RAPAT: Sekdakab Langkat, Indra Salahuddin memberikan arahan dalam rapat koordinasi bersama Komisi C DPRD Langkat dan Dinas Pariwisata Langkat, Senin (29/6).
ELYAS/SUMUT POS.
RAPAT: Sekdakab Langkat, Indra Salahuddin memberikan arahan dalam rapat koordinasi bersama Komisi C DPRD Langkat dan Dinas Pariwisata Langkat, Senin (29/6).
ELYAS/SUMUT POS.
LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Kadis Pariwisata Kabupaten Langkat, Hj. Nur Elly Heriani Rambe mengungkapkan, berdasarkan keputusan dari Pemprovsu, Pariwisata di Langkat kembali dibuka namun hanya bisa dikunjungi oleh wisatawan lokal. Artinya, wisatawan dari luar Kabupaten Langkat belum diberikan untuk berkunjung.
“Nantinya, bagi warga yang masuk ke lokasi objek wisata harus mengikuti protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, jaga jarak dan dan pemeriksaan suhu tubuh,”kata Nur Elly Heriani menjelaskan kepada anggota DPRD Komisi C Kabupaten Langkat, pada kegiatan rapat koordisi DPRD dan Pemkab Langkat di ruang Sekda, Senin (29/6).
Permintaan untuk kembali dibukanya objek Wisata Langkat itu disampaikan anggota Komisi C DPRD Langkat, sehubungan dengan diberlakukannya tatanan hidup baru (New Normal)
Menanggapi aspirasi wakil rakyat tersebut, Sekdakab Langkat Dr. H. Indra Salahuddin menegaskan, objek wisata pada masa new normal akan dibuka pada 4 Juli 2020 mendatang.
“Objek wisata untuk wisatawan lokal dilakukan uji coba selama 1 bulan. Pemkab Langkat akan terus melakukan pemantauan,”kata Indra Salahuddin. (yas/han)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Memeriahkan perayaan HUT Kota Medan ke-430, JNE Medan mengadakan promo gratis ongkir untuk seluruh transaksi pengiriman paket dengan tujuan dalam kota, atau dari dan tujuan Kota Medan pada 1 Juli 2020. Promo ini berlaku di 134 sales counter yang tersebar di Kota Medan untuk paket dengan berat maksimum 2kg dan tidak termasuk biaya asuransi serta packing kayu.
Selain menggratiskan ongkos kirim, JNE Medan juga membuat program yang dapat diikuti netizen, yaitu kuis berhadiah voucher belanja melalui akun Instagram @jne.medan01. Kuis tersebut berupa permainan tebak gambar makanan khas kota Medan.
Fikri Al Haq Fachryana, Kepala Cabang JNE Medan mengatakan “Ikut memeriahkan HUT Medan dan menyambut new normal, JNE ingin berbagi kebahagiaan. Sesuai tagline JNE yaitu Connecting Happines, program kali ini pun bertujuan untuk mendukung UMKM. Dengan adanya free ongkir, JNE berharap penjualan para UMKM pelaku e-commerce di Medan dapat turut meningkat.”
Beberapa jenis paket sempat mengalami penurunan kuantitas selama masa pandemi ini. Jenis paket tersebut salah satunya seperti barang-barang fashion karena masyarakat panik dan menunda pembelian barang tersier. Namun terdapat pula jenis barang yang mengalami kenaikan jumlah kiriman, seperti komoditi alat kesehatan.
Fikri pun menambahkan, “Setelah Bulan Mei 2020, jumlah kiriman semua kategori jenis paket kembali normal seperti sebelum pandemic, bahkan mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 25% terutama makanan dan alat rumah tangga. Kemungkinan hal ini disebabkan karena masyarakat yang justru sangat membutuhkan JNE ketika semua terbiasa di rumah, dan juga bertumbuhnya bisnis online atau daring,”.
“Alhamdulillah, atas peran seluruh karyawan, dan jaringan JNE yang solid sampai titik kecamatan dan desa, JNE tetap menjadi market leader. Setiap tahun bertumbuh termasuk di tahun 2020, terlebih pasca Covid-19 ketika masyarakat sangat membutuhkan JNE. Kami berharap, secara nasional JNE semakin memperkuat jaringan sampai tingkat desa dan secara global membangun jaringan dan kolaborasi di negara-negara luar negeri”, tuturnya.
Covid-19 memberikan hikmah kepada masyarakat untuk dengan cepat mengubah kebiasaan hidup baru sebagai solusi dari beragam tantangan yang muncul saat ini, salah satunya adalah dengan go online dan digitalisasi. “Ini menjadi kesempatan untuk masyarakat tetap produktif atau bahkan lebih maksimal dari sebelumnya, dengan berjualan online”, ungkap Fikri.
“Covid-19 memberikan hikmah terhambatnya barang dari luar negeri masuk ke Sumatera Utara. Maka ini momentum untuk masyarakat Sumut, terutama UMKM untuk terus berproduksi dan berkreatifitas lalu menjual produk lokalnya. Potensi masyarakat Sumut sebagai potential customer saja ada 14 juta penduduk, sebelum mengambil potensi ke domestik,” pungkas Fikri.(rel/sih)
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kota Binjai akan memenuhi target dalam program pelayanan KB sejuta Akseptor KB di Indonesia. Demikian disampaikan Wali Kota Binjai, HM Idaham mengaku optimis saat meninjau pelaksanaan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor di UPTD Puskesmas HAH Hasan, Kelurahan Limau Sundai, Kecamatan Binjai Barat, Senin (29/6).
“Selamat Harganas ke-27, semoga semua keluarga yang ada di Indonesia khususnya di Binjai, Sumatera Utara (Sumut) menjadi warga yang sejahtera dan bahagia. Itu harapan kita,”ujar Idaham didampingi Ketua TP PKK kota Binjai, Hj Lisa Andriani bersama Kepala Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Sumut, Hj T Lafalinda, dan jajaran Dinas PPKB kota Binjai.
Dikatakan Idaham, pihaknya sudah mempersiapkan dengan baik. Semoga di Harganas dan program KB Sejuta Akseptor ini membuat Kota Binjai lebih bersemangat untuk semua keluarga yang ada di sini menjadi akseptor KB,”harapnya.
Idaham menambahkan, pihaknya tetap melakukan strategi untuk tetap menjaga kesejahteraan dan kesehatan keluarga di Binjai pada Pandemi covid-19.
“Semua petugas posyandu dibekali dengan tutorial protokol Covid-19 dalam membuka posyandu, karena anak -anak kita sudah pada tahap imunisasi dan pemeriksaan kesehatan,” ucapnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Binjai, Lilik Rosdewati mengatakan, kegiatan Harganas di Binjai dilaksanakan sesuai program pemerintah pusat.
“Kota Binjai mendapatkan target, dan insyaallah kita bisa mencapainya dengan persiapan dengan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui kader-kader. Kita juga menggerakkan mobil untuk keliling di seluruh kecamatan, untuk mengajak pasangan usia subur ikut KB dan mengingatkan di masa pandemi Covid-19 untuk menunda kehamilan,”pungkasnya. (ted/han)
TINJAU: Wali Kota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan meninjau pelaksanaan pelayanan sejuta KB akseptor di Puskesmas Satria, Kota Tebingtinggi.
sopian/sumut pos.
TINJAU: Wali Kota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan meninjau pelaksanaan pelayanan sejuta KB akseptor di Puskesmas Satria, Kota Tebingtinggi.
sopian/sumut pos.
TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Wali kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan meminta pasangan usia subur untuk menunda kehamilan di tengah masa pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Umar Zunaidi saat melakukan peninjauan pelayanan KB sejuta akspertor di Puskesmas Satria, Jalan Imam Bonjol Kota Tebingtinggi, Selasa (30/6). “Saya minta untuk menunda terlebih dahulu kehamilan di masa pandemi Covid-19 ini. Melalui pelayanan KB ini, masyarakat Kota Tebingtinggi dapat terpenuhi pelayanan KB-nya, terutama warga masyarakat pasangan usia subur,”pintanya.
Didampingi Kadis Kominfo Dedi Parulian Siagian, Dinas PPAPPKB Nina Zahara, Wali Kota Umar Zunaidi Hasibuan meminta jajaran Dinas PPAPPKB untuk terus memantau angka kelahiran di Kota Tebingtinggi agar tidak mengalami kenaikan di masa pandemi Covid-19.
Dalam pelayanan KB kepada masyarakat, tetap menerapkan protokol kesehatan. Seluruh calon akseptor dilakukan pemeriksaan suhu tubuh dan wajib cuci tangan pakai sabun serta menggunakan masker.
Sedangkan Kepala Dinas PPAPPKB Kota Tebingtinggi, Nina Zahara mengatakan, kegiatan pelayanan KB sejuta akseptor ini adalah puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-27 sekaligus momentum TNI KB kesehatan yang di rangkai dengan pencapaian rekor muri sejuta akseptor.
Nina menambahkan, BKBN Provinsi Sumut memberikan target sebanyak 330 akseptor dalam pelayanan di semua fasilitas kesehatan di 5 kecamatan di Kota Tebingtinggi. Dan telah tercapai sebanyak 472 (mic kontrasepsi) akseptor. (ian/han)
GERUDUK: Calon siswa didampingi orangtua menggeruduk DPRD Karo karena tidak terima dengan pemberlakuan PPDB TA 2020/2021 dengan sistem zonasi di SMA Negeri I Kabanjahe. Mereka menduga pelaksanaan PPDB sarat dengan kecurangan, karena nilai anak mereka layak masuk di SMA I Kabanjahe.solideo/sumut pos.
GERUDUK: Calon siswa didampingi orangtua menggeruduk DPRD Karo karena tidak terima dengan pemberlakuan PPDB TA 2020/2021 dengan sistem zonasi di SMA Negeri I Kabanjahe. Mereka menduga pelaksanaan PPDB sarat dengan kecurangan, karena nilai anak mereka layak masuk di SMA I Kabanjahe.solideo/sumut pos.
KARO, SUMUTPOS.CO – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) TA 2020/2021 di SMA Negeri I Kabanjahe, dinilai sarat muatan kecurangan, kolusi dan suap. Tudingan ini dikatakan puluhan calon siswa dan orangtua menggeruduk Dinas Pendidikan Sumatera Utara cabang Kabanjahe, Jalan Jamin Ginting,Senin (29/6) sore.
Tak puas dan berharap dilakukan pengusutan, pada Selasa (30/6) pagi, para calon siswa dan orangtuanya kembali meng gelar aksi di depan kantor DPRD Karo. Dalam aksi tersebut, mereka meminta kejelasan terkait kecurangan penerimaan sistem zonasi. Faktanya, banyak calon siswa yang diterima meski rumahnya jauh dari sekolah. Sementara calon siswa yang menetap di Kota Kabanjahe, justru tak masuk.
Padahal, syarat-syarat dan ketentuan telah merek penuhi. Bukti ini yang menguatkan adanya kecurangan dan pemalsuan domisili para calon siswa.
Selain adanya siswa yang diterima walaupun jarak rumahnya jauh dari sekolah, mereka juga mempertanyakan banyaknya calon siswa yang ditolak ketika mendaftar menggunakan Kartu Keluarga (KK). “Tegakkan keadilan. Tegakkan keadilan,” teriak massa.
Usai menggelar aksi lebih kurang satu jam, Sekwan DPRD Karo Petrus Ginting akhirnya meminta 10 orang perwakilan dari orang tua calon siswa menemui Ketua DPRD Iriani br Tarigan. Dalam pertemuan tersebut orang tua calon siswa menyampaikan poin-poin tuntutan mereka.
Pertama, mereka meyakini telah terjadi kecurangan dalam PPDB secara online tingkat SMA. Banyaknya calon siswa yang tidak diterima, sementara untuk mengikuti PPDB salah satu syaratnya adalah domisili, padahal rumah mereka dekat sekolah.
Meminta ketegasan Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdisdik) Sumut dan pihak SMAN di Kabanjahe untuk membuat tindakan segera mungkin guna mengatasi masalah tersebut. Para orang tua siswa berharap supaya anak mereka diterima di sekolah favorit di Kabupaten Karo. Sehingga terkait PPDB untuk SMA tersebut, meminta untuk dibatalkan, dan berharap sebagai syarat domisili mengutamakan kartu keluarga warga.
Selanjutnya mereka meminta Dinas Pendidikan Kabupaten Karo menerbitkan Surat Pernyataan Pembatalan pengumuman PPDB dan melaksanakan seleksi ulang.
Menyahuti permintaan dari orangtua calon siswa ini, Ketua DPRD Karo Iriani Tarigan menjelaskan, pihaknya meminta pihak terkait untuk memverifikasi ulang syarat dan KK. “Jika ada calon siswa yang domisili satu tahun, akan kita cek kembali kebenarannya,” ujar Iriani.
Selain itu, Iriani juga menegaskan pihaknya akan usulkan juga penambahan satu ruangan untuk menambah alokasi. Apabila memungkin penambahan satu ruangan tidak teralisasi, kemungkinan sebagian yang tidak sekolah diusulkan kepada sekolah terdekat seperti SMA Simpang Empat, SMA Barusjahe, SMA Munthe yang ruangannya masih bisa menampung peserta didik baru.
Sementara itu, salah satu calon siswa Zahara Br Surbakti disela sela aksi mengatakan, bahwa alamatnya di kampung dalam Kabanjahe lebih kurang 1 Km dari SMAN. “Nilai saya 86,64, merasa heran dirinya tidak diterima di SMAN, “jelas Zahara. (deo/han)
DUKUNG: Ketum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono didampingi Plt Ketua DPD Partai Demokrat Sumut dan Ketua DPC Partai Demokrat Binjai HM Sajali bersama balon Wali Kota Binjai Juliadi dan Amir Hamzah.
DUKUNG: Ketum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono didampingi Plt Ketua DPD Partai Demokrat Sumut dan Ketua DPC Partai Demokrat Binjai HM Sajali bersama balon Wali Kota Binjai Juliadi dan Amir Hamzah.
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Pasangan Juliadi dan Amir Hamzah kian mantap menatap Pilkada Kota Binjai yang bakal dihelat, Desember 2020. Pasalnya, selain sudah mendapat dukungan dari Partai Golkar dan PPP, Jualiadi dan Amir Hamzah yang dinobatkan sebagai pasangan “Berjamaah” ini kembali mendapat dukungan dari Partai Demokrat.
Ketua DPC Partai Demokrat Kota Binjai, HM Sajali mengatakan, partainya telah resmi mengusung Juliadi dan Amir Hamzah menjadi bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Binjai di Pilkada serentak 2020. Hal ini tertuang dalam SK Nomor 70/SK/DPP.PD/VI/2020 tertanggal 30 Juni 2020 yang ditandatangani Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Sekretaris Jendral Teuku Riefky Harsya.
Menurut Sajali, jatuhnya pilihan kepada Juliadi dan Amir Hamzah karena kedua sosok ini diyakini akan mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi Kota Binjai. Pasangan ini juga dinilai sudah sangat memenuhi kriteria yang diinginkan Partai Demokrat.
“Banyak isu-isu yang mengatakan kalau Juliadi tidak didukung Partai Demokrat kini terbantahkan dengan sudah turunnya SK dari DPP Partai Demokrat,” kata Sajali kepada wartawan, Selasa (30/6) sore.
Dia pun berharap, semua kader partai berlambang mercy itu merapatkan barisan untuk memenangkan pasang Juliadi dan Amir Hamzah pada Pilkada serentak yang bakal digelar 9 Desember mendatang.
Sedangkan Juliadi, menyampaikan ribuan terimakasih kepada Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Plt Ketua DPD Demokrat Sumut, dan Ketua DPC Partai Demokrat Kota Binjai. “Saya sangat terharu sekali akan turunnya SK untuk pasangan Juliadi dan Amir Hamzah. Semoga kita semua, bersama kader Partai Demokrat Kota Binjai sama-sama berjuang untuk memenangkan pasangan Berjamaah yang diusung Partai Demokrat. Ini lah saatnya kita bersatu untuk membangun Binjai ke depan, yaitu maju kotanya, berbudaya warganya,” ujar Julaidi.
Turunnya SK dari Partai Demokrat untuk pasangan “Berjamaah” ini, mendapat sambutan positif dari tim relawan dan pendukung Juliadi dan Amir Hamzah. Mereka meneriakan yel-yel, Juliadi yes… Amir Hamzah oke. (rel/ila)
PAPARKAN: Jubir GTPP Covid-19 Sumut dr Aris Yudhariansyah saat memaparkan data kasus Covid-19 di Sumut, Selasa (30/6) sore.
PAPARKAN: Jubir GTPP Covid-19 Sumut dr Aris Yudhariansyah saat memaparkan data kasus Covid-19 di Sumut, Selasa (30/6) sore.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Angka pasien positif Covid-19 terkonfirmasi Polymerase Chain Reaction (PCR) di Sumatera Utara (Sumut) kembali meningkat tajam. Jumlahnya, saat ini telah menembus angka 1.551 kasus.
Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut dr Aris Yudhariansyah menyatakan, berdasarkan data yang dirangkum hingga Selasa (30/6) sore, jumlah kasus positif Covid-19 mengalami peningkatan sebanyak 71 kasus.
“Terjadi penambahan pasien positif, totalnya naik menjadi 1.551 orang dari sebelumnya 1.480 orang ,” ungkap Aris.
Lebih lanjut Aris menyampaikan, peningkatan terbilang banyak juga terjadi pada Orang Dalam Pemantauan (ODP) yakni sebanyak 319 orang. Sebelumnya angka ODP ini hanya sebesar 1.071 kini sudah mencapai 1.390 orang. Sedangkan untuk Pasien Dalam Pengawasan (PDP) jumlahnya turun 16 kasus dari 228 menjadi 212.
Untuk pasien yang meninggal, sampai sejauh ini angkanya tidak berubah atau tetap diangka 92 orang. “Meski demikian, kita patut bersyukur terdapat 5 orang penderita Covid-19 dinyatakan sembuh, sehingga jumlahnya naik dari 400 orang menjadi 405 orang,” paparnya.
Dari data tersebut, sambung Aris, saat ini sudah ada 28 kabupaten/kota di Sumut yang telah terpapar Covid-19. Bahkan, kasus positif di Kota Medan sudah mencapai 1.006 kasus positif. Jumlah itu menunjukkan lonjakan 40 orang dari Senin (29/6) kemarin yang masih 966 orang. Kota Medan menjadi satu-satunya daerah di Sumut yang telah mencapai level 1.000 kasus.
Terbanyak kedua adalah Deli Serdang sebanyak 205 kasus, disusul Simalungun 83 kasus, Pematang Siantar 64 kasus, Binjai 24 kasus, Karo 21 kasus, dan Serdang Bedagai 17 kasus dan Asahan 15 kasus.
Dan sejauh ini, terdapat 5 daerah di Sumut yang sama sekali masih belum pernah mencatatkan kasus atau nihil pasien positif covid-19. Kelima daerah itu adalah Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat, dan Pakpak Bharat.
Menurut Aris, hal ini menggambarkan bahwa disiplin kepatuhan untuk menjalankan protokol kesehatan masih belum dijalankan dengan baik. “Di pasar adalah tempat yang paling rawan untuk terjadi penularan. Karena itu, Gugus Tugas telah bekerjasama dengan OPD untuk melakukan sosialisasi tentang protokol kesehatan. Hal itu untuk memastikan semua pengunjung dan penjual di pasar menjalankan protokol kesehatan dengan baik,” cetusnya.
Lebih lanjut Aris menyampaikan, bahwasanya kesehatan adalah harta yang terpenting terutama di masa pandemi ini. Pemerintah sebetulnya sudah lama mempromosikan pola masyarakat hidup sehat yang disebut Germas.
Komponen pertama pada Germas ini adalah melakukan olahraga, karena dianggap dapat mengoptimalkan daya tahan tubuh. Tapi di masa pandemi Covid-19, olahraga harus disesuaikan dengan tingkat risiko, dan risiko rendah terhadap kemungkinan terpapar virus corona adalah melakukan olahraga di rumah.
Sedangkan risiko tinggi, apabila olahraga dilakukan di tempat umum dan berkelompok serta menggunakan peralatan yang bergantian. Apabila mempunyai penyakit seperti diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan ginjal atau penyakit auto imun dan yang sedang hamil sebaiknya hindari olahraga tipe ini. “Namun dalam kondisi adaptasi kebiasaan baru (new normal), olahraga yang dilakukan bersama dan menggunakan sarana umum akan mulai meningkat kembali,” tuturnya.
Aris mengaku, memang tidak ada larangan asalkan harus tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Seperti, olahraga dilakukan tanpa berpindah tempat atau dilakukan dengan posisi sejajar dan berjarak dua meter.
Akan tetapi bila olahraga dilakukan dengan berjalan kaki berjarak, jarak yang harus dilakukan dengan orang di depannya ialah kurang lebih 5 meter. Selanjutnya bila berlari agar berjarak sejauh 10 meter, kemudian untuk yang bersepeda berjarak 20 meter dengan orang yang berada di depannya.
“Setelah berolahraga pastikan untuk selalu mencuci tangan, mandi, ganti pakaian, bersihkan seluruh alat olahraga dan barang bawaan seperti handphone, kacamata, tas dan barang lainnya dengan cairan disinfektan. Karena tujuan olahraga itu adalah untuk sehat dan badan kita kuat, sehingga kita lawan Covid-19 dengan kekebalan tubuh yang prima,” tandasnya. (ris)
RAPOR MERAH: Mantan Dirut PDAM Tirtanadi Sumut Trisno Sumantri yang selama menjabat mendapat rapor merah dari Gubsu.
RAPOR MERAH: Mantan Dirut PDAM Tirtanadi Sumut Trisno Sumantri yang selama menjabat mendapat rapor merah dari Gubsu.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pencopotan Trisno Sumantri dari jabatan Direktur Utama (Dirut) PDAM Tirtanadi sejak Senin (29/6) kemarin, terkesan mendadak. Namun, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi menolak jika dikatakan pencopotan orang nomor satu di perusahaan milik Pemprov Sumut tersebut dilakukan secara mendadakn
Menurut Edy, selama hampir dua tahun menjabat sebagai Dirut PDAM Tirtanadi Sumatera Utara, rapor kinerja Trisno Sumantri masih merah. “Jadi ini bukan mendadak, dia itu dievaluasi. Inikan menjelang hampir dua tahun, tapi rapornya merah. Kepentingan rakyat untuk air bersih adalah kebutuhan mutlak, dan dia belum bisa capai targetnya,” kata Edy menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (30/6).
Poin kedua, ungkap Edy, Trisno Sumantri dinilai tidak mampu dalam mencapai target pendapatan asli daerah (PAD). Selanjutnya hal ketiga, Trisno dinilai lemah dalam menyiapkan cadangan-cadangan air, terkhusus Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumut. “Padahal Medan punya lima sungai besar yang dapat dijadikan rancangan ke depan (sebagai cadangan air). Inilah yang menjadikan beliau itu tidak cocok dalam jabatan (Dirut PDAM Tirtanadi). Bukan dia bodoh, tidak. Tapi ini masalah tepat atau tidak tepat. Mungkin di sektor lain beliau bisa,” katanya.
Gubsu menyampaikan, ke depan memerlukan sumber daya manusia yang lebih tepat untuk mengorganisasikan PDAM Tirtanadi agar fungsinya maksimal bagi masyarakat Sumut. “Kesejahteraan rakyat dari segi air, PAD itu pasti dan cadangan-cadangan air ke depan yang harus kita siapkan,” terangnya.
Lantas, bagaimana pengisian jabatan Dirut PDAM Tirtanadi selanjutnya? Edy mengatakan, akan menyesuaikan prosedur dan ketentuan yang berlaku. Termasuk, apakah melakukan sistem open bidding atau lelang terbuka. “Nanti kan ada penerimaan calon, dilakukan open bidding. Tetap seperti itu. Nanti ada prosedurnya untuk kita pilih yang baru,” katanya.
Saat disinggung sekaitan peliknya persoalan proyek di PDAM Tirtanadi menjadi salah satu alasan pemecatan terhadap Trisno Sumantri, Gubsu justru mengaku tidak mengetahui informasi dimaksud. “Kalau laporan yang masuk ke saya, itu berdasarkan target-target kerja PDAM Tirtanadi. Evaluasinya semua dilakukan Pak Ijeck. Beliau sampaikan hasil itu lalu saya yang putuskan. Tapi saya akan jadikan itu catatan ke depan. Saya pastikan tidak ada terjadi lagi hal semacam itu,” katanya.
Wagubsu Musa Rajekshah ikut memperingatkan direksi BUMD Pemprov Sumut lainnya, pasca keputusan mencopot Trisno Sumantri dari kursi Dirut PDAM Tirtanadi. Kata Ijeck, seluruh perusahaan daerah diberikan waktu setahun kerja untuk mengetahui apakah target terpenuhi atau tidak. Jika tidak, perombakan akan terjadi karena dianggap gagal. “Evaluasi kinerja setelah 1 tahun menjabat. Nantinya seluruh BUMD setelah 1 tahun akan dievaluasi seluruhnya dengan target kerjanya,” kata dia.
Diketahui, Gubsu Edy Rahmayadi memberhentikan dengan hormat Dirut PDAM Tirtanadi Sumut, Trisno Sumantri berdasarkan Surat Keputusan (SK) No 188.4/288/KPTS/2020, tentang Pemberhentian Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara Periode 2019-2024.
Kepala Divisi (Kadiv) Sekretaris Perusahaan (Sekper) Humarkar Ritonga mengatakan, SK pemberhentian itu diterima Trisno Sumantri melalui rapat bersama Dewan Pengawas PDAM Tirtanadi Sumut di ruang rapat dewan pengawas yang dihadiri semua jajaran direksi, Senin (29/6) pagi.
“Dengan diberhentikannya Dirut PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, maka manajemen akan dilaksanakan oleh tiga orang direksi dengan kolektif kolegial yaitu Direktur Administrasi dan Keuangan, Direktur Air Bersih dan Direktur Air Limbah,”kata Humarkar kepada wartawan di ruang kerjanya, Selasa (30/6).
Pelayanan ke pelanggan lanjut Humarkar, akan berjalan seperti biasa, sesuai ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, lanjut Humarkar, manajemen akan melaksanakan program-program kegiatan yang telah ditentukan dengan tupoksi direksi masing – masing.
Humarkar menambahkan, kepada seluruh pelanggan tidak perlu khawatir dengan diberhentikannya Dirut PDAM Tirtanadi, karena pelayanan akan berjalan seperti biasanya. Untuk itu lanjutnya pelayanan pelanggan tetap dilayani oleh kantor cabang masing-masing. (prn/adz)
DARING: PPDB tingkat SMP Kota Medan berlangsung secara online atau daring.
DARING: PPDB tingkat SMP Kota Medan berlangsung secara online atau daring.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyelenggaraan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online 2020 yang dilakukan Dinas Pendidikan Sumatera Utara, kembali menjadi sorotan Ombudsman RI Perwakilan Sumut. Salah satu aspeknya, soal sistem zonasi.
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Sumut, Abyadi Siregar mendesak Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi segera mencari solusi yang cepat dan tepat untuk menjawab kebingungan para orangtua dan peserta didik pasca-gagal masuk ke sekolah negeri akibat kacaunya penyelenggaraan PPDB.
“Masalah ini jangan dianggap enteng. Gubernur harus segera bersikap. Jangan biarkan anak-anak dan orangtua dalam kebimbangan. Segera cari solusi,” kata Abyadi kepada wartawan, Selasa (30/6).
Abyadi mengatakan, pembinaan pendidikan yang baik adalah bagian penting dari upaya mewujudkan visi misi pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, yakni Sumut Bermartabat. “Ini juga yang menjadi salah satu alasan penting , sehingga gubernur harus segera menjelaskan penyebab kekacauan PPDB ini, sekaligus memberi solusi yang cepat dan tepat atas kebingungan orang tua saat ini,” tutur Abyadi.
Ombudsman RI Perwakilan Sumut sendiri, kata Abyadi, dalam dua hari ini terus mendapat laporan masyarakat terkait penyelenggaraan PPDB ini. “Tidak hanya dari Medan, tapi juga dari beberapa daerah di Sumut seperti Simalungun, Asahan dan sebagainya,” jelas Abyadi.
Dalam laporan masyarakan ke Ombudsman, sistem zonasi dalam PPDB tahun ini sangat kacau. Karena, ada yang melaporkan anaknya tidak lulus. Padahal, rumahnya dekat dengan sekolah. Sementara teman anaknya yang jarak rumahnya lebih jauh, justru lulus.
Kemudian, ada juga yang diduga tiba-tiba rumahnya pindah dekat sekolah. Diduga, ini bisa terjadi karena ada permainan dalam Surat Keterangan Domisili. Jadi, diduga ada main dalam Surat Keterangan Domisili. “Dari Kabupaten Simalungun, ada dua kecamatan tidak punya sekolah SMA Negeri. Ini terjadi di Kecamatan Jawa Meraja dan Kecamatan Hatonduon, Kabupaten Simalungun. Akhirnya, anak-anak di dua kecamatan ini tidak ada yang masuk sekolah negeri. Sementara di sekolah swasta, berbiaya mahal,” sebut Abyadi.
Ombudsman RI Perwakilan Sumut sangat berharap agar masalah ini bisa diselesaikan. Kasihan anak-anak yang mengikuti proses PPDB ini dengan jujur dan sesuai aturan, tapi ternyata mereka dikalahkan oleh orang orang yang bermain curang. “Kasihan sekali generasi kita,” katanya.
Menyikapi hal ini, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengakui, sistem zonasi ini memang tidak memenuhi harapan semua pihak. Ia mencontohkan, DKI Jakarta saja yang sudah baik penyebaran sekolahnya, masih belum maksimal menerapkan sistem zonasi. “Sistem ini yang akan kita evaluasi, supaya lebih baik ke depan. Harapannya dia menyebar dan tidak terfokus ke satu zona, SMA-SMA yang dianggap favorit. Bukan itu sebenarnya. Inilah yang nanti kita luruskan,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (30/6).
Edy menunggu laporan dari Disdik Sumut atas dugaan kekacauan PPDB online tahun ini. Setelah itu, ia baru akan mengeluarkan keputusan atas permasalahan yang ada. “Kalau memang harus kita lakukan (dari sistem digital ke manual), akan kita lakukan. Ini yang zonasi ya. Yang belum terpenuhi akan kita atur. Tapi orangtua-orangtua ini, kan maunya anaknya di sini (sekolah tertentu, Red),” katanya.
Meski demikian, diakui dia, pada SMA/SMK tertentu di Kota Medan misalnya, sudah terjadi penumpukan jumlah murid. Padahal yang terjangkau melalui sistem zonasi sesuai aturan adalah 5 km, sedangkan pada SMA tertentu jarak 1 km saja sudah menumpuk banyak muridnya. “Di SMAN 1 misalnya dia butuh 450 siswa, tapi 4.000 yang mendaftar di jarak 1,1 km. Wah, ini kan terlalu.. Zonasi ini yang akan kita evaluasi,” katanya.
Di tempat yang sama, Pelaksana Tugas Kadisdik Sumut Arsyad Lubis mengatakan, nanti akan dilihat terlebih dulu berapa jumlah kuota yang terisi atau belum terisi melalui sistem zonasi ini. Umumnya, kata dia, tugas pokok pihaknya dalam hal ini adalah anak-anak dapat bersekolah sesuai umurnya.
“Sekarang kan sekitar 20 ribu lebih (mendaftar), tapi nanti akan kami hitung lagi. Nanti kami akan rapat teknis. Kemungkinan kami akan buka lagi pendaftaran khusus kuota ini, untuk mengisi bangku-bangku yang belum terpenuhi kuotanya. Prosesnya tetap melalui online,” katanya.
Menyikapi banyaknya keberatan orangtua murid atas pelaksanaan PPDB online ke Ombudsman Sumut, Arsyad mengatakan pihaknya siap tindaklanjuti aspirasi dimaksud sepanjang memang benar kesalahan ada pada panitia. “Tentu kita juga harus bersikap adil jika kesalahan ada pada panitia. Tapi kalau kesalahan ada di pendaftar, yang mendaftar dari rumah masing-masing, sedangkan kita menerima dari alat (server), ya kita harus fair juga,” katanya menambahkan keberatan dapat disampaikan ke pihak sekolah atau cabang dinas bersangkutan.
Umumnya kesalahan dalam hal ini, menurut dia, bisa disebabkan oleh sistem namun itu terjadi di daerah-daerah. Meski begitu imbuh Arsyad, murid masih punya pilihan ke sekolah swasta yang bagus, dan output dari sekolah-sekolah swasta tetap di bawah kendali pemprov. “Tapi yang kita harapkan tidak ada anak-anak kita yang tidak sekolah di umur sekolah, hanya karena hal-hal lain. Itu dia prinsipnya,” katanya.
67.301 Siswa Lulus PPDB Online Tahap II
Berdasarkan data Disdik Sumut, dari 149.552 peserta yang mendaftar PPDB online tahap II melalui jalur zonasi, yang lulus sebanyak 67.301 siswa. “Pada 29 Juni 2020 kemarin, sudah diumumkan. Total yang lulus sebanyak 67.301 siswa, dengan rincian untuk calon peserta didik tingkat SMA Negeri sebanyak 58.836 orang dan SMK Negeri sebanyak 8.465 siswa,” kata Plt Kepala Disdik Sumut, Arsyad Lubis, melalui Sekretaris Panitia PPDB Disdiksu, Saut Aritonang kepada Sumut Pos, Selasa (30/6).
Menurutnya, jumlah yang lulus ini belum memenuhi kuota, sebanyak 92.251 siswa. Masih tersisa 10.342 siswa untuk 209 sekolah di Sumut. Sedangkan di SMK Negeri, untuk 613 kompetensi keahlian, yang kurang sebanyak 11.703 siswa. “Padahal, siswa yang mendaftar melebihi target. Pendaftar pada tahap I, sebanyak 145.231, dan tahap II sebanyak 149.783. Total keseluruhannya sebanyak 294.783 peserta. Namun, karena banyak yang tak memenuhi syarat, sehingga banyak yang tidak lulus,” pungkasnya. (gus/prn/mag-1)
FOKUS: Gubsu Edy Rahmayadi diwawancarai wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (30/6). Dalam penyaluran JPS tahap II nanti, Gubsu ingin warga miskin baru terdampak pandemi Covid-19 mendapatkan bantuan dari Pemprov Sumut.
FOKUS: Gubsu Edy Rahmayadi diwawancarai wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman Medan, Selasa (30/6). Dalam penyaluran JPS tahap II nanti, Gubsu ingin warga miskin baru terdampak pandemi Covid-19 mendapatkan bantuan dari Pemprov Sumut.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemprov Sumut kembali melakukan refocusing anggaran di era normal baru. Terhitung mulai hari ini (1/7), Rp500 miliar angaran refocusing dialokasikan untuk jaring pengaman sosial (JPS) tahap II. Gubernur Sumut (Gubsu) Edy Rahmayadi, tak ingin kekacauan yang terjadi pada penyaluran JPS tahap I terulang lagi. Karenanya, Edy memerintahkan jajarannya untuk fokus kepada warga miskin baru agar tercover dalam JPS tahap II ini.
GUBSU Edy Rahmayadi mengaku tidak menyangka kalau penyaluran JPS tahap I berupa bansos dalam bentuk sembako kepada masyarakat di 33 kabupaten dan kota, terjadi banyak persoalan. “Tahap I, oke ada kesalahan-kesalahan. Saya tak menyangka masih ada rakyat yang tak dapat. Berasnya ada yang busuk. Macam-macam.
Padahal saya sudah hitung semua daerah itu dengan kemampuan uang kita. Saya tidak tau masih ada yang berani bermain-main untuk itu. Makanya di tahap II ini, saya sudah perintahkan jajaran untuk fokus pada orang miskin baru tercover dalam JPS,” kata Edy dalam pertemuan dengan insan pers di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut, Jalan Sudirman Medan, Selasa (30/6).
Secara detil, Edy belum menyebut, apakah mekanisme pemberian bansos diganti dengan uang tunai. Namun, ia menekankan fokus JPS mesti menyasar pada orang miskin baru terdampak pandemi Covid-19n
Edy mengaku, dana refocusing melalui APBD Sumut 2020 ini, di luar bantuan dari program pemerintah pusat, pemkab dan pemko di Sumut.
“Anggaran Rp502,1 miliar (tahap I) itu sudah kita gunakan. Dari jumlah ini sekitar Rp300 miliar diantaranya saya gunakan untuk JPS. Pemprov Jatim saja hanya sekitar Rp64 miliar untuk JPS. Itu bila kita mau bandingkan. Ada juga Rp10 miliar untuk stimulus ekonomi. Dan mulai besok (1 Juli), dana refocusing tahap II sudah masuk Rp500 miliar lagi,” terangnya.
Disinggung permintaan dewan agar bantuan untuk masyarakat miskin dicairkan dalam bentuk uang bukan logistik, Edy mengatakan, sembako yang diberikan jangan dilihat saat sekarang ini. “Sebenarnya yang mendapat bantuan dari dana Rp300 miliar ini adalah masyarakat yang tidak mendapat PKH dan BLT. Itu yang kita bantu. Dan ternyata data penerima PKH dan BLT itu tidak update. Makanya berantam di Madina sekarang ini,” katanya lagi.
Kemudian ia juga melihat, tiga minggu menjelang Lebaran, masih ada masyarakat yang belum menerima bantuan itu, termasuk sampai sekarang. “Kenapa juga logistik. Agar di daerah itu ada perputaran uang. Karena satu kabupaten/kota itu bisa sampai Rp10 miliar. Bayangkan berapa perputaran uangnya untuk pedagang beras dan lainnya. Dan saya tak pernah berpikir bantuan itu sampai menyalah,” ujarnya.
Stimulus ekonomi realokasi tahap II termasuk untuk membantu perusahaan pers atau media cetak. Dinas Kominfo dan Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu, ia minta maksimal dalam merealisasikan hal tersebut. “Saya mau berbicara konkrit. Intinya adalah bagaimana ke depan pers ini jalan di kondisi sulit. Beli tinta dan kertas sudah tekor. Ini perintah saya sama Diskominfo. Sebab kalau pers ini mati, ambruk negara kita ini. Tapi ingat, bukan pers saja yang sulit saat ini. Sektor lain, UMKM kita juga butuh bantuan,” katanya.
Sementara pada 1 September nanti, dana refocusing tahap 3 juga masuk sekitar Rp500 miliar. “Jadi total yang saya anggarkan dari refocusing Rp1,5 triliun,” ujarnya.
Ia mengaku perlu pengawasan media dalam penyaluran dana tersebut. “Kalian yang mengawasi. Bandit kan banyak di sini. Kalau semua kita di sini tidak ada yang bandit, sudah masuk surga semua kita di sini,” imbuh mantan Pangdam I/BB dan Pangkostrad ini.
Edukasi Normal Baru
Usai pertemuan, Edy yang ditanya kembali menyangkut pelaksanaan normal baru menyatakan sudah berjalan edukasi dan sosialisasi di seluruh daerah. “Untuk drafnya saya tidak tahu, tapi yang jelas sudah kita kirimkan ke Jakarta. Edukasi dan sosialisasi new normal ini sudah jalan. Sudah atau belum ada jawaban pusat, edukasi tetap jalan agar masyarakat paham,” katanya.
Begitupun soal pemberlakuan atas kenormalan baru nantinya, baik pada daerah zona merah, kuning, oranye, dan hijau. Masyarakat kata dia mesti membiasakan diri untuk disiplin menerapkan pola 3M; Memakai masker; Mencuci tangan; Menjaga jarak, sebagai acuan dari protokoler kesehatan Covid-19.
“Zona merah kita tentukan secara konkrit membatasi kehidupan kita supaya kita tidak terpapar. Artinya, kita ini harus benar-benar memberlakukan protokol kesehatan secara masif dan pasti. Inilah menjadikan suatu aturan yang apabila dilanggar, setelah pemberlakukan new normal, akan ada sanksi,” katanya.
Ia menambahkan hindari kerumuman atau keramaian juga mesti diterapkan secara disiplin oleh masyarakat yang berada di zona merah. “Pusat keramaian seperti pasar dan mal tak bisa juga kita hentikan, tetapi mesti mentaati protokol kesehatan,” pungkasnya.
Tepat Sasaran
Sejalan dengan keinginan Gubsu Edy, Wakil Ketua Pansus Covid-19 DPRD Sumut, Ahmad Hadian meminta fokus realokasi anggaran tahap II mesti tepat sasaran. Terlebih menjelang penerapan normal baru di Sumut, sebab belum seutuhnya masyarakat memahami konsep dimaksud. “Saya melihat masyarakat masih belum sepenuhnya paham terhadap new normal ini, mereka menganggap situasi sudah normal sehingga abai terhadap protokol kesehatan. Ini bukan tidak mungkin justru akan menambah angka positif. Oleh karena itu hendaknya pemprov sigap dalam mengantisipasi kemungkinan buruk ini dengan menyiapkan fasilitas rumah sakit dengan semestinya,” katanya.
Ia mewanti-wanti GTPP Covid-19 Sumut pentingnya revitalisasi fasilitas kesehatan di Sumut.
“Kami melihat bahwa GTPP tidak cermat dalam melakukan realokasi anggaran pada tahap I ini. Buktinya dari Rp502 M lebih yang di refocussing, porsi terbesarnya yaitu Rp300 M justru untuk JPS (paket sembako). Padahal Sumut tidak pernah diberlakukan PSBB,” katanya.
Menurut pihaknya justru pada tahap awal yang sangat diperlukan adalah revitalisasi fasilitas kesehatan yaitu rumah sakit, baik rumah sakit rujukan covid maupun RS umum daerah yang selama ini menjadi rujukan regional. Harusnya porsi untuk belanja kesehatan jauh lebih besar ditahap awal ini.
“Gunakan itu untuk membuat ruang isolasi bertekanan negatif, membeli ventilator, membagi APD sebanyak- banyaknya kepada RS daerah dan puskesmas dan membeli beberapa alat PCR yang ditempatkan di RSUD -RSUD rujukan regional sehingga pemeriksaan swab bisa dilakukan di daerah, tidak harus terpusat ke Medan. Kemudian juga perawatan pasien tingkat sedang dan ringan juga bisa dilakukan di daerah,” kata politisi PKS itu.
Karenanya ia sangat berharap kepada GTPP Covid-19 Sumut agar pada refocussing tahap II bisa lebih cerdas dalam mengelola anggaran dengan mengalokasikan lebih besar anggaran untuk revitalisasi rumah sakit dan langkah-langkah pencegahan bukan sekadar bagi-bagi bantuan sosial yang efeknya hanya temporer.
“Sebagaimana diketahui bahwa dalam hal realokasi anggaran hasil refocusing GTPP harus mengacu pada SKB Dua Menteri yaitu Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri, di mana realokasi anggaran hasil refocusing tersebut harus digunakan untuk tiga hal penting yaitu belanja kesehatan, jaring pengaman sosial dan stimulus ekonomi,” pungkasnya. (prn)