MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengamat Ekonomi Sumut, Benjamin Gunawan memprediksi Sumatera Utara akan mengalami deflasi di bulan Juli 2020. Hal ini dikarenakan daya beli masyarakat yang berkurang padahal beberapa harga bahan pokok mengalami penurunan.
“Deflasi yang terjadi di wilayah Sumut ini menunjukan bahwa daya beli masyarakat masih bermasalah. Sementara dari sisi harga meskipun sempat bertahan mahal diawal bulan. Namun sejumlah kenutuhan pokok yang naik tersebut pada pekan terakhir cenderung mengalami penurunan. Sehingga sejak kebijakan new normal dibelakukan, harga kebutuhan pokok tak kunjung mendapatkan dorongan dari konsumsi masyarakat,” ungkap Gunawan, Senin (29/6).
Gunawan menjelaskan sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat di bulan juni ini ada yang mengalami kenaikan. Beberapa diantaraya beras kualitas bawah, daging dan telur ayam. Untuk kenaikan harga beras dikisaran 2% hingga 4%. Sementara daging ayam melonjak sebanyak 24% dan telur ayam naik sekitar 6%.
“Meskipun dalam 10 hari terakhir di bulan juni, harga daging ayam mengalami penurunan. Namun di 20 pekan pertama harga daging ayam masih bertahan sangat mahal,” tutur Gunawan.
Daging ayam sempat bertengger dikisaran Rp42 ribu hingga Rp45 ribu sebelum akhirnya turun dikisaran Rp33 ribuan per kg. Selebihnya harga daging sapi mengalami penurunan rata rata sebesar 2% di bulan ini.
Kemudian, harga daging sapi turun saat setelah lebaran yang memicu rata rata penurunan meskipun tidak terlalu besar. Komoditas pangan yang mengalami penurunan selanjutnya adalah bawang merah turun 21% dan bawang putih turun sekitar 23%.
Sementara itu cabai merah dan cabai rawit turun dalam rentang 1% hingga 3%. Harga minyak goreng juga mengalami penurunan sebesar 3%. Dan gula pasir mengalami penurunan sekitar 16%.
“Disisi lain, kenaikan harga beras yang mencapai 4% ini bisa saja tidak memberikan kontribusi inflasi. Karena belum tentu semua pedagang serentak menaikkan harga,” kata Gunawan.
Terlebih mayoritas masyarakat banyak mengkonsumsi beras medium keatas. Sehingga kenaikan harga beras murah ini bisa saja tidak masuk dalam hitungan kontribusi inflasi. Nah, ia mengungkapkan berdasarkan pergerakan sejumlah kebutuhan pokok tersebut.
“Saya memperkirakan Sumut akan mengalami deflasi sebesar 0.15% hingga 0.25%. Namun jika kontribusi beras masuk kedalam komponen inflasi maka deflasi yang tercipta di Sumut berkisar 0.1% hingga 0.2% saja,” jelas Gunawan.
Gunawan mengatakan tren deflasi ini bukanlah berita yang menggembirakan, dikarenakan ada banyak sentiment negative pelemahan daya beli masyarakat. Dengan itu, Pemerintah harus melakukan upaya serius untuk memperbaiki daya beli tersebut. Program bantuan pemerintah baik daerah maupun pusat sebaiknya segera dicairkan. Karena skema new normal yang diharakan belum berjalan maksimal.
Ia menambahkan tren deflasi bisa saja terjadi di bulan depan, mengingat harga daging ayam, dan telur ayam masih bertahan mahal dan sedikit diatas harga keekonomiannya. Demikian juga dnegan harga beras nantinya.
“Jika di bulan Juli aktifitas ekonomi masyarakat tak kunjung berbalik menguat, maka deflasi akan tetap menghantui. Meskipun perkiraan saya sampai hari ini, juli Sumut akan inflasi,” kata Gunawan.
Akan tetapi penyebaran corona yang masih memakan korban dengan angka yang cenderung meningkat tetap menyisahkan masalah bagi ekonomi Sumut. Ia mengatakan Jangan sampai di bulan Juli justru pengusaha belum sepenuhnya membuka usaha. “Bantuan ke masyarakat terkendala, dan daya beli terpuruk. Ini yang harus segera dihindari,” tandas Gunawan. (gus/ram)
PANEN: Karantina Pertanian saat melihat panen kentang yang akan diekspor ke berbagai negara.
PANEN: Karantina Pertanian saat melihat panen kentang yang akan diekspor ke berbagai negara.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Massa pandemi Covid-19 tidak membuat komiditas pangan seperti kentang menurun ekspor. Sebaliknya, ekspor kentang asal Sumatera Utara (Sumut) ‘banjiri’ pasar internasional. Setidaknya, selama 6 bulan ini ekspor kentang mengalami kenaikan, dengan nilai ekspor sebesar Rp1,850 miliar.
Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Belawan mencatat dari bulan Januari hingga Juni 2020 mencapai 412,2 ton kentang dikirim keberbagai negara. Sementara pada periode sama di tahun 2019 hanya tercatat sekitar 45,5 ton senilai Rp448 juta saja.
“Dari catatan kami dua negara tetangga (Singapura dan Malaysia) menjadi tujuan ekspor komoditas asal sub sektor hortikultura Sumut ini,” ungkap Kepala Karantina Pertanian Belawan, Hasrul kepada wartawan di Medan, Senin (29/6).
Secara detail, Hasrul menjelaskan bahwa ekspor kentang ke Singapura 7 kali dengan volume 66, 7 ton nilai ekonomis Rp.725 juta. Sedangkan ke Malaysia 46 kali sebanyak 345,5 ton, perkiraan nilai Rp 1,1 miliar.
“Sementara di tahun 2019, hanya 45,5 ton. Jadi peningkatannya hampir sepuluh kali lipat,” tutur Hasrul.
Hasrul menjelaskan kentang yang diekspor, yakni Varietas Atlantik Lokal Median adalah merupakan jenis kentang yang banyak digunakan untuk cemilan kentang, dan lebih tahan terhadap penyakit.
Kemudian, Varietas Granola L memiliki bentuk oval dan kulit warna Kuning hingga putih dan memiliki daging warna kuning. Kentang Varietas Granola juga tahan terhadap penyakit.
Selanjutnya, Varietas Cipanas merupakan kentang sayur unggul. Ciri dari varietas ini memiliki kulit yang berwarna putih dan permukaan rata. Dan warna daging umbinya berwarna kuning. Salah satu keunggulan varietas cipanas tahan terhadap penyakit busuk daun Pytophthora infestans. Namun varietas cipanas mudah terserang nematoda Melodogyne sp dan layu bakteri Pseudomoans solanacearum.
“Ini adalah varietas unggulan yang ditanam petani di Sumut. Selain produktivitas yang dikawal oleh Direkrotat Jendral teknis dan dinas pertanian terkait, fasilitasi perdagangannya juga kami kawal, agar dapat memenuhi persyaratan teknis di negara tujuan,” pungkas Hasrul. (gus/ram)
BERBAGI: Ketua ASITA Sumut, Solahuddin Nasution saat membagikan sembako kepada warga Bagan Deli.
fahcril/sumut pos.
BERBAGI: Ketua ASITA Sumut, Solahuddin Nasution saat membagikan sembako kepada warga Bagan Deli.
fahcril/sumut pos.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – PT Permata Hijau Palm Oleo (PHPO) kembali menyalurkan dana corporate social responsibility (CSR) kepada masyarakat di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan.
Penyaluran bantuan dalam bentuk sembako sebanyak 79 paket berupa beras, gula, minyak goreng, masker, dan uang santuna diserahkan langsung Area Manager PT PHPO, Anry Simamora kepada masyarakat di Lorong Sawita, Lingkungan 14, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawann
“Bantuan yang disalurkan perusahaan secara rutin adalah bentuk konsisten untuk membantu masyarakat. Kegiatan sosial ini merupakan kerja sama dengan pemerintah dalam menghadapi wabah Covid-19 yang saat ini terjadi,” kata Anry Simamora, Senin (29/6).
Harapannya, bantuan yang disalurkan secara terus menerus dapat bermanfaat bagi masyarakat, ia berharap agar masyarakat turut mendoakan agar perusahaan tetap sukses menjalankan usahanya meskipun di tengah Pandemi Covid-19.
“Mari kita bersama – sama berdoa, agar perusahaan tetap bisa menjalankan usahanya. Begitu juga agar wabah Covid-19 ini segera berakhir dan bisa menormalkan perekonomian secara global di Indonesia khususnya di Medan,” harap Anry Simamora.
Humas PT PHPO, Martua Muda Daulay menambahkan, pelaksanaan kegiatan CSR ini merupakan program perusahaan yang telah secara konsisten bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu masyarakat. Perusahaan telah menjalankan program CSR melalui CSR Permata Social, kegiatannya untuk pembangunan rumah-rumah ibadah.
Kemudian, CSR Permata Sehat kegiatannya untuk pengobatan gratis dan sunat massal, selanjutnya CSR Pendidikan kegiatannya memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi dan siswa yang kurang mampu, serta CSR penghijauan kegiatannya memberikan bibit-bibit tanaman kepada masyarakat.
“Beberapa bantuan CSR ini sudah terlaksana. Selama Pandemi Covid-19, perusahaan terus melaksankan kegiatan sosial di masyarakat dari berbagai aspek. Semoga, CSR yang sudah terlaksana terus berlanjut dengan dukungan dari pemerintah dan masyarakat,” pungkas Martua. (fac/azw)
PASIEN: Andriadi Putra, penderita daging tumbuh berbobot sekitar 30 kg lebih saat dirawat di RSK Bedah Accuplast, Medan, beberapa waktu lalu.
PASIEN: Andriadi Putra, penderita daging tumbuh berbobot sekitar 30 kg lebih saat dirawat di RSK Bedah Accuplast, Medan, beberapa waktu lalu.
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Andriadi Putra, penderita daging tumbuh dengan bobot sekitar 30 kilogram (kg) lebih yang tumbuh pada beberapa bagian tubuhnya, merupakan satu dari banyak orang yang merasakan manfaat atau keuntungan menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Sebab, pemuda berusia 33 tahun ini tak memikirkan lagi biaya perawatan dan operasi pengangkatan daging tumbuhnya yang diperkirakan mencapai seratusan juta rupiah di Rumah Sakit Khusus (RSK) Bedah Accuplast, Medan karena sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Warga Jalan Pancing Gang Karya Bakti, Kecamatan Medan Tembung Kota Medan ini dirawat selama 11 hari sejak Senin (8/6), dan dioperasi pada Rabu (10/6). Namun, daging tumbuh yang diangkat belum seluruhnya karena tidak bisa sekaligus. Meski begitu, anak kedua dari lima bersaudara ini sangat bersyukur dan berterima kasih kepada BPJS Kesehatan lantaran kondisinya sudah jauh lebih baik.
“Terima kasih kepada BPJS Kesehatan. Kalau saya tidak jadi peserta, saya tidak tahu bagaimana membayar biaya perawatan dan operasi? Sementara, kondisi ekonomi keluarga pas-pasan. Terima kasih juga kepada pihak rumah sakit dan semua pihak yang telah banyak membantu saya. Tanpa bantuan mereka juga, saya tidak tahu bagaimana menghadapi penyakit tumor ini,” ujar Andriadi ditemui di rumahnya baru-baru ini.
Ia menjelaskan, daging tumbuh seberat 30 kg lebih tersebut menggantung di dada, perut dan wajah sebelah kanan. Di bagian wajah, tumbuh hingga ke dagu dan menjulur sampai ke perut. Sedangkan pada bagian dada dan perut, menggantung hingga pangkal paha. Selain itu, tumbuh juga di sekujur tubuh tetapi berupa benjolan. “Paling berat bobotnya di dada dan wajah karena sampai menggantung. Nah, yang berhasil dioperasi di dada dengan berat sekira 20 kg lebih,” terangnya.
Andriadi menceritakan, penyakit tersebut dialaminya sejak bayi. Semula keluarga mengira sebagai tanda lahir karena hanya benjolan kecil seperti kutil di bagian pipi kanan, dada kanan dan perut. Seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan badan, daging tumbuh mulai membesar. “Kelas 5 SD daging itu mulai membesar. Tumbuhnya, bersamaan di pipi, dada dan perut. Setelah itu, terus tumbuh dan mulai menggantung setelah tamat sekolah (SMK Al Fattah Medan) hingga bekerja,” tuturnya.
Lantaran semakin membesar, Andriadi terpaksa berhenti bekerja menjadi pegawai showroom sepeda motor bekas karena mulai mengeluhkan sakit. Soalnya, daging tumbuh terserbut kulitnya tipis sehingga terkena benda mudah luka. “Gampang terluka dengan sendirinya karena kulitnya terlalu tipis. Kalau berdarah sudah luka, darahnya mengucur terus sehingga membuat saya lemas dan demam,” ucapnya.
Menurut dia, bila sudah berdarah, tidak dilakukan pengobatan.dan dibiarkan berhenti sendiri. Masalahnya, jika diberi betadin maka daging tumbuh tersebut justru bernanah. “Sudah sering saya diajak ibu untuk berobat ke rumah sakit, tetapi saya enggak mau karena kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Makanya, diobati sendiri aja,” tuturnya.
Singkat cerita, kata Andriadi, datang seorang dokter bernama Wahyono ke rumahnya untuk menjenguk. Dokter itu tahu setelah viral di media sosial yang diposting oleh keluarganya. “Bagaikan malaikat, dokter Wahyono datang ke rumah saya menjenguk. Setelah itu, membawa saya ke rumah sakit untuk dioperasi,” terangnya.
Ia mengaku, selama dirawat di rumah sakit pelayanan yang diberikan sebagai peserta BPJS Kesehatan merasa seperti kelas VIP. “Pelayanan yang diberikan sangat baik, dokter dan perawatnya bekerja dengan maksimal. Bahkan, ada juga petugas BPJS Kesehatan yang datang untuk memastikan pelayanan di rumah sakit,” tandas Andriadi.
Erida Sri Andriani (51) ibu Andriadi sangat bersyukur karena anaknya memiliki kartu BPJS Kesehatan. Sejak tahun 2014, anaknya terdaftar sebagai peserta Kelas III Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). “Untunglah ada BPJS Kesehatan, bisa diandalkan. Coba kalau tidak, enggak tahu lagilah bagaimana membayar biaya operasi dan perawatan,” ungkapnya.
Dikatakan Erida, awalnya khawatir terkendala biaya ketika anaknya dirawat dan akan dioperasi di RSK Bedah Accuplast. Terlebih, suaminya, Ismed (58), sudah tak bekerja di perusahaan swasta. “Kalau sudah dirawat di rumah sakit, biayanya pasti mahal. Sementara, suami saya sudah enggak bekerja lagi karena sakit dan saya hanya ibu rumah tangga. Makanya, sempat ragu mau bawa ke rumah sakit,” ujarnya.
Walau begitu, lanjut ibu lima anak ini, ia dan suaminya memberanikan diri membawa anak putranya ke RSK Bedah Accuplast pada Senin (8/6). Hal itu berkat bantuan dan dorongan dari dokter Wahyono yang datang ke rumah sembari menjenguk. “Dokter Wahyono ini datang ke rumah paginya sebelum dibawa ke rumah sakit. Dokter tersebut memberi pengertian agar Andriadi segera dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi. Namun, keluarga khawatir terkendala persoalan biaya. Tapi, dia meyakinkan keluarga tidak perlu khawatir soal biaya karena menjadi peserta BPJS Kesehatan,” sebut Erida.
Setelah sampai di RSK Bedah Accuplast dengan menggunakan ambulans, sambung Erida, Andriadi langsung diarahkan ke ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Selanjutnya, dipindahkan ke ruang Intensive Care Unit (ICU). “Sempat juga masih terpikir biayanya, tapi dokter di rumah sakit meminta saya untuk enggak usah khawatir karena menjadi peserta BPJS Kesehatan,” katanya. Selama di rumah sakit, Erida mengaku hanya mengeluarkan biaya untuk kebutuhan makan dan ongkos. “Biaya perawatan anak sudah ditanggung BPJS Kesehatan,” tambah Erida.
Sementara itu, Direktur Utama RSK Bedah Accuplast, dr Retno Sari Dewi mengatakan, operasi pengangkatan daging tumbuh di tubuh Andriadi membutuhkan proses atau bertahap. Artinya, tidak bisa hanya satu kali. “Operasi pertama berjalan lancar, daging tumbuh di dadanya sudah berhasil diangkat pada Rabu (10/6). Saat ini, pasien tersebut telah dibolehkan pulang sejak tanggal 17 Juni tetapi tetap kontrol,” ujarnya.
Retno menyebutkan,daging tumbuh yang berhasil dioperasi beratnya sekitar 20 kg lebih. Selanjutnya, akan dilakukan operasi tahap kedua untuk mengangkat pada bagian wajah sebelah kanan seberat 10 kg lebih. “Operasi tahap kedua menyusul yang diperkirakan sekitar 3 sampai 6 bulan ke depan,” cetusnya.
Ia menuturkan, terkait biaya operasi dan perawatan pasien sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan karena terdaftar sebagai peserta. Pun begitu, Retno enggan membeberkan secara gamblang berapa biayanya. “Biaya tidak ada persoalan, pasien merupakan peserta BPJS Kesehata,” imbuhnya.
Terpisah, Deputi Direksi BPJS Kesehatan Wilayah Sumut-Aceh, Mariamah mengatakan, biaya pelayanan kesehatan pasien tersebut ditanggung BPJS Kesehatan, sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). “Seluruh peserta sepanjang pelayanannya sesuai indikasi medis dan kemudian juga sesuai dengan kelas rawatan hak pasien, maka tidak akan ada biaya apapun yang dikeluarkan,” kata Mariamah.
Dia menyatakan rumah sakit tersebut telah melayani peserta BPJS Kesehatan dengan baik. Setelah ini, pasien akan ada operasi lagi dan kontrol ulang kondisi kesehatannya. Untuk itu, diharapkan agar rutin kontrol demi kondisi kesehatannya. “Pasien ini nantinya akan diusulkan bukan lagi peserta mandiri, melainkan peserta segmen PB-Pemda (Penerima Bantuan-Pemerintah Daerah). Artinya, didaftarkan menjadi peserta PB-Pemda, sehingga iurannya ditanggung Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,” paparnya.
Lebih jauh Mariamah mengatakan, pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 64 Tahun 2020 yang mengatur mengenai penyesuaian besaran iuran peserta program JKN-KIS. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah telah menjalankan putusan Mahkamah Agung. “Perlu diketahui juga, Perpres yang baru ini telah memenuhi aspirasi masyarakat seperti yang disampaikan wakil-wakil rakyat di DPR RI, khususnya dari para anggota Komisi IX untuk memberikan bantuan iuran bagi peserta PBPU dan Bukan Pekerja (BP) Kelas III,” paparnya.
Diterangkan Mariamah, besaran iuran JKN-KIS peserta PBPU dan BP pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2020 mengikuti Perpres Nomor 75 Tahun 2019 yaitu Rp160.000 untuk Kelas I, Rp110.000 untuk Kelas II, Rp42.000 untuk Kelas III. Sedangkan pada bulan April, Mei, dan Juni 2020, besaran iurannya mengikuti Perpres Nomor 82 Tahun 2018 yaitu Rp80.000 untuk Kelas I, Rp51.000 untuk Kelas II, dan Rp25.500 untuk Kelas III. “Per 1 Juli 2020, iuran JKN-KIS bagi peserta PBPU dan BP disesuaikan menjadi Rp150.000 Kelas I, Rp100.000 Kelas II, dan Rp42.000 untuk kelas III,” pungkasnya. (ris/azw)
istimewa
SIAP: dr Ade Taufiq SpOG siap bergabung memperkuat Partai Amanat Nasional (PAN)
istimewa
SIAP: dr Ade Taufiq SpOG siap bergabung memperkuat Partai Amanat Nasional (PAN)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan juga mantan Direktur RS Muhammadiyah Sumatera Utara, dr Ade Taufiq SpOG, menyatakan dirinya siap bergabung memperkuat Partai Amanat Nasional (PAN) di Provinsi Sumatera Utara.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi narasumber pada acara Diskusi Online dengan judul ‘PAN Sumut Pasca-Kongres PAN Tahun 2020’ via Zoom Meeting yang dimediasi tim Sahabat Lutfi Fauzi (Salut), dengan moderator Ridwan Hasan Basri SE, fungsionaris DPW PAN Sumut, Minggu (28/6)n
Dalam diskusi itu, dr Ade Taufiq SpOG menyampaikan materi ‘Hubungan PAN dan Muhammadiyah di Sumatera Utara’. Sedangkan narasumber lainnya, Ketua DPP PAN Yahdil Abdi Harahap SH MH menyampaikan materi ‘Prospek PAN Sumut di Pemilu 2024 Jika Batas Parlemen Menjadi 7 Persen’, dan Ketua DPW PAN Sumut Ir H Yahdi Khoir Harahap MBA dengan materi ‘Motivasi dan Peran Fungsionaris dan Kader untuk Kemajuan PAN Sumut ke Depan’.
Ade Taufiq yang juga mantan Ketua IMM dan Pemuda Muhamadiyah Kota Medan dalam diskusi itu menyampaikan, selain memaparkan historis hubungan Muhammadiyah dalam politik masa lalu dan saat ini, serta hubungan Muhammadiyah dengan PAN sampai saat ini insya Allah masih baik. ”Karena faktor sejarah PAN dilahirkan dari rahim Muhammadiyah. Hanya saja perlu dilakukan silaturahim secara rutin dan maksimal, baik dalam bentuk koordinasi maupun dalam bentuk aksi untuk kemaslahatan umat dan persyarikatan,” kata Ade.
Sementara itu, Ketua DPP PAN Yahdil Abdi Harahap menyampaikan ‘Prospek PAN Sumut di Pemilu 2024’ optimis akan sangat baik, jika konsolidasi partai sampai ke tingkat bawah bisa dilakukan secara total oleh fungsionaris dan anggota legislatif PAN. Selain itu, bisa dilakukan dengan cara memaksimalkan perkaderan sampai ke tingkat paling bawah.
Fungsionaris dan legislatif PAN di tingkat Provinsi Sumatera Utara dan kabupaten/kota harus aktif dan kreatif untuk kemajuan PAN dan tidak boleh diam saja. Semua harus proaktif membangun konsolidasi total dan melaksanakan perkaderan. “Kalau hal itu tidak bisa dilakukan, jadi seperti penjaga tokolah,” kata Yahdil Abdi.
Sedangkan, Ketua DPW PAN Sumut Ir H Yahdi Khoir Harahap MBA, menguatkan penyampaian dari kedua narasumber. Ia menakankan, hubungan PAN dengan dengan Muhammadiyah masih tetap baik dan tidak perlu dibahas secara formal. “Hanya saja yang perlu berlanjut adalah, aksi dan koordinasi antar pimpinan di semua tingkatan untuk kemaslahatan umat,” kata anggota DPRD Sumut ini.
Hadir mengikuti diskusi tersebut mencapai 70 member zoom meeting, yang terdiri sejumlah legislatif PAN dari DPRD Sumut dan kabupaten dan kota, patra fungsionaris DPW PAN Sumut, DPD PAN Kabupaten dan Kota se-Sumut, serta beberapa tokoh dan aktivis Muhammadiyah dan Ortom se-Sumut, sejumlah tokoh dan kader PAN se-Sumatera Utara.(adz/azw)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh beberapa anggota Komisi IV DPRD Medan dinilai belum mendesak. Alasannya, belum banyak tugas-tugas di Komisi IV yang belum tuntas.
Hal ini dikatakan Anggota Komisi IV DPRD Medan Hendra DS, menanggapi usulan Pansus IMB oleh kelima utusan fraksi dari Anggota Komisi IV DPRD Kota Medan yakni Fraksi Partai Gerindra, Fraksi NasDem, Fraksi PAN, Fraksi HPP dan Fraksi Golkar.
Dikatakan Hendra, sah-sah saja apabila DPRD Medan membentuk Pansus IMB, namun hal tersebut dapat diselesaikan di Komisi IV DPRD dengan memaksimalkan tugas yang belum diselesaikan.
“Jika nantinya Pansus IMB tetap dibuat, kan anggota Pansus tersebut semuanya dari Komisi IV. Banyak permasalahan yang harus dituntaskan Komisi IV, tak hanya masalah IMB saja, tetapi ada banyak persoalan lain di beberapa instansi,” kata Hendra kepada Sumut Pos, Senin (29/6)n
Disebutkan politisi Hanura ini, persoalan IMB memang menjadi dilema. Sebab bukan hanya diperizinan saja, tetapi pengawasan ada di beberapa instansi. Artinya Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang (PKP2R) tidak bisa menindak atau mengeksekusi langsung dan itulah yang menjadi kendala.
“Tindakan eksekusi hanya dapat dilakukan Satpol PP. Beda dengan dulu, di mana Dinas PKPPR mempunyai wewenang penuh untuk mengeluarkan izin dan mencabut izin serta dapat melakukan tindakan eksekusi. Dan itu terbilang lebih efektif,” jelasnya.
Komisi itu, kata Hendra adalah alat kelengkapan dewan (AKD) yang sudah kuat untuk melakukan pengawasan. Kecuali permasalahan penyimpangan izin bangunan yang disebut-sebut mengakibatkan kebocoran anggaran yang kena ke aspek lain. Bila itu terjadi, barulah bisa dibentuk pansus.
“Jadi kita berharap, agar Komisi IV dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Karena Pansus IMB dinilai belum mendesak,” harapnya.
Hal senada dikatakan Ketua komisi IV DPRD Medan Paul MA Simanjuntak. Menurutnya, untuk saat ini belum perlu adanya pansus IMB, karena komisi IV selalu melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan beberapa OPD Pemko Medan terkait IMB.
Menurut Paul, sebaiknya komisi IV lebih fokus untuk merevisi perda pengurusan Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB). Karena menurut Paul, aturan pengurusan SIMB sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan Kota Medan saat ini.
“Sebaiknya kita sesuaikan dengan keadaan sekarang,ini semuanya untuk kemajuan Kota Medan dan meningkatkan pemasukan PAD dibidang SIMB,” jelasnya.
Dengan adanya revisi IMB ini, Paul meyakini tidak akan ada lagi pengembang yang menyalahi aturan dalam pengurusan IMB, bahkan ini akan menambah pemasukan PAD Kota Medan.
“Terlalu banyak aturan yang harus dipenuhi dalam pengurusan SIMB. Dengan ekonomi 5 tahun saat ini sulit buat pengembang karena mengurus SIMB nya dengan luas tanah untuk dibangun 8 pintu, tapi yang keluar hanya 5 pintu SIMB. Akibatnya pengembang merasa rugi apabila bangunan tersebut dibangun dimana ruko tersebut susah untuk pasarkan,” pungkasnya.(map/azw)
JEMBATAN SICANANG: Pembangun Jembatan Titi Dua Sicanang, beberapa waktu lalu
JEMBATAN SICANANG: Pembangun Jembatan Titi Dua Sicanang, beberapa waktu lalu
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Komisi IV DPRD Medan meminta Dinas Pengerjaan Umum (PU) Kota Medan untuk menjaga dan mengawasi proses pembangunan jembatan Titi Dua Sicanang Belawan yang akan dikerjakan pekan ini. Tujuannya, agar tidak mengulangi kesalahan Dinas PU Kota Medan yang telah gagal membangun jembatan tersebut sebanyak dua kalin
“Jembatan itu sudah pernah ambruk dua kali. Kami betul-betul menekankan kepada Dinas PU Kota Medan, tolong awasi betul proses pembangunannya. Kami sangat berharap ambruknya jembatan Titi Dua Sicanang tidak terulang sampai tiga kali,” ujar anggota Komisi IV DPRD Medan, Dedy Aksyari kepada Sumut Pos, Senin (29/6).
Dijelaskan Dedy, pengawasan yang dimaksud bukan hanya sekadar pengawasan pada umumnya, yakni selesainya pembangunan dan anggaran yang digunakan. Tetapi jauh lebih dari itu, yakni pengawasan pada tahap demi tahap proses pembangunan, yaitu dari awal proses pembangunan hingga akhir pekerjaan atau finishing.
“Jadi selama ini fungsi kontrol dari Dinas PU yang sangat minim, padahal mereka punya bidang pengawasan. Padahal yang namanya mengawasi itu harus dari nol sampai 100 persen, semua harus sesuai dengan bestek yang telah ditentukan sejak awal, termasuk soal bahan, material, teknik pelaksanaan, lama pelaksanaan, dan seterusnya,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Dedy, ia percaya bahwa Pelaksana Tugas (Plt) Kadis PU Kota Medan, Zulfansyah mampu menekankan sistem pengawasan pada organisasi perangkat daerah (OPD) yang dipimpinnya saat ini. Ia pun meminta agar Zulfansyah mau belajar dari kesalahan para pimpinan-pimpinan Dinas PU sebelumnya. Di mana fungsi pengawasan OPD yang terletak di Jalan Pinangbaris Kota Medan itu memang dinilai sangat lemah.
“Ini momen yang tepat bagi Plt Kadis PU Kota Medan untuk menunjukkan kinerjanya kepada masyarakat. Bila jembatan itu dapat terbangun dengan kualitas yang baik, dapat dipergunakan untuk membangkitkan perekonomian Masyarakat Sicanang dan sekitarnya, maka beliaulah yang akan memperbaiki citra Dinas PU di mata masyarakat,” lanjutnya.
Senada dengan Dedy, anggota Komisi IV lainnya, Rizki Nugraha SE mengatakan bahwa Dinas PU harus mengontrol betul tahap demi tahap pembangunan jembatan Titi Dua Sicanang. Sebab, pengawasan adalah kata kunci dari kesuksesan pembangunan itu.
“Jangan percayakan sepenuhnya proses pembangunan dengan pihak ketiga, mereka itu hanya pihak yang mengerjakan, tetapi pihak yang bertanggungjawab adalah pemerintah itu sendiri. Apalagi kalau sudah bicara tanggungjawab moral kepada masyarakat, itu berat sekali. Pengawasan adalah kuncinya,” pungkasnya.
Sementara, Ketua Forum Masyarakat Sicanang (Formasi), Togu Silaen turut mengomentari pembangunan kembali Jembatan Titi Dua Sicanang. Menurut dia pembangunan Jembatan Titi Dua Sicanang harus dikerjakan secara profesional dengan memiliki kapasitas untuk menghasilkan jembatan yang berkualitas.
Ia mengapresiasi sikap Pemko Medan telah memprioritaskan pembangunan Jembatan Titi Dua Sicanang Belawan di tengah Pandemi Covid-19, agar tidak menimbulkan kekecewaan masyarakat terhadap pembangunan jembatan yang sempat gagal selama tiga kali pelaksanaan. Togu Silaen juga mengingatkan adanya perencanaan yang matang dalam pembangunan tersebut.
“Harapannya, pembangunan yang dilaksanakan sesuai bestek. Kita tidak ingin kejadian yang lama terulang lagi, makanya kita minta kualitas bangunan harus sesuai dengan harapan yang diinginkan masyarakat,” tegasnya.
Selama ini, lanjut tokoh masyarakat Sicanang ini, wacana pembangunan ini sudah berulang kali didengar oleh masyarakat. Ia meminta agar proses tender yang sudah selesai tidak menunda pembangunannya tahun ini.
“Kita tidak mau lagi dengar akan dibangun, kepada pemenang tender untuk segera turun ke lapangan agar masyarakat percaya. Kalau memang tahun ini tidak terlaksana tahun ini, kami akan mengajukan mosi tidak percaya ke Pemko Medan,” cetusnya.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pengerjaan Umum (PU) Kota Medan, Zulfansyah Ali Syahputra mengatakan, proses lelang sudah terlaksana, tinggal penandatanganan kontrak. Untuk seluruh proses ganti rugi lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pembangunan jembatan yang baru, telah selesai.
Pembangunan jembatan akan dilaksanakan dengan anggaran Rp15 miliar. Prioritas pembangunan mengingat penting dan vitalnya keberadaan jembatan tersebut bagi masyarakat Sicanang Belawan.
“Walaupun anggarannya tidak cukup untuk membangun sampai tuntas lengkap dengan pernak-pernik jembatan itu, proyek pembangunan fisik dalam skala besar yang masih dipertahankan oleh Pemko Medan untuk tetap dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19,” pungkasnya. (map/fac/azw)
HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Badan Pengelolaan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) Humbang Hadundutan, hingga berita ini diturunkan tidak bisa menjawab secara jelas saat ditanya tujuan dilaksanakanya lelang aset dengan total 53 jenis barang, pada 22 April 2020 lalu.
Ketua Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) Humbang Hasundutan, Lambok Situmeang mengatakan Badan Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) seharusnya mengetahui apa tujuan dalam pelaksanaan lelang aset barang.Karena, dalam pelaksanan lelang aset barang mempunyai kepastian hukum, memenuhi asas transparansi dan akuntabel.
“Penjualan lelang lebih banyak memberikan keuntungan bagi pemerintah daerah , antara lain dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Lelang juga bisa dialaskan untuk menutupi kekurangan anggaran dalam APBD Humbang Hasundutan tahun anggaran 2020,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam wawancara, Sekretaris BPKPAD Humbang Hasundutan, Martogi Purba tidak dapat menjelaskan apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya lelang.
Menurut Martogi, dengan alasan dari konfirmasinya belum dapat dijawab oleh Kepala Bidang Aset, Paul Simamora dan Kassubid yang menangani lelang, Rudi Antoni Sianturi.
“Cuma ini dikasih Kabid Aset,” ucap Martogi melalui WhatsApp sembari melampirkan pengumuman lelang, Selasa (23/6) belum lama ini.
Martogi menjelaskan, bahwa hasil lelang yang dilaksanakan oleh pihaknya mencapai Rp295.672.000,00. Hasil itu merupakan, dari jumlah jenis barang yang dilelang.
“Itu hasil dari jumlah yang dilelang,” katanya.
Namun, Martogi tak dapat menjelaskan rincian lelang yang terjual dan yang tidak terjual. Disamping, total target lelang yang ditetapkan.
“Masih kita tunggu jawabanya dari bidang bos,” katanya.
Perlu diketahui, sebanyak 53 jenis barang yang dilelang, terdiri dari 4 unit mobil, 39 unit kendaraan roda dua, 6 unit scrap (ex mobil), 1 unit scrap (ex bacho loader), 1 unit 1 unit scrap ex traktor, 1 unit mesin fotocopy, 1 unit kulkas pendingin, 1 unit pertarator, 1 unit filling kabinet, 1 unit timbangan stanpas aspal.
Dari 53 jenis barang, mobil Daihatsu Terios jenis F700RG-TS senilai Rp13.823.000,00, yang paling tinggi. Sedangkan, lainnya dibawah harga mobil tersebut. (des/ram)
DAIRI, SUMUTPOS.CO – Sebanyak 370 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di sejumlah Desa di Tiga Kecamatan Kabupaten Dairi akan dibedah. Ke 370 tersebut bersumber dari APBN melalui Direktorat Jenderal (Dirjen) Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat serta dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Kepala Bidang (Kabid) Perumahan dan Kawasan Permukiman pada Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang (PUTR) Dairi, Erwin Sitorus menerangkan, bantuan dari APBN sebanyak 320 unit melalui program bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS). Sementara dari Pemprovsu sebanyak 50 unit.
Penerima manfaat bedah rumah bersumber dari APBN untuk warga di Kecamatan Tanah Pinem dan Tigalingga, dan bantuan dari APBD Provsu khusus di Desa Lae Nuaha Kecamatan Siempat Nempu Hulu.
“Bantuan dari APBN sebesar Rp17,5 juta. Sedangkan besaran bantuan dari APBD Provsu sebesar Rp30 juta yakni sebesar Rp26 juta untuk beli bahan dan Rp4 juta upah tukang. Untuk bantuan pusat, sekarang tahap verifikasi di lapangan oleh fasilitator. Sementara bantuan dari Provinsi, pengusulan penetapan SK,” ujarnya.
Bantuan bedah rumah dari APBD Kabupaten Dairi untuk tahun anggaran 2020 ini kosong, karena dananya terkena refocusing penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Erwin menambahkan, jumlah rumah warga yang tidak layak huni dan perlu dibedah di Dairi bersekisar 9000-an.
“Setiap tahun kita terus mengusulkan ke pemerintah pusat, provinsi dan menganggarkanya pada APBD Dairi,” tutupnya. (rud/ram)
PARIPURNA: Suasana rapat paripurna penetapan Ranperda Pertanggungjawaban APBD 2019 Kabupaten Humbas gagal karena sebanyak 11 anggota dewan tidak hadir.
PARIPURNA: Suasana rapat paripurna penetapan Ranperda Pertanggungjawaban APBD 2019 Kabupaten Humbas gagal karena sebanyak 11 anggota dewan tidak hadir.
HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Rapat paripurna DPRD Humbang Hasundutan terkait pengesahan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Anggaran 2019 gagal. Hal ini dikarenakan rapat yang berlangsung pada Senin (29/6) tidak mencukupi kuorum.
Dari amatan, tanda-tanda gagalnya rapat ini sudah terlihat sejak dari awal. Di mana dari agenda rapat seharusnya dilaksanakan pukul 10.00 Wib, molor menjadi pukul 10.44 Wib. Selain itu, dari 25 anggota DPRD, hanya 13 saja yang hadir termasuk 3 pimpinan DPRD Humbahas.
Ketua DPRD, Ramses Lumbangaol yang memimpin rapat memutuskan menunda rapat selama satu jam. Saat dibuka lagi, anggota yang hadir tetap saja kehadiran masih 13 orang tanpa ada penambahaan.
“Rapat kita tunda selama 2 hari kedepan, dan kita jadwalkan 2 Juli 2020,” ujarnya.
Gagalnya rapat Ranperda Pertanggungjawaban ini membuat sejumlah OPD merasa kecewa, termasuk Bupati Humbahas, Dosmar Banjarnaor. Bahkan, Dosmar langsung meninggalkan rapat begitu rapat ditunda. Bahkan, Dosmar tidak terlihat bersama anggota dewan lainnya saat makan siang. Sedangkan Wakil Bupati tampak tenang mengikuti rapat yang akhirnya dibubarkan tersebut.
Wakil Bupati Humbang Hasundutan, Saut Parlindungan Simamora menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Menurutnya, hal ini dikarenakan masalah karakter setiap orang yang berbeda.
“Wajar saja, enggak ada masalahnya. Memang gitu karakter Humbang ngapai saya tanggapi, sama saja eksekutifnya kayak gitu, legislatif kayak gitu, tapi mudah-mudahanlah lebih baik kedepannya “ ucap Ketua DPC Partai Gerindra ini.
Saut berharap, kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi terutama pada rapat paripurna pada 2 Juli mendatang. Karena ini menyangkut kehormatan dewan sebagai lembaga legislatif di mata masyarakat.
Adapun anggota dewan yang hadir yaitu, tujuh anggota Fraksi PDI Perjuangan, tiga Fraksi Hanura, satu Fraksi Gerindra Demokrat, satu Fraksi Golkar dan satu fraksi Persatuan Solidaritas. (des/ram)