25 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 4758

Strategi Bisnis Properti, Bersahabatlah dengan Risiko

Adi Ming E, pebisnis properti muda. (Istimewa)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Adi Ming E bukan pewaris kerajaan properti. Namun, namanya kini tak pernah lepas dari embel-embel properti, sebagai Chairman Samera Propertindo.

Hidup Adi Ming, dulu terbilang sulit. Untungnya, orang tua punya tekad menyekolahkannya hingga tamat SMA dan kemudian kuliah.

Menginjak usia 20 tahun sembari menjalani pendidikan sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Medan, Adi Ming berani menentukan jalan hidup semenjak dini dengan mencoba profesi sambilan sebagai agen properti. Dari aktifitas sebagai broker properti inilah mulai mengenal seluk beluk industri ini, khususnya untuk bidang pemasaran.

Lebih dari 20 tahun waktu yang dicurahkan untuk satu bidang yang tergolong ‘angker’. Selain padat modal, bisnis properti sangat bergantung pada iklim ekonomi lokal, nasional, dan global. Belum lagi beradaptasi pada kebijakan pemerintah.

“Hanya ada satu kata kunci dalam berbisnis yaitu risiko, termasuk bisnis properti. Setiap tantangan besar selalu ada risiko besar, dan potensi keuntungan yang besar pula. Maka dari itu, bersahabatlah dengan risiko,” ungkap Adi Ming dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Jumat (15/11).

Menurut miliarder muda ini, jika setiap tahun dicatat sebenarnya akan selalu saja ada alasan untuk pesimis dengan bisnis properti. Ada yang bilang hati-hati di tahun politik. Hati-hati saat ada desas-desus krisis global hingga pergantian kepala daerah. “Apabila dituruti, maka tidak ada tahun baik untuk menjalankan bisnis properti,” tuturnya.

Adi Ming mengaku tak bergeming atau tak berubah meski beberapa tahun terakhir disaat kompetitor berbondong-bondong membidik pasar menengah bawah. “Saya memilih tetap fokus di segmen menengah atas. Alasannya sederhana, menengah atas sudah pasti mampu beli. Hanya saja, perlu memikirkan desain terbaik dengan harga paling kompetitif.

Ketimbang ikut berspekulasi dengan kabar tumbuhnya kelas ekonomi menengah di Indonesia, karena kelas menengah sangat rentan,” sebut pria yang masih berusia 40 tahun ini.

Ia juga mengaku, isu lesunya pasar di tahun politik juga tak membuat gentar. Saat customer asal Medan wait and see di momen Pilkada Sumut, dirinya menyasar customer asal Aceh.

“Saya tahu banyak masyarakat Aceh yang rutin ke Medan untuk berlibur atau bisnis. Terbukti, 25 persen sales (penjualan) disumbang masyarakat asal Aceh. Makanya, selain Medan, masyarakat Aceh adalah pasar yang patut diperhitungkan,” ujar Adi Ming.

Dia menambahkan, diyakini selalu ada peluang di setiap tantangan. Besar kecilnya risiko yang dihadapi, hanya tinggal penyesuaian dengan tekad dan kerja keras. (ris)

Menganiaya, Bongotan Siburian Masih Santai Berkeliaran, Peradi: Segera Proses, Semua Sama di Mata Hukum

MENOLAK: Bongotan Siburian menolak diwawancara wartawan usai mengikuti rapat paripurna di DPRD Deliserdang, Rabu (13/11). IST/SUMUT POS
MENOLAK: Bongotan Siburian menolak diwawancara wartawan usai mengikuti rapat paripurna di DPRD Deliserdang, Rabu (13/11). IST/SUMUT POS

SIANTAR, SUMUTPOS.CO

Hingga kini, kasus penganiayaan yang dilakukan Bongotan Siburian (52) terhadap Doni Parhusip (27) tidak jelas penanganannya. Pasalnya, anggota DPRD Deliserdang dari Fraksi Nasdem itu masih bebas berkeliaran.

PARAHNYA, laporan pengaduan korban sudah tiga tahun mengendap di Polres Deliserdang. Lamanya penanganan kasus ini mengudang reaksi dari praktisi hukum.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Kabupaten Deliserdang, Firnando D.D Pangaribuan SH meminta polisi agar memeroses laporan korban.

“Setiap warga negara Indonesia sama dimata hukum. Laporan pengaduan Doni Parhusip sebaiknya diproses agar ada kejelasan hukum dan mencerminkan rasa keadilan,” tegas Firnando.

Ramai diberitakan, Polres Deliserdang diduga ‘mengendapkan’ kasus penganiayaan antara Doni Parhusip dan Bongotan Siburian alias Oppung. Keduanya sama-sama melapor.

Namun, penyidik mengutamakan pengaduan Bongotan Siburian yang disebut-sebut sebagai bekas bandar judi togel terbesar di Deliserdang.

Ceritanya, peristiwa penganiayaan yang dialami Doni Parhusip itu terjadi di Jalan Siantar, Gang Azas, Kelurahan Cemara, Kecamatan Lubukpakam, 7 Januari 2017 sekira pukul 11.00 WIB. Saat itu, Doni hendak keluar rumah. Ketika akan menyalakan sepedamotornya, Bongotan Siburian alias Oppung mengambil paksa kunci kontak motor Doni.

Doni kemudian meminta kunci sepedamotornya kepada Bongotan. Alih-alih diberi, Doni malah didorong Bongotan hingga jatuh ke tanah. Bukan itu saja, Bongotan juga mengambil handphone milik Doni. Setelah itu, Bongotan meninggalkan Doni.

Kemudian, Doni bertemu dengan Rudi Simarmata. Ia minta ditemani untuk meminta ponselnya kepada Bongotan.

Ketika tiba dirumah Bongotan di Jalan Siantar, Kampung Tomuan, Kelurahan Cemara, Kecamatan Lubukpakam, tiba-tiba pelaku langsung mencekik leher dan menodongkan sebilah pisau ke leher Doni. Tak terima warga Dusun II, Kampung Baru, Desa Pasar Melintang, Kecamatan Lubukpakam, Kabupaten Deliserdang langsung membuat pengaduan ke Polres Deliserdang.

Oleh petugas SPKT Polres Deliserdang, pengaduan Doni diterima dengan Nomor LP/18/I/2017/SU/RES DS. Orangtua Doni mengatakan, anaknya belum ada perdamaian dan kemungkinan tidak mau berdamai.

“Anakku sudah masuk penjara pada Agustus 2017 dan bebas Oktober 2019. Sedangkan laporan pengaduan anakku sampai sekarang tak tahu prosesnya,” sebutnya saat disambangi Sumut Pos di rumahnya, Rabu (16/10).

Perselisihan keduanya berawal dari fee penjualan judi togel yang tidak diserahkan Bongotan kepada Doni. Alhasil, Doni pindah kepada bandar lain dan menggiring juru tulis menyetor ke juragan barunya. Peralihan itu membuat Bongotan kelimpungan. Sebab, juru tulis togel sudah tidak menyetor lagi kepadanya. (btr/ala)

Motor Bertabrakan dengan Angdes, Ketua PP Tewas di Sidamanik

TEWAS: Ketua PAC PP Sitalasari, David Sinaga tewas setelah motor yang dikendarainya bertabrakan dengan angdes. istimewa/sumut pos
TEWAS: Ketua PAC PP Sitalasari, David Sinaga tewas setelah motor yang dikendarainya bertabrakan dengan angdes.
istimewa/sumut pos
TEWAS: Ketua PAC PP Sitalasari, David Sinaga tewas setelah motor yang dikendarainya bertabrakan dengan angdes. istimewa/sumut pos

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Warga di seputaran jalan lintas Sidamanik-Parapat, tepatnya di Nagori Tiga Bolon, Sidamanik, Simalungun, dikagetkan suara benturan keras, Kamis (14/11) sekita pukul 13.30 WIB. Ternyata, satu unit sepedamotor Honda Revo 110 CC warna hitam baru saja bertabrakan dengan Angkutan Desa (Angdes) jurusan Simarjarunjung.

Seorang pria yang mengenakan seragam Organisasi Kepemudaan Pemuda Pancasila (PP) kemudian terlihat terkapar di jalan. Belakangan diketahui, pria tersebut adalah David Sinaga (42), Ketua PAC PP Siantar Sitalasari, Pematang Siantar.

Menurut keterangan beberapa saksi mata di lokasi, mobil Angdes yang belum diketahui nomor polisi dan pengemudinya itu awalnya datang dari Simarjarunjung menuju Sidamanik. Sedangkan sepedamotor yang dikendarai David Sinaga dalam perjalanan dari arah berlawanan.

“Kedua pengemudi kendaraan kurang hati-hati, karena kecepatannya cukup tinggi,” kata warga di lokasi. Akibat tabrakan tersebut, tubuh David Sinaga terlempar cukup jauh dan terjatuh di pinggir jalan. “Untuk saat ini, pengemudi bus diketahui mengalami luka dan pengendara sepedamotor sempat dilarikan ke Rumah Sakit Vita Insani Kota Pematangsiantar. Namun diduga, korban meninggal dunia dalam perjalanan,” katanya.

Kanit Laka Lantas Polres Simalungun Iptu Amir Mahmud ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya masih melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi-saksi di lokasi. “Belum selesai olah TKP. Nanti ya,” kata Amir.

Sementara itu, sejumlah rekan dan keluarga menyampaikan turut belasungkawa dan dukacita atas kematian David Sinaga melalui akun Facebook mereka.

“Selamat Jalan Ketua PAC PP Sitalasari, Ketua David Sinaga,” tulis akun David Sinaga. “R.I.P selamat jalan adik ku sayang DAVID SINAGA. Tuhan Yang Memberi dan Tuhan Yang Mengambil. Immanuel. Sampai Ketemu di Yerusalem Baru,” tulis akun Luat Parulian Christian Sinaga disertai emoji tangisan. “SeLamat Jalan kerumah Bapa di Surga Tulang David Sinaga, Semoga Tulang tenang disisi Bapa… Dan semua kami yg ditinggalkan tetap kuat,” tulis akun Angel DiaNa Lahi II. (bbs/ala)

Setahun Pembunuhan Rian Fani Belum Terungkap

DIABADIKAN: Orangtua Rian Fani didampingi kuasa hukum, memperlihatkan bukti laporan pengaduan kepada media.
DIABADIKAN: Orangtua Rian Fani didampingi kuasa hukum, memperlihatkan bukti laporan pengaduan kepada media.
DIABADIKAN: Orangtua Rian Fani didampingi kuasa hukum, memperlihatkan bukti laporan pengaduan kepada media.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus pembunuhan Rian Fani pada 16 Desember 2018, menyisakan tanda tanya bagi pihak keluarga. Pasalnya, kasus yang terjadi di KIM II Desa Saentis, Percut Seituan, Deliserdang, hampir setahun tak terungkap.

HINGGA kini, kasus yang menghilangkan nyawa pemuda berusia 20 tahun itu belum berhasil diungkap Polsek Medan Labuhan. Tanda tanya sekaligus kekecewaan diungkapkan ibu korban, Asni Hawiyah (54).

“Kejadian itu terjadi sekira pukul 03.30 WIB,” ujar Asni didampingi penasehat hukum korban dari AAA+ Law Office kepada wartawan, belum lama ini.

Saat itu, Asni didatangi seorang teman putranya bernama Aldy yang mengabarkan kejadian tersebut. Selanjutnya, ia dibonceng oleh Aldy menuju Rumah Sakit Delima di Jalan KL Yos Sudarso KM 13,6, Medan. Setibanya di RS tersebut, Asni putranya sudah tidak bernyawa.

“Saat itu kepalanya sudah dibalut perban. Pada pipinya sebelah kiri ditemukan luka sayatan seperti huruf X dan tangan sebelah kanannya kelihatan memar. Dari kepala keluar darah dengan luka terbuka sekitar 5 CM,” ungkap dia dengan mata berkaca-kaca.

Asni kemudian mengungkap, seorang teman anaknya bernama Elvan Sinaga merupakan saksi kunci dalam kejadian itu. Kata dia, sesaat setelah kejadian, ia bertemu dengan Elvan Sinaga.

“Saat bertemu itu Elvan Sinaga mengaku mengendarai sepeda motor berboncengan dengan almarhum anaknya dan dikejar sekelompok pemuda mengendarai sekitar enam sepeda motor,” beber Asni.

Direktur AAA+ Law Office, Alansyah Putra menambahkan, Asni kemudian melaporkan kejadian yang menimpa anaknya ke Polsek Medan Labuhan. Laporan Asni diterima dengan nomor LP/766/XII/2018/SU/PEL.BLW/SEK-MEDAN LABUHAN.

Atas laporan itu, disebut Alansyah bahwa kliennya sudah menerima Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan (SP2HP) Nomor B/137/XII/2018/Reskrim tanggal 18 Desember 2018, SP2HP Nomor B/137A I/2019/Reskrim tanggal 7 Januari 2019 dan SP2HP Nomor B/137B/2019/Reskrim tanggal 1 Oktober 2019.

“Pada SP2HP terakhir diterima klien kami, disebutkan bahwa telah dilakukan pemeriksaan terhadap saksi bernama Febriansyah alias Rian pada 25 Mei 2019. Disebutkan di situ kesaksian Febriansyah melihat Selamat Setiawan alias Gobek menendang paha sebelah kiri Rian Fani,” ungkap Alansyah.

“Selanjutnya Rian Fani berlari mendatangi korban Elvan, kemudian keduanya melarikan diri menggunakan sepeda motor yang dikendarai korban Elvan,” ungkap dia.

Dalam SP2HP itu, juga disebutkan saat pra rekonstruksi pada 24 September 2019 pukul 11.00 WIB di Jalan Pulau Nias Selatan KIM II Mabar, Desa Saentis, tidak ada saksi yang dapat menerangkan korban Rian Fani dianiaya di lokasi tempat korban ditemukan tergeletak dengan posisi telungkup.

Dalam SP2HP itu juga disebutkan agar pelapor menghadirkan saksi, setidaknya memberikan identitas saksi untuk dapat dipanggil ke Polsek Medan Labuhan sebagai saksi.

“Pada SP2HP sebelumnya, yakni SP2HP nomor 137A/I/2019/Reskrim, disebutkan telah dilakukan pemeriksan terhadap saksi Elvan Syahtifa Bastian Sinaga. Disebutkan saksi menerangkan dirinya berbocengan dengan korban dan dikejar oleh pemuda setempat,” ujarnya.

“Saat itu, sepeda motor yang ditumpangi Elvan Sinaga dan Rian Fani, menabrak lobang jalan yang sedang diperbaiki hingga keduanya terjatuh ke aspal,” sambungnya didampingi Tim Advocat dan Paralegal AAA+ Law Office Andi Ardianto, Muhammad Iman Syahputra, Raja Indra Sakti Rangkuti, M Al Amin Rasyid Abbas, Muhammad Reza Rayhan, Muhammad Fachri Alamsyah, Chairul Imam dan Muhammad Amri.

Setelah itu, saksi Elvan melarikan diri ke arah parit namun dikejar Setiawan alias Gobek, Ryan Ananda, Muhammad Khoirul Umam Kariman Lubis dan Dimas Saputra. Kemudian saksi Elvan Sinaga dianiaya.

“Disebutkan juga dalam SP2HP itu, Setiawan alias Gobek, Ryan Ananda, Muhammad Khoirul Umam Kariman Lubis dan Dimas Saputra sudah diperiksa sebagai tersangkadan sudah dilakukan penahanan dalam perkara penganiayaan terhadap Elvan Sinaga LP/768/XII/2018/SU/PEL-BLWN/MEDAN LABUHAN tanggal 16 Desember 2018,” imbuh Alan.

Alansyah sudah melayangkan pengaduan ke Polda Sumut. Pengaduan diteruskan ke Kapolda, Irwasda, Propam, Wasidik dan Dirkrimum. (prn/ala)

Kans ke Semifinal, PSMS 2-1 Martapura

SELEBRASI: Bruno Casmir melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Martapura FC di Stadion Jakabaring, Palembang, Kamis (14/11).
SELEBRASI: Bruno Casmir melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Martapura FC di Stadion Jakabaring, Palembang, Kamis (14/11).
SELEBRASI: Bruno Casmir melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Martapura FC di Stadion Jakabaring, Palembang, Kamis (14/11).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peluang PSMS Medan untuk lolos ke babak semifinal Liga 2 musim ini semakin besar. Hal itu terjadi setelah Ayam Kinantan sukses mengalahkan Martapura FC dengan skor 2-1 di Stadion Jakabaring, Palembang, Kamis (14/11).

Berambisi untuk menang, PSMS dan Martapura bermain terbuka sejak awal pertandingann

Namun dalam 15 menit jalannya laga, belum ada peluang tercipta. Kedua tim kesulitan untuk menembus pertahanan lawan.

PSMS yang didukung puluhan suporternya berusaha untuk menguasai permainan. Tapi Martapura juga tidak tinggal diam. Dengan cepat mereka melakukan serangan balik ke pertahanan PSMS.

Ayam Kinantan akhirnya membuka keunggulan di menit ke-25, melalui sontekan Yuda Risky Irawan. Gol ini berawal dari tendangan pojok yang menghadirkan kemelut di depan gawang Martapura. Bola kemudian menuju ke arah Yuda Risky yang diselesaikan menjadi gol.

Gol ini menambah motivasi pemain PSMS. Hanya selang beberapa menit, PSMS berpeluang menambah gol. Sayang, tendangan Eki Fauji dari luar kotak penalti, masih bisa ditepis kiper Martaputra, Ali Budi Raharjo.

Martapura juga berusaha keras untuk menyamakan kedudukan. Tapi, serangan mereka masih bisa dipatahkan lini belakang PSMS. Keunggulan PSMS bertahan hingga babak pertama berakhir.

Babak kedua dimulai, Martapura langsung menekan pertahanan PSMS. Duat Bruno Casimir dan Afiful Huda tampil cukup baik laga laga ini dengan mematahkan semua serangan lawan.

PSMS akhirnya menggandakan keunggulan di menit ke-64. Lagi-lagi gol berawal dari tendangan pojok, yang mengasilkan kemelut, bola direbut Bruno Casimir dan diselesaikan dengan tendangan keras membobol gawang Martapura.

Tertinggal dua gol, pemain Martapura seperti tersengat. Mereka pun meningkatkan serangan dengan menggempur pertahanan PSMS. Usaha mereka membuahkan hasil, ketika wasit menunjuk titik putih setelah Afiful Huda melakukan handball di kotak terlarang. Rahel Radiansyah yang sebagai algojo sukses menaklukkan kiper PSMS Alfonsius Kelvan.

Gol itu memacu motivasi pemain Martapura. Mereka terus menekan pertahanan PSMS. Tensi pertandingan semakin tinggi. Lima menit jelang laga berakhir, PSMS terpaksa bermain dengan 10 orang, karena Kesuma Satria memperoleh kartu merah.

Hingga pertandingan usai, PSMS tetap unggul 2-1. Usai pertandingan, pemain dan ofisial Martapura sempat mengejar wasit Seteven Yubel Poli, karena merasa dirugikan. Kondisi ini membuat petugas keamanan terpaksa melarikan wasit ke luar lapangan.

Kemenangan ini membuat peluang Ayam Kinantan untuk melaju ke babak semifinal semakin besar. Pasukan Jafri Sastra ini hanya butuh hasil imbang pada laga terakhir Grup B melawan Persita Tangerang.

Pelatih PSMS, Jafri Sastra mengaku puas dengan kemenangan ini. Dia senang, karena permainan anak asuhnya membaik dari pertandingan pertama.

“Hari ini kami bermain lebih baik dari laga sebelumnya. Pemain bermain lebih disiplin di lapangan. Mereka sangat percaya diri. Kemenangan ini membuat peluang kami ke semifinal semakin besar,” ujar Jafri Sastra.

Jafri Sastra mengakui, sebelum pertandingan ini, dia memang sudah membenahi kepercayaan diri pemain. “Kuncinya pemain disiplin dan sudah mulai percaya diri,” sebutnya. (dek)

Soal-soal Bakal Lebih Berbobot, Passing Grade CASN 2019 Turun

Ilustrasi.
tes CASN Salah seorang peserta saat mengikuti ujian Calon Aparatur Sipil Negara (CASN), beberapa waktu lalu. Pemerintah membuka seleksi CASN pada 25 Oktober. Sedangkan Sumatera Utara mendapatkan formasi atau kuota CASN 2019.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar gembira bagi pelamar CASN 2019. Pasalnya, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) menurunkan batasan passing grade untuk seleksi kompetensi dasar (SKD) calon aparatur sipil negara (CASN) 2019.

Kepala Biro Hukum, Komunikasi, dan Informasi Publik Kementerian PAN-RB Andi Rahadian mengatakan meski passing grade diturunkan, namun soal-soal yang akan diberikan bakal lebih berbobot. Selain itu, ada perubahan jumlah soal dalam seleksi tahun ini.

Pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap soal-soal SKD dan pelaksanaan tes CASN tahun lalu sehingga terdapat perubahan passing grade dan jumlah soal. “Soal-soal tahun ini dinilai lebih berbobot dengan kontrol yang lebih ketat,” jelasnya di Jakarta, seperti dikutip Kamis (14/11).

Berdasarkan Peraturan Menteri PANRB No. 24/2019 tentang Nilai Ambang Batas SKD Pengadaan CASN 2019, para pelamar dengan jalur formasi umum dan formasi khusus tenaga pengamanan siber harus melampaui passing grade sebesar 126 untuk Tes Karakteristik Pribadi (TKP), 80 untuk Tes Intelegensia Umum (TIU), dan 65 untuk Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).

Perubahan nilai ambang batas juga dipengaruhi karena komposisi soal yang berubah untuk tahun ini. Jumlah soal TWK yang semula 35 menjadi 30, sementara jumlah soal TIU semula 30 menjadi 35. Sedangkan jumlah soal TKP tetap yakni 35 soal.

Andi menegaskan, perubahan ini tidak akan berpengaruh terhadap kualitas ASN. “Kami tetap mengedepankan kompetensi guna memperoleh CASN yang berkualitas dan berkompeten,” jelas Andi.

Nantinya, peserta yang dapat mengikuti tes selanjutnya (SKB) adalah peserta yang memperoleh nilai passing grade tertinggi. Bila formasi hanya 1, maka 3 peserta dengan nilai tertinggi yang dapat ikut tahapan selanjutnya.

Menteri Pendayagunaan Apratur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo membenarkan penurunan passing grade ini. Menurut Tjahjo, hal ini dilakukan karena ada beberapa lembaga di sejumlah daerah yang tidak meloloskan satu pun peserta seleksi pada rekrutmen CASN tahun lalu. Tidak adanya peserta yang lolos, diduga karena tingginya nilai ambang batas minimal. “Kemarin beberapa lembaga di daerah (ada yang) tak ada (peserta) yang lulus satu pun,” kata Tjahjo saat ditemui di Sentul International Convention Center, Jawa Barat, Rabu (13/11/2019). “Ini yang salah orangnya atau soalnya? Kalau diproses terus kan kasihan,” lanjut dia.

Tjahjo enggan menyebutkan secara detail lembaga yang tidak meloloskan satu pun peserta seleksi. Ia hanya memastikan, meskipun passing grade diturunkan, BKN akan menambah materi dalam soal seleksi. “Jadi kami kurangi (passing grade-nya), kami tambah soalnya dengan wawasan kebangsaan, megenai bahaya radikalisme, terorisme, empat pilar, supaya lebih mudah,” kata Tjahjo.

Dengan demikian, Tjahjo Kumolo yakin hal ini tidak mengurangi kualitas seleksi. Sebelumnya, sistem seleksi CASN 2018 pada tes SKD menggunakan Permen PAN-RB Nomor 37 Tahun 2018. Mengacu pada Pasal 3 Permen PAN-RB 37/2018, dijelaskan bahwa nilai ambang batas SKD CASN 2018, yakni 143 untuk Tes Karakteristik Pribadi (TKP), 80 untuk Tes Intelegensia Umum (TIU), dan 75 untuk Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Selanjutnya, pemerintah mengumumkan bahwa tes SKD CASN tahun ini tidak memakai aturan lama, melainkan menggunakan Permen PAN-RB 24/2019. Dalam aturan baru, yakni Pasal Pasal 3 Permen PAN-RB 24/2019, disebutkan bahwa nilai ambang batas SKD CASN 2019 minimal yang harus dipenuhi antara lain 126 untuk TKP, 80 untuk TIU, dan 65 untuk TWK.

65 Orang Sudah Mendaftar di Pemko Medan

Sementara, hingga Kamis (14/11) kemarin atau hari ke-4 masa pendaftaran CASN di jajaran Pemko Medan, masih 65 peserta yang mendaftarkan diri. “Tadi pagi saya lihat sudah ada 65 orang yang mendaftar. Itu hal yang biasa, justru itu sudah bagus karena trennya memang begitu. Di awal-awal para pendaftar masih mencari formasi yang tepat dulu untuknya melamar, baik itu formasi yang ada di Pemko Medan maupun di jajaran pemerintahan lainnya, termasuk di Kementerian,” kata Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKDPSDM) Kota Medan, Muslim Harahap kepada Sumut Pos, Kamis (14/11).

Menurutnya, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, jumlah pelamar akan meningkat secara signifikan saat menjelang akhir masa pendaftaran. “Jumlah yang melamar itu biasanya naik secara drastis di minggu-minggu terakhir, biasanya 5 hari sebelum penutupan. Jadi kalau penutupan tanggal 25 November ini, biasanya trennya itu akan naik secara cepat itu sejak tanggal 20 November,” prediksinya.

33 Orang Sudah Daftar di Dairi

Tren yang sama juga terlihat di Pemkab Dairi. Hingga Rabu (13/11) lalu, masih 33 orang yang mendaftar CASN secara online. Kasubbid Pengadaan Pemberhentian dan Informasi pada Badan Kepewagaian Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Dairi, Rico Sihombing juga menilai, minimnya jumlah pendaftar ini disebabkan masih banyak serta pelamar melihat-lihat formasi yang akan dipilih.

Diungkapkan Rico, tahapan penerimaan CASN 2019 di Dairi secara online telah dibuka sejak 12 hingga 25 November 2019. Sedangkan pengumuman formasi, dapat dilihat melalui webside Infokom maupun ditempel di papan informasi BKPSDM.

Disebutnya, tahun 2019 ini, Pemkab Dairi hanya membuka 2 formasi CASN yakni tenaga guru dan tenaga kesehatan. Untuk formasi tenaga guru sebanyak 222 orang, sementara untuk formasi tenaga kesehatan sebanyak 63 orang sehingga total 285. Guru kelas sekolah dasar (SD) 6 orang sisanya guru SMP sebanyak 216 orang. Sementara untuk tenaga kesehatan, dibutuhkan dokter gigi 8 orang, penyuluh kesehatan masyarakat 4 orang, Bidan D3 47 orang, penata laboratorium kesehatan 4 orang.

Pelamar di Binjai Masih Sepi

Sementara di Pemko Binjai, jumlah pelamar CASN 2019 yang sudah mendaftar secara online yang terdata masih 5 orang dari 84 formasi yang tersedia. Kepala Bidang Mutasi dan Kepegawaian Binjai, Hendra Januar mengatakan, untuk 84 formasi Pemko Binjai, paling banyak dibutuhkan tenaga kesehatan dan administrasi.

Menurut dia, lima pelamar di awal pembukaan itu masih wajar. Setiap tahunnya, kata dia, jumlah pelamar bakal membludak ketika menjelang ditutupnya pendaftaran. “Kebanyakan masyarakat masih sebatas bertanya-tanya syarat pendaftaran. Lalu mengecek yang sesuai dengan pendidikannya dan lihat formasi yang dibutuhkankan. Biasanya H-2 sebelum penutupan 25 pukul 00.00 WIB baru ramai-ramai mendaftar,” beber dia.

BKD Binjai juga belum bisa merinci lima formasi yang sudah mendaftarkan diri. Sedangkan untuk jadwal ujian dan lokasi, BKD Binjai pun masih melakukan koordinasi dengan BKN.

Pendaftaran secara online bisa lewat situs https://sscasn.bkn.go.id. Dokumen yang perlu disiapkan CASN 2019 untuk diunggah ke dalam portal SSCASN di antaranya scan KTP asli, foto, swafoto, ijazah dan transkrip nilai asli, serta beberapa dokumen pendukung lainnya yang dipersyaratkan oleh instansi masing-masing.

Kepala BKD Binjai, Amir Hamzah mengimbau kepada CASN untuk berhati-hati dan menolak tawaran calo-calo yang mengiming-imingi bisa memjamin kelulusan PNS. Amir bilang, sistem penerimaan PNS saat ini sudah sangat baik, dan murni hasil tes. “Jangan percaya sama calo yang menjanjikan kelulusan. Ini murni sudah baik dengan sistem CAT yang dibuat pemerintah. Pokoknya jangan tergiur, mau anak pejabat apapun itu tetap tidak bisa pakai bantuan calo-calo atau siapa pun. Zaman sekarang semua murni benar-benar hasil tes ujian,” pungkasnya. (bbs/map/rud/ted)

Bomber Medan Terpengaruh Radikalisme Istri, Densus Bongkar Rencana Teror Bali

BERLAPIS: Pasca-teror bom, pengamanan di pintu masuk Mapolrestabes Medan diperketat dan dilakukan pemeriksaan berlapis, Kamis (14/11).
BERLAPIS: 
Pasca-teror bom, pengamanan di pintu masuk Mapolrestabes Medan diperketat dan dilakukan pemeriksaan berlapis, 
Kamis (14/11).
BERLAPIS: Pasca-teror bom, pengamanan di pintu masuk Mapolrestabes Medan diperketat dan dilakukan pemeriksaan berlapis, Kamis (14/11).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Densus 88 Anti Teror menemukan fakta baru terkait Rabbial Muslim Nasution (RMN) alias Dedek , pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Rabu pagi. Penarik ojek online berusia 24 tahun itu diduga terpapar paham radikal dari istrinya bernama Dewi Anggraeni alias DA. Diketahui, Dewi secara intens mengunjungi napi teroris (napiter) di Lapas Wanita Kelas II Medan. Terkuak pula rencana untuk melakukan aksi teror di Bali.

KAROPENMAS Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, istri pelaku bom bunuh diri telah diamankan Rabu (13/11) malam. Dalam pemeriksaan diketahui, Dewi lebih dulu terpapar paham radikal dibanding suaminya RMN. “Patut diduga DA ini yang membuat suaminya memiliki paham radikal,” ungkapnya.

Petugas juga melakukan penggeledahan di rumah Dewi. Namun belum ditemukan adanya bahan peledak. Hanya ditemukan senjata tajam dan sejumlah buku catatan. “Dari penyelidikan Densus 88 Anti Teror diketahui DA sangat aktif di media sosial,” paparnya.

Peran Dewi tidak hanya itu. Densus 88 Anti Teror juga mendeteksi adanya aktivitas yang intens dari Dewi untuk berkunjung ke Lapas Wanita Kelas II A Tanjung Gusta, Medan. Dari hasil pemeriksaan diketahui Dewi sering mengunjungi napiter (napi teroris) berinisial I. Mereka juga intens chatting via facebook. “Sampai terakhir diamankan tadi malam, masih ada komunikasi (antara D dengan I) di medsos,” terang Dedi.

Dari hasil pemeriksaan, Dewi dan narapidana terorisme itu sedang menyusun rencana melakukan aksi teror di Bali, beberapa waktu ke depan. Kini polisi sedang menyelidiki lebih lanjut asal jaringan D dan I.

Berdasarkan pengalaman pemberantasan terorisme selama ini, lanjut Dedi, bentuk komunikasi serupa D dan I ini bukanlah gerakan lone wolf, melainkan gerakan yang terorganisasi kelompok teror. “Ini masih didalami dulu, siapa pemimpin daripada kelompok ini. Apakah ada penyandang dananya, apakah ada yang memiliki keahlian untuk merakit bom?” kata Dedi.

Terlebih lagi, bom bunuh diri yang digunakan RMN terbilang memiliki rangkaian yang cukup sulit. Hal ini membuat dugaan bahwa terdapat jaringan teroris lama di balik bom bunuh diri itu.

Hingga saat ini jenis dan perakit bom yang meledak di Mapolrestabes Medan belum diketahui. Dedi mengakui bahwa daya ledaknya lumayan besar, namun belum bisa dipastikan laboratorium apakah ini high explosive atau low explosive. “Tunggu dari labfor kalau ini,” jelasnya.

Polisi Buru Guru Spiritual Pelaku

Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto menyatakan, polisi tengah memburu imam atau guru spritual pelaku. Sebab disinyalir berperan mempengaruhi pelaku dalam melakukan aksinya. “Saat ini kita masih mengejar sosok yang disebut imamnya. Kita sudah mengantongi identitasnya,” ujar Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto di Markas Brimob Polda Sumut, Kamis (14/11).

Kata Mardiaz, berdasarkan hasil keterangan Dewi, istri pelaku, ada kelompok-kelompok pengajian. Akan tetapi belum bisa diduga sebagai pelaku. “Saat ini kita masih melakukan pengembangan, kami mohon kepada rekan wartawan sabar menunggu. Tim di lapangan termasuk dari Inafis dan Labfor masih bekerja,” ungkapnya.

Keterangan mertua pelaku, pelaku sebelumnya tidak terlihat menganut paham radikal. “Namun dalam waktu 6 bulan saja sudah berubah,” ucap Mardiaz.

Ia mengharapkan, kepada orang tua agar mengawasi anaknya supaya tidak salah masuk ke kelompok yang berdalihkan agama. Apabila ada kelompok yang menyebarkan paham-paham bertentangan dengan Pancasila, agar diinformasikan kepada polisi atau aparat lainnya.

Informasi dari mertua pelaku, terduga ini pernah bekerja menjadi mitra ojek online. Tetapi belakangan sudah tidak aktif lagi. Hasil penyelidikan dan pengembangan, pihaknya mengamankan istri pelaku bernama Dewi, dan kedua mertua pelaku. “Ketiganya masih diperiksa sebagai saksi,” sebutnya.

“Hasil penggeledahan dari sepeda motor pelaku yang tertinggal di depan Mapolrestabes Medan, ditemukan dua butir peluru kaliber 22,” bebernya.

Mengenai jasad pelaku, Mardiaz mengaku, akan diserahkan kepada keluarga. “Otopsi sudah dilakukan. Akan diserahkan ke keluarga setelah seluruh proses penyelidikan selesai,” pungkasnya.

Terkait hasil deteksi Densus 88 Anti Teror tentang adanya aktivitas yang intens dari Dewi berkunjung ke Lapas Wanita Kelas II A Tanjung Gusta, Medan, mengunjungi napiter (napi teroris) berinisial I, Sumut Pos melakukan penelusuran mencari identitas wargabinaan kasus terorisme itu. Hasil pencarian dari Google, napiter inisial I mengarah kepada IPS alias I alias TS alias SBS (38). Ia satu-satunya napi yang menjalani hukuman kasus terorisme di Medan.

IPS dipidana setelah ditangkap terkait rencana bom bunuh diri di Istana Negara pada 2016 lalu. Dia bahkan sudah disiapkan sebagai calon eksekutor atau “pengantin” dalam rencana bom bunuh diri di Bali.

Majelis hakim di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur pada 2017 menghukum IPS dengan pidana penjara selama 4 tahun dan denda Rp 50 juta subsider 2 bulan kurungan.

Kepala Lapas Wanita Klas II A Tanjung Gusta, Surta Duma Sihombing, saat dikonfirmasi membenarkan I adalah wargabinaan mereka. I dititipkan oleh Densus 88 Anti Teror untuk menjalani hukumannya di Lapas Tanjung Gusta.

“Orangnya ada (di Lapas Kelas IIA Tanjung Gusta), tapi nggak boleh juga kami ngomong atau infokan apa pun juga. Harus Densus (88),” sebut Surta kepada wartawan di Medan, kemarin.

Ia menyebutkan setelah kejadian bom bunuh di Polrestabes Medan, I tidak ada dijemput atau diperiksa kembali pihak kepolisian di Lapas itu.

Menurut Surta, IPS dipindahkan dari Rutan Mako Brimob, Depok beberapa tahun lalu, pascakerusuhan di Rutan tersebut.”(Setelah kasus) Mako Brimob dulu, dikirim kemari, satu orang saja,” tandasnya.

Brigjen Dedi Prasetyo menambahkan, jumlah terduga teroris yang ditangkap hingga Kamis sore telah bertambah, dari delapan orang menjadi sepuluh orang. Yakni, lima orang di Riau, tiga orang di Banten, satu orang di Bekasi dan satu orang di Jawa Tengah. “Masih diteliti hubungannya dengan aksi di Medan,” ungkapnya.

Penjagaan di Mapolrestabes Super Ketat

Pascaaksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan Rabu (13/11) pagi, penjagaan di kantor polisi tersebut super ketat. Personel yang berjaga di pintu masuk gerbang utama naik menjadi 15 orang. Sebelumnya jumlah personel tak sampai belasan orang.

Para personel yang berjaga dilengkapi senjata laras panjang. Selain itu, ada yang dilengkapi dengan alat metal detektor.

Masyarakat yang hendak masuk wajib melalui pemeriksaan berlapis. Sebelum melewati portal, masyarakat diminta membongkar seluruh isi tasnya di sebuah meja. Setelahnya, pemeriksaan badan. Setelah melewati portal, warga kembali diperiksa menggunakan metal detektor. Kemudian kembali pemeriksaan badan.

Selanjutnya, warga didata dan ditanya tujuannya ke Mapolrestabes. Usai didata dan diperiksa, warga diarahkan menuju tempat yang mereka tuju, dengan diberikan tanda pengenal berupa badge. Sementara, wartawan belum diperkenankan masuk.

“Untuk media belum bisa masuk, kalau untuk keperluan membuat SKCK silakan masuk. Tapi harus melewati pemeriksaan dan menunjukkan berkas yang hendak diurus,” ujar salah seorang personel yang bertugas, Kamis (14/11)

Wakapolda Sumut Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto mengakui, pihaknya meningkatkan pengamanan terhadap markas komando, baik di tingkat Polda, Polres maupun Polsek. Para personel bersiaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.

“Untuk pengamanan sudah bertahun-tahun dilakukan. Namun Polri kan juga ada pelayanan publik, mulai dari pengurusan SKCK, SIM, hingga laporan polisi ke Satreskrim. Sehingga kalau diterapkan pengamanan ketat seperti di hotel bintang lima, tentu akan menghambat pelayanan kita,” kata Mardiaz.

Aksi Terorisme Sudah Berkurang

Berkaitan dengan upaya deradikalisasi yang berjalan selama ini, pemerintah belum melihat perlu ada perubahan pola. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD menyebut, deradikalisasi berjalan seperti biasa. “Bukan dievaluasi deradikalisasinya, ditingkatkan (kualitasnya),” ungkap Mahfud.

Mahfud menyebutkan bahwa deradikalisasi bukan perkara sederhana. Butuh proses dan tidak bisa dilakukan begitu saja. “Kalau tindakan melanggar hukum ya dibawa ke hukum, kalau tindakan ideologis dibawa ke wacana, kalau tindakan ujaran kebencian dibawa ke KUHP kan gitu,” terang mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut.

Saat ini, lanjut Mahfud, aksi terorisme sudah berkurang. Secara kuantitaf, dia menyebutkan bahwa kondisi itu merupakan kabar baik. “Artinya jumlah teror 2017 dan 2018 itu lebih tinggi dari 2019,” ungkap dia. Selain itu, menurut Mahfud, kinerja aparat kepolisian dalam mengungkap kasus terorisme berjalan baik.

Melalui langkah-langkah antisipasi yang dilakukan, banyak terduga teroris ditangkap sebelum mereka beraksi. Karena itu, dia membantah kejadian di Medan merupakan kebobolan. “Kalau tidak diantisipasi pasti lebih banyak,” kata dia. “Yang tertangkap-tangkap itu kan punya rencana semua,” tambah dia.

Pria yang juga pernah dipercaya sebagai menteri pertahanan itu menyampaikan bahwa antisipasi aksi terorisme tidak pernah berhenti dilakukan. Namun demikian, satu atau dua aksi yang terjadi tidak lantas bisa disebut sebagai kebobolan. “Antisipasi ada, ketika ada peristiwa. Itu jadi pembuka untuk ambil (terduga teroris) yang lain,” imbuhnya.

Sebelumnya, RMN yang mengenakan jaket berlogo ojek online melakukan bom bunuh diri di halaman Mapolrestabes Medan, Rabu pagi. Pelaku meninggal dunia di tempat dengan kondisi mengenaskan. Enam orang luka ringan. Empat orang merupakan personel Polri, satu orang pekerja PHL, sedangkan seorang lainnya masyarakat biasa.

Hasil olah TKP, pria berjaket ojek online itu berinisial RMN, usia 24 tahun. RMN yang berstatus pelajar/mahasiswa itu lahir di Kota Medan, 11 Agustus 1995. Berdasarkan data catatan kependudukan, RMN tinggal di bilangan Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan. (gus/ris/idr/syn/jpg)

Rumah Jaringan Pelaku Bom Bunuh Diri Digeledah, Kakak & Abang Ipar Dewi Kabur

GELEDAH Personel Polisi dan TNI melakukan pengamanan saat dilakukan penggeledahan terhadap rumah kerabat Rabbial Muslim Nasution di kawasan Belawan, Kamis (14/11).
GELEDAH
Personel Polisi dan TNI melakukan pengamanan saat dilakukan penggeledahan terhadap rumah kerabat Rabbial Muslim Nasution di kawasan Belawan, Kamis (14/11).
GELEDAH Personel Polisi dan TNI melakukan pengamanan saat dilakukan penggeledahan terhadap rumah kerabat Rabbial Muslim Nasution di kawasan Belawan, Kamis (14/11).

BELAWAN, SUMUTPOS.CO – Detasemen Khusus (Densus) 88 Anatiteror Mabes Polri bersama Polda Sumatera Utara, menemukan rumah jaringan atau teman bomber bunur diri, Rabbial Muslim Nasution (RMN) alias Dedek, di Jalan Serdang, Blok GHL 1, Uni Kampung, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Rabu (13/11) sore pukul 16.00 WIB.

Tim gabungan langsung menggeledah rumah yang dihuni Abu Salman Alfarisi dan Fahmi, yang berdempetan. Selama proses olah tempat kejadian perkara (TKP), petugas berhasil mengamankan Dewi Anggreini (istri RMN), tidak jauh dari lokasi penggeledahan. Sejumlah mobil penjinak bom dan Gegana Polda Sumut turun ke lokasi.

Selain Dewi, tim juga mengamankan seorang wanita bersama dua orang anaknya, yang diketahui istri dari Fahmi. Kedua wanita bercadar itu bersama dua anak mereka, dibawa ke Mapolres Pelabuhan Belawan.

“Dia (Dewi) itu adek ipar Salman Alfarisi,” beber warga di lokasi.

Proses penggeledahan berlangsung hingga pukul 23.00 WIB. Petugas mengamankan sejumlah barang yang dicurigai sebagai bahan perakit bom, yakni 9 pipa bulat, tas kulit berwarna coklat, HP android, dan bungkusan berbalut putih.

Sayang, Abu Salman Alfarisi dan istrinya Wulandari, serta tetangganya Fahmi, tidak ditemukan di rumah tersebut. Mereka menghilang sejak siang sebelum petugas datang menggeledah.

Olah TKP kembali dilanjutkan Tim Inafis Polda Sumut pada Kamis (14/11) pukul 15.00 WIB. Petugas kembali memeriksa seluruh isi kedua rumah jaringan pelaku bom bunuh diri tersebut.

Petugas kembali mengamankan sejumlah barang yang dikumpulkan dalam satu buah kotak kardus. Isinya anak panah dari besi, pipa, fotokopi, surat terkait khilafah, dll. Hingga berita ini diturunkan, tidak ada keterangan resmi dari petugas di lapangan.

Tertutup, Tapi Sering Pengajian

Terungkapnya jaringan pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan yang melibatkan Salman Alfarisi dan Fahmi, menggemparkan para tetangga sekitar.

“Selama ini, si Salman dan Fahmi memang sering menggelar pengajian di rumah mereka. Selain mereka, ada teman-temannya yang datang berjumlah 4 sampai 5 orang. Tapi kami tidak tahu seperti apa aktivitas pengajiannya,” beber Sutri, warga sekitar.

Selama ini, Abu Salman Alfarisi bersama istrinya Wulandari dan 3 anaknya jarang bersosialisasi dengan masyarakat. Begitu juga Fahmi yang bersebelahan rumahnya. “Mereka baru 3 tahun menyewa di situ. Tapi orangnya tertutup. Sering membuat pengajian, tapi rumahnya selalu ditutup,” beber wanita berusia 26 tahun ini.

Mengenai latar belakang keduanya, kata ibu satu anak ini, Salman memang warga asli di lingkungan itu. Rumah orangtuanya tidak begitu jauh dari rumah yang mereka sewa. Fahmi juga warga asli lingkungan tersebut.

“Salman itu orang India. Dia mualaf (masuk Islam) sebelum berumah tangga,” cetusnya.

Adapun si Salman diketahui bekerja sebagai buruh bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Sedangkan Fahmi kerjanya tidak menentu. Terkadang menjual minyak solar.

“Mereka berdua itu orangnya baik, cuma agak tertutup. Aktivitas pengajian itu sudah berlangsung selama setahun. Istri mereka mulai pakai cadar baru setahun ini juga,” bebernya lagi.

Informasi diterima dari petugas, pengajian yang dilakukan kedua pria yang diduga jaringan pelaku bom bunuh diri ini, lokasinya selalu berpindah-pindah. Pengajian itu dipimpin Wulandari, istri Abu Salman Alfarisi sebagai guru ngaji. Wulandari juga adalah kakak Dewi.

Kepling setempat, Indah Pratiwi, mengatakan, Abu Salman Alfarisi dan Fahmi menyewa rumah itu selama 3 tahun. Aktivitas mereka tertutup, dan jarang berinteraksi dengan tetangga.

“Sebelumnya mereka masih terlihat ada di rumah. Ketika petugas menggerebek, ternyata rumah mereka sudah tertutup gembok. “Pagi masih nampak, siang mereka menghilang,” ucap kepling.

Wakil Ketua Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Belawan, Ganda Simbolon, membenarkan Abu Salman Alfarisi tercatat sebagai buruh di Pelabuhan Belawan. Mengenai kesehariannya, menurut cerita yang ia dengar, Salman rajin beribadah.

“Dulu si Salman itu tidak begitu taat ibadah. Tapi setahun ini rajin kali salat. Bahkan sejak itu dia (Salman) sering menyendiri kalau sedang istirahat kerja,” ungkap Ganda.

Di Binjai, Polisi Tangkap Wanita Muda

Sementara itu, petugas Datasemen Khusus 88 Anti Teror Polri menggerebek sebuah rumah kontrakan bercat hijau muda di Jalan Gumba, Lingkungan X, Kelurahan Cengkeh Turi, Binjai Utara.

Rumah itu baru dua bulan dikontrak oleh Svt, seorang wanita muda. Sementara rumahnya milik Anim (62). Dalam kesehariannya, Svt berpakaian serba tertutup.

Svt sudah menikah 3 kali. Dari suami pertama, Svt dikaruniai 3 orang anak. Pernikahan kedua, Svt menikah secara siri. Artinya menjadi istri kedua dari seorang pria yang belum diketahui identitasnya.

Terakhir, Svt menikah dengan seorang lajang yang terpaut usia sekitar 9 tahun. Suami ketiganya bekerja di Malaysia.

“Suaminya yang di Malaysia juga ditangkap. Cuma enggak tahu masalahnya apa kenapa ditangkap,” ujar warga setempat saat Sumut Pos melihat rumah yang digerebek, Kamis (14/11) petang.

Penggerebekan berjalan pagi. Pemilik rumah yang mendapat kabar penggeberekan, syok nyaris pingsan. Anim tidak menyangka Svt diduga terlibat jaringan teroris. “Ramai kali tadi dia dibawa orang. Ada juga yang bawa senjata panjang,” ujar Anim.

Dua buah hati Svt lainnya diasuh oleh orang tua yang bersangkutan atau nenek anak-anak Svt di daerah Stabat mengarah ke Secanggang. Belum diketahui persis, orang tua atau nenek pengasuh 2 anak Svt dari keluarga pria atau wanita.

Anim menambahkan, Svt dikenal sosok pendiam. Perilakunya sopan dan jarang keluar rumah. “Enggak banyak ngomong, sekedar saja. Dia pun jarang nampak wajahnya, pakai cadar,” kata Anim.

Bagi Anim, Svt berperawakan kecil dan berparas cantik serta bersuku Jawa. “Saya cuma sekali lihat wajahnya. Dia sama anaknya tinggal di sini. Paling ada datang abangnya kemari antar anaknya sekolah ngaji,” jelas dia.

Svt berencana akan pulang kampung ke Kisaran. Karenanya, Svt mengontrak rumah Anim tidak dalam hitungan setahun. “Kalau pulang suaminya, dia pulang kampung ke Kisaran,” ujar dia.

Kasubbag Humas Polres Binjai, Iptu Siswanto Ginting belum berhasil dikonfirmasi. Namun, Sumut Pos berhasil meminta tanggapan Camat Binjai Utara, Adri Rivanto. Adri mengamini, ada warganya yang tinggal di wilayah pemerintahannya telah dibawa polisi. Namun Adri tidak mendampingi jalannya penggerebekan

“Ya, ada dari Mabes Polri. Kepling diajak, kemudian melapor ke saya. Berapa yang diamankan, kurang tahu saya. Cuma tadi terduga terorisnya perempuan. Dia ngontrak,” tandasnya. (fac/ted)

61 Peternak di Medan Buang Bangkai Babi ke Sungai

BANGKAI: Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi mengangkat bangkai babi yang mati akibat diserang virus hog cholera, untuk dikubur. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
ANGKUT: Petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Dairi mengangkut bangkai babi untuk dikubur.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tim Reaksi Cepat (TRC) yang dibentuk Pemprov Sumatra Utara untuk mencegah dan menangani dampak virus hog kolera di Sumut, mulai menunjukkan kinerjanya. Dari hasil koordinasi dan verifikasi yang dilakukan, diketahui ada 61 peternak babi di Kota Medan yang terindikasi sengaja membuang bangkai babi ke sungain

Selain di Medan, TRC Pemprov Sumut juga melakukan hal yang sama di kabupaten/kota lainnya, khususnya di 11 kabupaten/kota yang positif terkena virus hog kolera. Hasilnya ditemukan peternak babi di Deliserdang 8 orang, dan di Langkat 4 orang yang juga diduga membuang bangkai babi di sembarang tempat.

“Untuk jumlah babinya ini variatif, seperti di Medan ada tersebar di beberapa kecamatan. Tapi dominan ada di Kecamatan Hevetia. Di Deliserdang itu di Kecamatan Hamparanperak, dan Langkat di Kecamatan Stabat. Di Medan untuk babi yang mati sebanyak 515 ekor, sementara Deliserdang dan Langkat masih kami verifikasi,” kata Kepala Biro Hukum Setdaprovsu, Andy Faisal menjawab Sumut Pos, Kamis (14/11).

Upaya yang dilakukan Pemprovsu ini, kata dia, berjalan paralel dengan pihak kepolisian. Sehingga penegakan hukum baik aspek lingkungan hidup maupun peraturan daerah, bisa berjalan maksimal. “Kami berharap pihak Polri juga bisa mengambil langkah terkait kewenangan yang ada pada mereka. Pada prinsipnya kami akan tetap berkoordinasi dengan Polri,” katanya.

Selain di ketiga daerah itu, pihaknya sedang lakukan verifikasi data peternak babi di Kabupaten Dairi dan Karo, dimana turut melibatkan Badan Intelijen Daerah guna membantu seputar informasi yang dibutuhkan. “Penanganan kasus kematian babi dan pembuangan limbah babi ini, mesti dilakukan secara integrasi baik antara instansi terkait provinsi maupun kabupaten/kota. Selain Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP), ada Dinas Lingkungan Hidup, Badan Kesbangpolinmas, termasuk Satpol PP Kota Medan dalam hal penegakan perda pelarangan ternak babi di wilayah Medan,” ujar mantan Kajari Belawan tersebut.

Lebih lanjut dikatakan Andy, kebutuhan melibatkan komunitas intelijen yang bernaung pada Badan Kesbangpolinmas Sumut, sebagai pengumpul informasi sekaitan dugaan pelaku pembuang limbah babi. Disamping itu, informasi sebelum kejadian penting diketahui agar ketahuan siapa pelaku yang sengaja membuang limbah tersebut.

“Jadi harus pengertian dengan sengajanya, supaya tidak terjadi bias lagi bahwa si pembuang limbah adalah pelakunya. Ini yang sudah kita lakukan. Dan kita juga punya PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) untuk menegakkan hukum lingkungan hidup, karena sudah ada pencemaran atas kejadian ini,” katanya.

Kemudian pihaknya berharap agar pihak kepolisian juga mengambil langkah lidik dan sidik atas kasus ini, sehingga hasilnya nanti dapat berjalan maksimal. “Sebab polisi punya kewenangan itu dan sekarang upaya inilah yang sedang kita upayakan,” pungkasnya. Diketahui, sebelum melakukan upaya inventarisir ihwal data peternak di Kota Medan, Deliserdang dan Langkat, Tim Reaksi Cepat (TRC) Penanganan Hog Cholera Babi di Sumut telah menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah instansi terkait lainnya. Baik dari provinsi sendiri maupun instansi terkait lain pada 11 kabupaten dan kota di Sumut, yang terpapar wabah tersebut. TRC sendiri dalam menyikapi hal ini, sebelumnya telah membentuk posko di kantor DKPP Sumut yang berguna sebagai wadah pengaduan warga sekaitan pembuangan limbah babi dan penyebaran hog cholera.

Bangkai Babi di Tepi Jalan Gedung Arca

Bangkai babi kembali ditemukan di Kota Medan. Kali ini bangkai babi ditemukan di tepi jalan, tepatnya di Jalan Gedung Arca, Medan Area, Kamis (14/11). Bangkai-bangkai babi itu dimasukkan dalam tiga buah goni plastik.

Temuan bangkai babi ini bermula dari kecurigaan warga melihat goni-goni di tepi Jalan Gedung Arca. Apalagi, tercium aroma tak sedap dari goni-goni tersebut. Setelah goni itu dibuka, ternyata berisi bangkai babi berukuran besar. Tiga goni berisi bangkai babi itu sudah terlihat di Jalan Gedung Arca sejak pagi pukul 08.30 WIB.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanla) Kota Medan, Ikhsar Risyad Marbun ketika dikonfirmasi Sumut Pos membenarkan temuan bangkai babi itu. Disebutnya, Distanla Medan telah menurunkan petugas guna mengamankan tiga karung yang berisi bangkai babi itu. “Bangkai-bangkai babi itu sudah kami amankan dan sudah dikubur. Petugas kita langsung turun ke sana, dibantu pihak kelurahan. Bangkai babinya ditanam di kawasan Sukaramai,” jelas Ikhsar.

Temuan bangkai babi ini, seakan membantah pernyataan Ikhsar sebelumnya. Di mana dia menyebutkan, Distanla Kota Medan telah melakukan sidak ke seluruh peternakan babi yang ada di Kota Medan. Hasilnya, tidak ditemukan satu ekor pun ternak babi milik warga yang terinfeksi virus hog cholera. Sehingga dia dapat menyimpulkan kalau ratusan bangkai babi yang mengapung di sejumlah sungai di Kota Medan berasal dari luar Kota Medan.

Ketika hal ini dipertanyakan kembali, Ikhsar tetap bersikukuh kalau hingga saat ini belum ditemukan adanya ternak babi warga Medan yang terkena virus hog cholera. “Bukan berarti dibuang di tengah Kota Medan, lantas itu pasti babi dari warga Medan. Sebelum pelaku tertangkap dan mengakui asal babi itu, kita tidak bisa pastikan dari mana bangkai babi itu. Kalau hasil kunjungan kami, belum ditemukan adanya babi di Medan yang terkena virus Hog Cholera,” tegasnya lagi.

Ikhsar mengatakan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Kepolisian agar segera dapat menangkap para pelaku pembuang bangkai babi tersebut. “Semoga saja cepat tertangkap, sekaligus menjadi efek jera bagi oknum-oknum lain yang berniat membuang bangkai babinya,” tandasnya.

Sementara Lurah Pasar Merah Timur, Kecamatan Medan Area, Sri Marhawati mengaku masih banyak warganya yang memelihara babi di rumahnya. “Ada di Jalan Pendidikan, masih di wilayah saya ada ternak babi, tapi nggak banyak. Kalau informasi dari Kepling di sana sekitar 60 ekorlah,” ungkap Sri, Kamis (14/11).

Selama ini, Sri mengaku, pihaknya sering mendatangi ternak babi itu. Namun setiap didatangi, warga selalu menyembunyikannya. “Kita sering datangi mereka. Tapi asal kita datangi, entah di mana disembunyikannya,” terangnya. (prn/map)

Dinas Peternakan Pastikan Asahan Aman dari Virus Hog Cholera

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Asahan memastikan di wilayah Kabupaten Asahan aman dari keberadaan virus Hog Cholera yang menyerang hewan ternak babikolera babi, seperti yang tengah mewabah di sejumlah kabupaten di Sumut.

“Kita sudah cek dan periksa ke beberapa daerah yang menernak babi. Jadi, sejauh ini aman dari virus Hog Cholera babi, ,”ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Asahan melalui Kabid Kesehatan Hewan, Bahtiar, Kamis (14/11).

Menurut Bahtiar, virus yang menyerang ternak babi tidak mewabah pada hewan ternak yang ada di Asahan.

“Sejauh ini pihak Dinas sudah cek ke pemilik ternak, ternak babi di Asahan aman dari virus kolera,”tegasnya.

Untuk itulah, Bahtiar berpesan kepada peternak dan masyarakat jangan mengkonsumsi atau mengambil ternak babi yang tidak jelas keberadaannya.

“Setiap harinya Ada 5 sampai 7 ekor babi dipotong dari rumah potong hewan. Artinya, hewan ini aman dikonsumsi oleh pengemar,” ujar Bakhtiar.

Nah, sambungya, amannya ternak babi di Asahan juga ditandai dengan stabilnya harga babi di pasar-pasar penjual babi. Tidak ada kasus virus kolera babi tersebut menular ke ternak lain ataupun kemanusia.

“Kondisi harga daging babi stabil berkisar Rp80.000/kg dan harganya tidak ada yang turun,” bilang Bakhtiar.

Begitupun, pihaknya tetap waspada dan melakukan pengawasan serta melakukan posko di sejumlah daerah yang memiliki ternak.

“Pembuatan Posko kni sudah diinstruksikan Gubsu, kami harus mengawasi ternak tersebut,”bilangnya.(omi/han)