, baik dari sisi efektivitas ruangan seperti sirkulasi udara dan lainnya. Hanya saja usulan tersebut belum dijumpai satu sudut pandang, dan justru dianggap adanya bentuk diskriminasi jika ini dilaksanakan,” terangnya.

Padahal lanjutnya, tempat khusus untuk penanganan gigi bagi pasien yang menderita HIV/AIDS bertujuan untuk memberikan rasa aman.
Mengingat penderita HIV memiliki syndrome penyakit penyerta seperti TB Paru dan Hepatitis.

“Jadi ini bukan bentuk diskriminasi melainkan memberikan rasa aman bagi dokter, pasien yang negatif dan tentunya pasien yang positive HIV/AIDS,” ujarnya.

Menyikapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Medan, Ikrimah Hamidy mengakui jika usulan tersebut tidak melanggar Perda HIV yang telah disahkan beberapa waktu lalu.

Meskipun tidak ada pasal khusus pemisahan bagi penderita HIV, namun ada pasal mengenai antisipasi yang terkena HIV/AIDS dengan memberikan pelayanan khusus. “Perda HIV yang sudah disahkan dan menunggu lanjutan wali kota. Tidak ada pasal khusus untuk untuk pemisahan hanya antisipasi yang terkena HIV perlu ada penanganan khusus,” ujarnya.

Selain itu Ikrimah juga mengatakan dalam pasal tersebut ada menyebutkan jika penderita HIV harus memberitahukan tentang penyakitnya.

Terutama untuk penanganan dalam medis agar tidak menularkan terhadap orang lain. “Jika ada penderita yang tidak memberitahukan tentang statusnya baik dalam proses penanganan secara medis dan lainnya akan mendapatkan sanksi,”ungkapnya.

Bentuk sanksinya sendiri, bilang Ikrimah mengarah kepada pidana ringan dan sanksi dalam bentuk denda.
Disinggung mengenai adanya usulan penyediaan tempat khusus untuk perawatan gigi bagi penderita HIV/AIDS, menurut Ikrimah sebaiknya tidak perlu dilakukan.

Karena menurutnya, penyediaan tempat khusus yang dimaksudkan membutuhkan pembiayan dan anggaran yang besar. “Saya rasa gak perlu tempat khusus, namun bagi penderita HIV harus memberitahukan statusnya agar bisa ditangani sesuai ketentuan dan prosuderal yang berlaku. Namun jika ada bantuan dari pihak swasta untuk penyediann tempat khsusus, sah-sah saja karena itu bukan bagian dari diskriminasi melainkan memberikan rasa aman bagi yang lainnya,” sebut Ikrimah. (uma)

Menjambret, Batal Tunangan

Rencana Ardiansyah Putra alias Putra (22), warga Jalan M Yacob, Sei Kera Hilir I, Medan Perjuangan untuk bertunangan dengan kekasihnya terpaksa dibatalkan Pasalnya, karyawan perusahaan swasta itu dijebloskan ke dalam sel Mapolsekta Medan Timur akibat tertangkap menjambret, di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, persis di belakang RSU dr Pirngadi Medan, Rabu (18/1) sekitar pukul 20.00 WIB.

Keterangan yang dihimpun, tersangka Ardiansyah Putra bersama temannya Suhairi alias Ari (21), warga Jalan M Yacob, Medan Perjuangan, Rabu (18/1) sekira pukul 18.00 WIB, berangkat mengendarai sepeda motor Yamaha Vixion mencari mangsa di kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Prof HM Yamin.

Saat berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, persis di belakang RSU dr Pirngadi, keduanya melihat seorang wanita bernama Sari (26) sedang mengendarai Scoopy bernomor polisi BK 6047 ABC melintas sendirian. Sementara tasnya diletakkan di bawah stang.

Tanpa buang waktu, tersangka Putra yang duduk di belakangh langsung menyambar tas tersebut, kemudian tancap gas di tengah kemacatan arus lalulintas yang sedang padat merayap sore itu.

Namun, tersangka Suhairi yang membawa sepeda motor  menyenggol mobil pribadi hingga kedua penjambret ini terjatuh. Meski sudah terjatuh dan terjebak kemacatan arus lalulintas, kedua penjambret tersebut pura-pura hendak mengembalikan tas milik korban, namun korban sudah terlanjur berteriak jambret.

Akibatnya, tanpa ada yang mengomandoi sejumlah massa pun memukuli keduanya.

Tersangka Ardiansyah Putra mengaku, akan melangsungkan pertunangan dengan kekasihnya Ika bulan Februari 2012, setelah setahun menjalin hubungan asmara.

“Tapi, semuanya terpaksa dibatalkan karena aku masuk penjara,” tutur Ardiansyah Putra.
Menurut Putra, begitu dirinya ditangkap polisi dan dijebloskan ke dalam sel, sang kekasih pun membesuknya dari balik terali besi bersama kedua orangtuanya.

“Tadi kekasihku datang membesuk. Ku bilang sama dia bahwa aku diajak teman jalan-jalan naik sepeda motor dan spontan menjambret,” kata Putra.
Penuturan Putra, hasil jambretan bukan digunakan untuk biaya tunangan melainkan untuk membayar utang judi bola sebesar Rp1 juta, sedangkan dirinya hanya memiliki Rp500 ribu.

“Karena kalah judi bola kami pun terpaksa keliling cari uang untuk bayar utang,” aku Putra.

Kapolsek Medan Timur Kompol Patar Silalahi menjelaskan, kedua penjambret tersebut merupakan penjahat jalanan yang disinyalir sudah sering beraksi di kawasan Jalan Prof HM Yamin dan di kawasan lainnya di wilayah hukum Polsekta Medan Timur. (gus)