26 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 4882

Dugaan Penyelewengan Dana BOS di SMAN 1 Tiganderket, Wagubsu Minta Disdik & Inspektorat Evaluasi Kasek

AUDIENSI: Wagubsu Musa Rajekshah menerima audiensi perwakilan guru, komite sekolah dan siswa SMAN 1 Tiganderket, di Ruang Rapat, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro, Medan, Kamis (3/10).
AUDIENSI: Wagubsu Musa Rajekshah menerima audiensi perwakilan guru, komite sekolah dan siswa SMAN 1 Tiganderket, di Ruang Rapat, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro, Medan, Kamis (3/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menanggapi laporan dari perwakilan guru, komite sekolah dan siswa SMAN 1 Tiganderket, Kabupaten Karo, tentang dugaan pengelolaan Dana BOS yang tidak transparan, Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Musa Rajekshah menginstruksikan Inspektorat dan Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumut agar segera melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi pihak terkait, mulai dari Unit Pelaksana Teknis (UPT), Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Sumut dan kepala sekolah SMA 1 Tiganderket.

“Saya minta Dinas Pendidikan dan Inspektorat Sumatera Utara mengevaluasi Kepala UPT, Kepala Sekolah, saya minta laporannya segera. Dari hasil yang saya dengar ini sama-sama kita duga ada sesuatu hal mengenai pengelolaan Dana BOS,” ujar Musa Rajekshah, Kamis (3/10).

Saat menerima audiensi, Wagub mendengarkan aduan perwakilan, bahwa diduga adanya tindakan penyelewengan dalam pengelolaan Dana BOS di lingkungan sekolah.

Puncaknya, 16 September 2019, para siswa melakukan unjuk rasa mempertanyakan transparansi pengelolaan Dana BOS.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Jeremiah Tarigan, siswa kelas XII yang turut hadir dalam audiensi tersebut. “ Kami ingin tahu ke mana saja dana BOS ini, sementara pembangunan minim. Yang kami rasakan di sekolah mulai dari kekurangan buku, ada kelas yang tidak ada listriknya, masih ada kelas yang dibagi dua dengan menggunakan sekat, jika hujan kami sulit belajar karena banyak genteng dan seng yang bocor,” beber Jeremi.

Perwakilan guru Suartini Br Bangun, menjelaskan, dugaan penyelewengan dalam pengelolaan Dana BOS ini sudah terjadi selama empat tahun terakhir. Para guru dan komite melihat tidak adanya transparansi dalam pengelolaan Dana BOS. Mereka juga tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan anggaran Dana BOS dan dalam laporan pertanggungjawaban Dana BOS.

Senada dengan Suartini, Ketua Komite Sekolah SMAN 1 Tiganderket Bahtra Pelawi mengatakan, pihaknya sudah membangun komunikasi dengan kepala sekolah terkait pengelolaan Dana BOS. Namun, komite sekolah hanya berhak terlibat dalam tahap proposal, tidak dalam pengelolaan.

James Siagian, Staf Dinas Pendidikan Sumut mengatakan akan segera melaksanakan instruksi Wagubsu untuk memeriksa aduan dugaan pengelolaan Dana BOS di SMAN 1 Tiganderket. “Pasti kita akan memeriksa kebenarannya dan kita konfirmasi juga kepada Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kabanjahe sebagai perwakilan Dinas Pendidikan Pemprov Sumut di daerah. Kita cross check semua laporan dari komite dari siswa. Dan berdasarkan laporan itu nanti kita akan rumuskan dan laporkan kepada Kepada Dinas,” ujar James. (prn/han)

DPRD Humbahas Baru Membentuk 5 Fraksi

HUMBAHAS, SUMUTPOS.CO – Pasca pelantikan DPRD Kabupaten Humbang Hasundutan periode 2019-2024, pada Senin (30/9) lalu, baru 5 fraksi terbentuk. Sementara, satu fraksi lainnya dari dua partai, yakni Partai Gerindra yang hanya 2 kursi dan Partai Demokrat 1 kursi, belum bergabung.

Itu disampaikan, Ketua DPRD Humbang Hasundutan sementara, Ramses Lumbangaol kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (3/10).

Dijelaskan Ramses, fraksi yang baru terbentuk itu adalah, 4 fraksi bukan gabungan, 1 fraksi gabungan. Antara lain, Partai PDI Perjuangan yang diketuai Fraksinya Kepler Torang Sianturi, Partai Golkar diketuai Bantu Tambunan, PaFraksi Hanura diketuai Labuhan Sihombing, Fraksi Nasdem diketuai Marsono Simamora.

Sementara, Fraksi Persatuan Solidaritas diketuai Guntur Simamora merupakan fraksi gabungan antara Partai Perindo dengan PSI.

“ Untuk satu fraksi gabungan lainnya yakni dari Partai Gerindra dan Demokrat belum tahu bergabung kemana. Apakah kedua partai ini bergabung atau bergabung dengan fraksi lainnya,” ujar Ramses.

Menurut Ramses sebagai ketua sementara, pembentukan fraksi ini sudah harus terbentuk sesuai jadwal pada, Jumat (4/10) untuk diparipurnakan. Sebab, lanjutnya, sebagai ketua sementara tugasnya masih memiliki tugas lainnya untuk membentuk sebuah alat kelengkapan dewan lainnya.

Ia menyebut, semisal tata tertib (tatib) DPRD, alat kelengkapan DPRD, hingga pembentukan unsur pimpinan defenitif.

Dia mengatakan, pimpinan defenitif merupakan usulan dari partai politik pemenang kursi di DPRD dan harus mendapat rekomendasi dari DPP masing-masing parpol.

Dia menyebut, sebanyak 3 partai politik yang menduduki kursi pimpinan DPRD, antara lain PDI Perjuangan dengan menduduki 7 kursi, Partai Golkar sebanyak 5 kursi dan Partai Hanura sebanyak 4 kursi.

“Dari partai politik itu, sudah dua partai politik yang sudah direkomendasi masing-masing DPP, seperi PDI Perjuangan, saya sendiri, Golkar Marolop Manik. Untuk Hanura belum ada keluar rekomendasi dari partai politiknya,” kata Ramses.

Menurut dia, setelah ada rekomendasi dari DPP masing-masing, selanjutnya akan diusulkan ke Gubernur melalui Bupati Humbang Hasundutan. “ Jika sudah dilantik dari 3 unsur pimpinan DPRD ini, maka kita bisa melakukan rencana kerja, pertama pembahasan RAPBD 2020 dan lainnya. Namun jika belum ada, seperti dari partai politik Hanura, rencana kerja untuk membahas RAPBD akan jadi hambatan,” tukasnya.

Yang cukup menarik, dari 5 fraksi ini yang sudah terbentuk, Partai Gerindra dan Partai Demokrat belum bergabung membentuk fraksi. Malahan, kedua partai politik ini, saling tarik menarik untuk menduduki sebagai ketua fraksi.

Sementara itu, Ketua Fraksi NasDem, Marsono Simamora, berharap setelah penetapan fraksi ini, dapat membentuk alat kelengkapan dewan lainnya hingga penetapan pimpinan dewan sehingga fungsi legislatif bisa segera dijalankan. (mag12/han)

MAXstream Rilis Serial Orisinal “Cerita Dokter Cinta” yang Dibintangi Deva Mahenra dan Prilly Latuconsina

MAXstream kembali merilis konten orisinal berjudul Cerita Dokter Cinta untuk memenuhi tingginya minat pelanggan konten bergenre komedi romantis. Serial ini menceritakan kisah percintaan yang muncul di antara para dokter residen di sebuah rumah sakit swasta. Cerita Dokter Cinta dapat dinikmati mulai hari ini, 3 Oktober 2019, hanya melalui aplikasi MAXstream dari Telkomsel.
  •  Cerita Dokter Cinta dirilis untuk memuaskan tingginya minat pelanggan terhadap konten bertema komedi romantis.
  • Serial Cerita Dokter Cinta  dapat disaksikan di MAXstream mulai 3 Oktober 2019.
  • Rachel Goh (Director of Marketing Telkomsel) dan Crispin P. Tristram (Head of Digital Lifestyle Telkomsel) terlibat langsung dalam produksi Cerita Dokter Cinta.
MAXstream kembali merilis konten orisinal berjudul Cerita Dokter Cinta untuk memenuhi tingginya minat pelanggan konten bergenre komedi romantis. Serial ini menceritakan kisah percintaan yang muncul di antara para dokter residen di sebuah rumah sakit swasta. Cerita Dokter Cinta dapat dinikmati mulai hari ini, 3 Oktober 2019, hanya melalui aplikasi MAXstream dari Telkomsel.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – MAXstream kembali merilis konten orisinal yang dikemas dalam bentuk serial bergenre komedi romantis dengan judul Cerita Dokter Cinta. Serial yang terdiri dari sepuluh episode tersebut sudah dapat dinikmati mulai hari ini, 3 Oktober 2019, hanya melalui aplikasi MAXstream dari Telkomsel.

Head of Digital Lifestyle Telkomsel Crispin P. Tristram mengungkapkan, “Serial ‘Cerita Dokter Cinta’ kami hadirkan untuk memuaskan tingginya minat pelanggan konten bergenre komedi romantis.  Genre ini sendiri kini menempati peringkat kedua sebagai konten yang paling banyak ditonton di MAXstream. Dalam mengembangkan MAXstream sebagai layanan portal video lengkap dan berkualitas, kami selalu menyesuaikan dengan kebutuhan dan minat pelanggan, sesuai dengan semangat transformasi Telkomsel sebagai digital telco company yang fokus menyajikan layanan yang customer-centric.”

Keseriusan Telkomsel dalam mengembangkan konten MAXstream Original yang berkualitas juga terlihat dari keterlibatan Direktur Marketing Telkomsel, Rachel Goh dan Head of Digital Lifestyle Telkomsel, Crispin P. Tristram dalam produksi Cerita Dokter Cinta. Keduanya masing-masing berperan sebagai Executive Producer dan Co-Executive Producer dalam serial tersebut.

Dalam produksi serial Cerita Dokter Cinta, Telkomsel dan MAXstream juga bekerja sama dengan CEO salah satu label musik Indonesia, Trinity Optima Production, Yonathan Nugroho yang bertindak sebagai Executive Produser. Cerita Dokter Cinta menjadi semakin lengkap dengan lagu Pesan Cinta dan Tanpa Bahasa dari Afgan.

Cerita Dokter Cinta menceritakan tentang sosok Ryan, dokter residen di sebuah rumah sakit swasta yang akan menjadi dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Karakter tersebut memiliki cerita cinta yang tragis di masa lalunya, namun tidak pernah diutarakan walau masih membekas di hati dan pikirannya.

Sementara itu, terdapat dokter residen lainnya bernama Lana yang menaruh perasaan pada Ryan, namun tak pernah berani menunjukkannya karena sikap Ryan yang tertutup. Konflik di dalam Cerita Dokter Cinta semakin menarik karena permasalahan percintaan tidak hanya merundung Ryan dan Lana, namun juga menimpa para koas yang bertugas untuk Ryan, yaitu Tiara, Jarwo, Acho, Annisa, dan Leon.

Cerita Dokter Cinta merupakan hasil karya Sutradara Yoichi Adityo Hutomo, Doni Mamahit, dan Ichwan Persada. Sedangkan para aktor dan aktris yang membintangi Cerita Dokter Cinta di antaranya adalah Deva Mahenra (Ryan), Prilly Latuconsina (Tiara), Kemal Palevi (Jarwo), Muhadkly Acho (Acho), Zee Zee Shahab (Annisa), dan Fero Walandouw (Leon). Lalu, serial komedi romantis tersebut turut memperkenalkan Indah Kusuma yang akan berperan sebagai Lana.

Kehadiran serial Dokter Cinta semakin memperkaya konten yang dimiliki oleh MAXstream Original. Sebelumnya, MAXstream Original telah menghadirkan serial dengan genre horor berjudul Nawangsih karya Melly Goeslaw. Selain itu, masih ada Brata dengan cerita penuh aksi di dalamnya, Critical Eleven yang mengangkat kisah drama, dan Pulang Pulang Ganteng yang bergenre komedi.

“Layanan berbasis video streaming semakin  menjadi favorit bagi pelanggan penikmat platform gaya hidup digital. Untuk itu, Telkomsel berkomitmen menghadirkan pengalaman lebih bagi pelanggan untuk layanan gaya hidup digital yang lengkap, mulai dari kemudahan akses dengan menghadirkan platform aplikasi seperti MAXstream, kolaborasi dengan para pegiat industri film dan musik melalui konten original berkualitas, hingga memastikan kenyamanan akses menikmati layanan video streaming selalu terjaga melalui keunggulan jaringan berteknologi terdepan 4G LTE Telkomsel yang hadir hingga penjuru negeri,” tutup Crispin.

Demo Pelajar Berujung Ricuh, Disdik dan Kasek Dinilai Lalai

DEMO Ratusan pelajar di Kota Medan saat melakukan unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sumut, Jumat (27/9) pekan lalu.
DEMO Ratusan pelajar di Kota Medan saat melakukan unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sumut, Jumat (27/9) pekan lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pihak sekolah dinilai lalai dalam mengawasi para siswanya, terkait unjuk rasa yang berujung rusuh pada Jumat (27/9), pekan lalu. Menurut Ketua Fraksi PDIP DPRD Medan, Robi Barus, harusnya pihak sekolah bisa mengontrol aktivitas para siswanya agar tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum seperti kejadian tersebut.

Politisi PDI Perjuangan ini sangat menyayangkan, aksi para pelajar yang melawan petugas dengan lemparan batu dan merusak sejumlah fasilitas publik, termasuk gedung DPRD Medan dan Sumut.

“Kabar para pelajar mau demo, kan sudah terdengar dari hari-hari sebelumnya. Harusnya sudah ada antisipasi serius dari Dinas Pendidikan dengan meningkatkan koordinasi dan memberikan instruksi kepada setiap Kasek, agar lebih mengontrol aktivitas siswanya. Inikan jelas kelalaian namanya” ucap Robi kepada Sumut Pos, Kamis (3/10).

Menurut Robi, apa yang terjadi tempo hari itu merupakan hal yang begitu fatal sehingga tidak boleh terulang kembali. “Itu nggak boleh lagi terjadi. Tapi saya juga tidak mau menyalahkan adik-adik kita itu, mereka itu generasi penerus bangsa, mereka masih sangat muda dan labil, terkadang mereka belum mengerti bahwa tindakan pengerusakan di saat berunjukrasa itu merupakan perbuatan melanggar hukum. Maka saya bilang, di situlah peran sekolah dan dinas pendidikan,” terangnya.

Untuk itu, kata Robi, ia berharap agar ke depannya dinas pendidikan mau berkoordinasi lebih intens kepada setiap kepala sekolah yang ada di Kota Medan untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan atas aksi-aksi tersebut.

“Sebaiknya ini jadi pelajaran bagi semuanya, khususnya bagi Pemko Medan agar lebih serius dalam menangani siswa di Kota Medan agar tidak turun ke jalan untuk melakukan aksi-aksi tersebut. Dunia mereka adalah dunia sekolah, dunia belajar, masa depan mereka masih sangat panjang,” jelasnya.

Begitu pun dengan para pengunjukrasa secara keseluruhan, baik mahasiswa, serikat buruh, dan elemen-elemen lainnya. Robi berharap ke depannya, siapapun itu yang melakukan unjukrasa agar tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan-tindakan anarkis yang jelas-jelas melanggar hukum.

“Lihat gedung DPRD Medan sekarang, berapa banyak kerugian kita saat ini? Ini dibangun pakai uang rakyat, mari kita jaga sama-sama. Dan ke depannya, agar melakukan aksi unjukrasa dengan tertib dan aman. Berunjukrasa itu boleh, bahkan dilindungi oleh undang-undang, tapi tetap harus pada koridor hukum yang berlaku. Dan untuk Pemko Medan dan OPD terkait, tolong beri perhatian lebih kepada anak-anak kita yang merupakan siswa sekolah,” tandasnya.

Sementara, Wakil Ketua sementara DPRD Medan Ihwan Ritonga juga tidak mau menyalahkan para pelajar saat berunjukrasa berujung rusuh di DPRD Sumut, Jumat pekan lalu. “Kalau dibilang tidak mengerti apa yang mereka lakukan, saya kurang setuju. Saat ini para pelajar juga sudah kritis terhadap kondisi negara sekarang, mereka juga ingin mengambil perannya dalam merubah nasib bangsa. Saya yakin, ini adalah hati mereka yang turut terpanggil,” kata Ihwan.

Namun, terkait pengerusakan tersebut, Ihwan memang cukup menyayangkannya. Pun begitu, Ihwan menyebutkan agar hal ini juga menjadi perhatian pemerintah pusat untuk mendengarkan tuntutan para pengunjuk rasa.

“Tapi kita juga tidak bisa salahkan mereka sepenuhnya, para pelajar begitu mungkin karena merasa aspirasinya tidak tertampung, maka pemerintah juga harus mau mendengar dan memperjuangkan aspirasi tersebut,” terangnya.

Terkait Pemko Medan, Ihwan mengimbau, agar semakin meningkatkan pengawasan terhadap para siswa. Apalagi di zaman era digitalisasi saat ini, dimana informasi sangat mudah di akses oleh setiap orang. Ihwan berharap agar setiap OPD terkait, khususnya Dinas Pendidikan, dapat lebih mengambil perannya dalam mengontrol para siswa.

“Saya gak mau menyalahkan siapa-siapa, saya fikir ini waktunya semua pihak untuk introspeksi diri. Begitu juga dengan Pemko Medan melalui Dinas Pendidikan, mereka harus punya andil besar dalam mengontrol hal ini,” tutupnya.

Di Jakarta, Provokator Pakai Seragam SMA

Terpisah, Jajaran Polda Metro Jaya menangkap 1.365 orang setelah unjuk rasa berujung rusuh di depan Gedung DPR, Senin (30/9). Dari jumlah itu, sebanyak 611 berstatus pelajar dan 126 mahasiswa.

“Di kegiatan unjuk rasa tanggal 30 September 2019, (kami) mengamankan 1.365 perusuh. Artinya dari jumlah itu, dengan jajarannya, ya, kemudian kami pilah-pilah,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono ditemui awak media di kantornya, Kamis (3/10).

Dari penangkapan itu, polisi menetapkan 380 di antaranya sebagai tersangka kasus keterlibatan dalam kerusuhan dan terjerat undang-undang darurat. Dari 380 tersangka, Polda Metro Jaya menahan 179 di antaranya.

“Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan, artinya dari polres, semuanya yang melaksanakan penangkapan dan penyidikan akan segera diselesaikan sebagai penyidik di sana itu,” ungkap dia.

Argo menyebut, tersangka yang diamankan bukan hanya warga Jakarta. Terdapat tersangka yang berasal dari Depok, Bekasi, Bogor, Jawa Tengah, hingga Pulau Sumatra. “Ada beberapa pelaku yang ada datang ke Jakarta yang kami amankan dan sudah kami tahan juga. Itu ada massa yang berasal dari Depok, Bekasi, Jawa Tengah, Sumatera, Bogor ada semuanya,” ungkap Argo.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Bastoni Purnama mengatakan, 197 demonstran yang diamankan pihaknya pada 30 September, lalu sebagian besar terdiri dari pelajar menengah atas. Namun sebagian dari mereka ada yang berstatus bukan pelajar dan alumni. Mereka yang diduga provokator kericuhan menggunakan seragam sekolah dan menyamar sebagai pelajar.

“Ya ada yang pakai baju SMA, ada yang sudah lulus SMA tapi pakai baju SMA,” ujar Bastoni saat dihubungi di Jakarta, Kamis (3/10).

Ia mengatakan, 60 persen massa pelajar yang diamankan pihaknya mendapat bayaran untuk demo di depan Gedung DPR RI. Hal tersebut berdasarkan pemeriksaan polisi saat mengamankan 197 massa aksi demo pada tanggal (30/9).

“Hampir sebagian besar, hampir 60 persen (mendapatkan bayaran),” ujar Bastoni.

Bastoni menyebut mayoritas pelajar menengah atas itu mendapat bayaran sekitar Rp 35.000 sampai Rp 50.000.

Dari hasil pemeriksaan, mereka mengaku hanya ikut-ikutan karena diajak seorang koordinator. Ketika ditanya mengenai identitas koordinator massa tersebut, Bastoni enggan menjelaskan. Namun 197 orang itu tidak ditahan untuk waktu yang lama. Mereka dipulangkan keesokan harinya dan hanya diberi pembinaan oleh polisi. Dari hasil tangkapan tersebut, pihaknya berhasil mengamankan satu senjata tajam berupa celurit.

Dia berharap tindakan polisi ini bisa membuat para pelajar jera dan berpikir dua kali untuk mengikuti aksi demonstrasi jika hanya ingin membuat kericuhan. “Kita sudah komunikasikan dengan pihak sekolah. Kita harap para pelajar belajar saja di sekolah. Jangan sampai buat keributan yang mengganggu ketertiban umum,” ucap dia. (map/m10/jpnn)

Sebarkan Ujaran Kebencian di Medsos, Dosen Himma Lubis Dihukum Setahun Bui

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) Medan menghukum dosen USU, Himma Dewiyana Lubis dengan pidana 1 tahun penjara dalam perkara banding di tingkat PT Medan. Selain itu, terdakwa kasus UU ITE ini juga didenda Rp10 juta subsider 3 bulan.

PT Medan mengubah putusan Pengadilan Negeri (PN) Medan yang sebelumnya menghukum Himma 1 tahun penjara dengan 2 tahun masa percobaan. Dikutip dari website Pengadilan Tinggi Medan, putusan itu dibacakan oleh tim majelis hakim yang diketuai Agustinus Silalahi pada tanggal 5 September 2019 lalu.

Majelis hakim menyatakan, dosen Fakultas Ilmu Budaya itu telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).

Kepala Seksi (Kasi) Penerangan Hukum (Penkum) Kejati Sumut, Sumanggar Siagian, mengaku sudah mengetahui putusan Pengadilan Tinggi Medan terhadap Himma tersebut. Namun menurut Sumanggar, Kejaksaan belum bisa mengeksekusi terdakwa. “Jaksanya itu sudah menerima bandingnya. Tapi mereka belum tau, terdakwanya menerima atau melakukan upaya hukum lainnya. Jadi kita lihat sikap terdakwanya,” sebut Sumanggar, Kamis (3/10).

Himma Dewiyana Lubis, didakwa menuliskan ujaran kebencian berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) melalui media sosial facebook, pascateror bom di Surabaya tahun 2018. Himma menuliskan kalimat “Skenario pengalihan yang sempurna #2019GantiPresiden# dan #Ini dia pemicunya Sodara, Kitab Al-Quran dibuang # dalam akun facebook miliknya pada 12 Mei 2018.

“Bahwa pada 12-13 Mei 2018 di Jalan Melinjo 2 Kompleks Johor Permai, Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, terdakwa dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Di tingkat Pengadilan Negeri Medan yang diketuai hakim Riana Pohan, Himma divonis 1 tahun penjara dengan 2 tahun masa percobaan. Selain itu, Himma juga wajib membayar denda Rp10 juta subsider 3 bulan kurungan. (man)

Membaik, 6 Pasien Suspect Difteri Dipulangkan, 5 Masih Dirawat

Rosario Dorothy Simanjuntak.
Rosario Dorothy Simanjuntak.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik masih merawat lima pasien suspect difteri. Dari kelima pasien tersebut, dua di antaranya mahasiswi Fakultas Kedokteran (FK) USU yakni LW dan Un

Tiga pasien lain adalah masyarakat umum. Ketiganya masih balita, berinisial DE (3), RR (5) dan RH (3).

“Kondisi kesehatan kelima pasien tersebut terus membaik. Bahkan, dua pasien yang merupakan mahasiswi LW dan U, rencananya akan dipulangkan hari ini (kemarin, red). Tinggal menunggu proses administrasinya saja,” ungkap Kasubbag Humas RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak, Kamis (3/10).

Tiga pasien suspect difteri yang masih balita dan dirawat berasal dari Medan dan Nias. Pasien asal Medan yaitu DE (3) dan RR (5), sedangkan RH (3) rujukan dari Nias. “Secara keseluruhan hingga September tahun ini, ada 12 pasien suspect difteri yang kita tangani. Satu di antaranya adalah Nurul Arifah Ahmad Ali (20) yang telah meninggal dunia. Lima 5 masih dirawat dan 6 telah dipulangkan,” bebernya.

Adapun enam pasien yang diduga terserang bakteri Corynebacterium ini adalah SN (5), IP (4), RP (5), VN (5), NS (31) asal Medan dan NM (10) dari Sibolangit, Deliserdang. “Keenam pasien yang dipulangkan ini kondisinya sudah membaik, sehingga dokter merekomendasikan untuk kepulangannya. Dua pasien dipulangkan pada Senin (30/9) dan empat pasien lainnya pada Rabu (2/10),” sambung Rosa.

Disinggung mengenai hasil pemeriksaan swab para pasien yang diduga menderita difteri itu melalui laboratorium di Litbangkes, Rosa menyatakan belum diketahui secara definitif. Meski begitu, penanganan secara klinis tetap dilakukan untuk pengobatan difteri terhadap mereka. “Tanda-tanda difterinya memang ada. Umumnya seperti demam dan sakit saat menelan. Makanya, penanganan dilakukan seperti penderita difteri karena prosedurnya seperti itu,” tandas Rosa.

Sebelumnya, dr Restuti Hidayani Saragih SpPD selaku Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) suspect difteri di RSUP Haji Adam Malik mengungkapkan, gejala penyakit ini berupa demam, sakit tenggorokan, terbentuknya lapisan di amandel dan tenggorokan.

“Gejala yang paling utama adalah demam. Lalu, disusul keluhan nyeri menelan. Bahkan, ada keluhan pada leher yang terjadi pembengkakan di mana ditemui tanda khas di rongga mulut langit-langit sampai pangkal kerongkongan. Tanda itu bisa dilihat ada membran putih keabuan yang susah dilepas dan bila ditarik mudah berdarah,” ungkapnya.

Menular Lewat Percikan Ludah

Ia menyebutkan, penularan infeksi bakteri difteri ini melalui beberapa cara yakni droplet atau percikan ludah. Bila seseorang bersin dan tidak memakai masker atau batuk juga tidak menutup dengan tisu, maka akan mengenai orang di depannya. Kalau seandainya yang bersin tadi penderita difteri, maka orang di depannya tadi kemungkinan terkena.

“Makanya, diperlukan masker bila kita berkontak dengan pasien difteri atau suspect difteri. Menggunakan masker bedah atau masker biasa untuk melindungi dari percikan ludah,” sebutnya.

Dia menuturkan, penularan juga bisa terjadi pada orang yang berinteraksi atau kontak erat dengan pasien suspect difteri. Dalam hal ini, masa penularan 10 hari ke belakang sejak sebelum penderita atau suspect menderita nyeri menelan.

“Contohnya yang satu atap satu rumah, misalnya dalam keluarga. Bisa juga tinggal di asrama, satu kelas di kampus atau sekolah, teman sepermainan serta dokter yang merawat penderita atau tenaga medisnya. Kontak erat ini bila terjadi gelaja-gejalanya, maka harus segera dilakukan pencegahan dengan obat antibiotik selama 7 hari dan diberi vaksinasi. Selain itu, di-swab (diambil sampel) tenggorokannya dan diperiksakan untuk melihat lebih jauh,” jelas dr Restuti.

Tak hanya itu saja, sambung dia, penularan juga dapat terjadi pada kulit yang terbuka atau luka. Namun, untuk kasus ini jarang ditemui karena lebih banyak penularannya melalui saluran pernapasan. “Meski begitu, untuk mengetahui apakah seseorang itu memang benar-benar terinfeksi bakteri difteri perlu penegakan diagnosis di bidang medis dengan tahapan klinis yakni dilihat, diwawancara, dan tanya keluhannya serta pemeriksaan fisik,” paparnya.

Lebih jauh ia mengatakan, siapapun di usia berapapun dapat terkena difteri. Namun difteri cenderung dan sangat mudah menyebar pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak diimunisasi. Seseorang lebih mungkin terjangkit infeksi ini jika tidak mendapatkan atau tidak melengkapi imunisasi difteri sewaktu kecil dulu.

Oleh sebab itu, tambah dia, begitu didapat tanda-tanda yang sangat tinggi kecurigaan difteri maka disarankan berobat ke rumah sakit. Sebab, difteri dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.

“Baik anak-anak maupun orang dewasa harus sama-sama memastikan apakah mereka sudah menerima vaksin difteri atau belum. Jika belum, maka harus diimunisasi lagi untuk mencegah terkena penyakit ini. Dalam kasus yang parah, wabah difteri dapat mengakibatkan kematian akibat gagal pernapasan karena sumbatan tebal di saluran napas,” imbuhnya. (ris)

Kuburan Korban Tragedi 1965 Ditemukan di 346 Lokasi, Disumut 17 Kuburan Massal

PERTEMUAN: Ketua YPKP 65, Bedjo Untung melaporkan sejumlah temuan terkait tragedi 1965-1966 kepada Komnas HAM, Kamis (3/10).
PERTEMUAN: Ketua YPKP 65, Bedjo Untung melaporkan sejumlah temuan terkait tragedi 1965-1966 kepada Komnas HAM, Kamis (3/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP 65) melaporkan temuan 346 kuburan massal tragedi 1965 ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Ketua YPKP 65, Bedjo Untung, mengatakan kuburan massal itu tersebar di 16 provinsi, termasuk di Sumatera Utara. Ada yang berada tengah daratan, di hutan, ada yang di sekitar pantai atau daerah pesisir.

“SECARA khusus, pada hari ini Kamis 3 Oktober 2019, bertepatan dengan Aksi Kamisan yang ke-604, YPKP 65 melaporkan temuan 346 titik lokasi kuburan massal para korban kejahatan Genosida 65 yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Dari Sumut, Sumbar, Palembang, Lampung, Jawa, Sukabumi, Tangerang, kemudian Bandung ada juga,” ujar Ketua YPKP 65, Bedjo Untung, saat ditemui di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Kamis (3/10).

Bejo menjelaskan, sejak tahun 2000-an, YPKP 1965 telah melakukan serangkaian investigasi guna mengungkap dan mendokumentasikan lokasi eksekusi tahanan politik pada tahun 1965.

Bedjo mengatakan temuan 346 lokasi kuburan massal hingga 10 Oktober 2019 ini masih mungkin bertambah lagi. Kuburan massal itu tersebar di Provinsi Jawa Tengah (119 lokasi), DI Yogyakarta (9), Jawa Timur (116), Jawa Barat (7), Banten (1), Aceh (7), Sumatera Utara (17), Sumatera Barat (22), Riau dan Kepulauan Riau (6), Sumatera Selatan (2), Lampung (8), Ball (11), Kalimantan Timur (1), Kalimantan Tengah (1), Sulawesi (9), Nusa Tenggara Timur (10).

Jumlah temuan hingga Oktober 2019 itu termasuk temuan sebelumnya pada 2015 sebanyak 112 kuburan massal, yang juga telah dilaporkan ke Komnas HAM, tetapi Bedjo Untung menyebut hingga kini belum ditindaklanjuti Komnas HAM.

Adapun data ke-122 titik kuburan massal di berbagai daerah itu ditemukan 13.999 korban yang terkubur. Rinciannya, 50 lokasi di Jawa Tengah dengan jumlah 5.543 korban; dua lokasi di Yogyakarta dengan jumlah korban 757 orang; 28 lokasi di Jawa Timur dengan 2.846 orang korban; tiga lokasi di Jawa Barat dengan jumlah korban 115 orang; satu lokasi di Banten dengan jumlah korban 200 orang.

Selain itu, ada 7 lokasi di Sumatera Utara dengan jumlah korban 5.759 orang; 21 lokasi di Sumatera Barat dengan jumlah korban 1.988 orang; dua lokasi di Sumatera Selatan dengan jumlah 2.150 orang. Kepulauan Riau 5 lokasi dengan jumlah 173 orang.

Tak ketinggalan pula dengan Pulau Bali, di mana YPKP 65 mengaku menemukan satu lokasi kuburan massal dengan jumlah korban 11 orang; di Kalimantan Timur dan Sulawesi masing-masing ditemukan satu lokasi dengan jumlah korban yang belum terinci.

Bejo menuturkan, di daerah Sumatera Utara terdapat sebuah sungai yang bernama Sungai Ular, yang pernah dijadikan lokasi pembantaian tahanan politik ataupun warga yang dituduh anggota PKI.

“Temuan kuburan massal para korban kejahatan Genosida 1965-66 ini sangat penting, bukan saja sebagai jejak kejahatan terhadap kemanusiaan yang pemah terjadi, tetapi juga dapat dijadikan bukti hukum bahwa pembantaian (massacres) massal besar-besaran,” lanjutnya.

YPKP 65 memperoleh informasi lokasi ratusan kuburan massal tersebut dari saksi mata peristiwa pembantaian 1965 yang masih hidup.

Untuk itu, pihaknya meminta Komnas HAM menindaklanjuti laporan tersebut serta melakukan investigasi khusus kuburan massal. “Ini baru dari yayasan yang melaporkan, Komnas HAM harus punya data sendiri untuk melakukan asessment dan verifikasi. Kami siap bekerja sama untuk menunjukkan lokasi,” sambung Bedjo.

YPKP 65 juga meminta Komnas HAM merawat dan menjaga kuburan massal tragedi 1965. Hal itu dilakukan agar tidak ada perusakan maupun penghilangan bukti hukum terkait tragedi pelanggaran HAM tersebut.

“Kami minta Komnas HAM merawat dan menjaga supaya kuburan massal tidak dirusak maupun dihilangkan karena sekarang ada indikasi banyak lokasi yang dijadikan mal, pariwisata, dan sebagainya,” ujar Bedjo Untung.

Bedjo menyebutkan, sejauh pantauannya, ada sejumlah lokasi kuburan massal korban tragedi 65 yang kini dialihfungsikan menjadi tempat pariwisata, seperti di Purwodadi, Malang, dan Pemalang. “Lokasi-lokasi di situ beberapa mau dibongkar untuk dijadikan pariwisata. Saya minta bisa dirawat,” paparnya kemudian.

Bedjo menuturkan, dari laporan masyarakat setempat yang berkomunikasi dengan YPKP 65, masih ada sejumlah kuburan massal yang terawat karena dilindungi oleh masyarakat.

Lebih jauh, ia menambahkan, beberapa korban tragedi 65 juga meminta agar kuburan massal dipindahkan karena kini di sejumlah lokasi kuburan sudah menjadi hutan. “Karena mereka merasa sedih kuburannya di hutan, banyak keluarga menghendaki kuburan massal bisa dipindahkan. Jadi Komnas HAM diharapkan bisa memfasilitasinya,” katanya.

Saat menyerahkan temuan itu, YPKP 65 tidak ditemui komisioner Komnas HAM, melainkan Kepala Bagian Dukungan Pelayanan Pengaduan Komnas HAM Imelda Saragih.

“Meski tidak ada komisioner tolong pesan saya dicatat dan disampaikan sesuai surat yang saya ajukan Senin lalu,” kata Bedjo.

Datangi Kejagung

Selain ke Komnas HAM, YPKP 65 juga menyambangi Kejaksaan Agung untuk beraudiensi terkait temuan kuburan masal tragedi 65. Dalam kesempatan itu, YPKP 65 diterima oleh Kepala Sub Direkorat Hubungan Lembaga Pemerintah Andi Rio Rahmat. Ketua YPKP 65 Bedjo Untung menyatakan, kedatangannya ke Kejagung untuk melampirkan temuan data terkini kuburan massal korban tragedi 65.

“Kami ke Kejagung untuk memberikan laporan data terkini lokasi kuburan massal korban tragedi 65. Selanjutnya, kami minta ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung, kami juga pertanyakan mengapa kasus pelanggaran HAM berat 65 ini tidak ada kelanjutannya,” ujar Bedjo di Kejagung, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Dari data-data tersebut, tuturnya, semestinya Kejagung tidak bisa mengelak dengan beralasan kurang alat bukti. “Meskinya Jaksa Agung tidak bisa mengelak bahwa kurang alat bukti segala macam. Kuburan massal bukan hanya satu dua, melainkan 346 dan itu masih bertambah lagi,” ungkapnya.

“Saya bisa katakan 99 persen data ini benar. Sekali lagi kami mendesak Jaksa Agung untuk menindaklanjuti, karena kami butuh kepastian hukum sehingga kami korban ’65 tidak bisa menerima kompensasi. Jaksa Agung segera bentuk pengadilan ad hoc,” tutur Bedjo.

Dia melanjutkan, temuan yang ia serahkan ke Kejagung akan diserahkan ke Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) dan diproses dalam satu minggu. Diketahui, Kejagung sempat beberapa kali mengembalikan berkas hasil penyelidikan Komnas HAM terkait penuntasan kasus pelanggaran HAM berat, salah satunya Tragedi 1965.

Pada 2012 misalnya, Kejagung mengembalikan berkas kasus 65 ke Komnas HAM karena masih belum lengkap. Selain itu, Kejagung juga menilai kesulitan menyelidiki peristiwa yang sudah terjadi puluhan tahun silam itu.

Kemudian pada 2018, Komnas HAM menerima pengembalian sembilan berkas perkara pelanggaran HAM berat masa lalu dari Kejaksaan Agung pada 27 November 2018 lalu, salah satunya tragedi 65. Kejaksaan juga memberikan petunjuk kepada Komnas HAM untuk melengkapi berkas tersebut. (kps/jpnn/ant)

Galang Dana untuk Warga Sumut di Wamena, Sehari Gubsu Kumpul Rp2,1 Miliar

GALANG DANA: Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memberi keterangan kepada wartawan disampingi Kepala BPBD Provinsi Sumut Riadil Akhir Lubis terkait aksi penggalangan dana untuk pengungsi korban kerusuhan di Wamena, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumut, Kamis (3/10).
GALANG DANA: Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memberi keterangan kepada wartawan disampingi Kepala BPBD Provinsi Sumut Riadil Akhir Lubis terkait aksi penggalangan dana untuk pengungsi korban kerusuhan di Wamena, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumut, Kamis (3/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sebagai rasa solidaritas dan empati terhadap nasib warga Sumut yang menjadi korban kerusuhan di Wamena, Papua, Pemprov Sumut menggelar aksi “Sumut Peduli Wamena” di Aula Raja Inal Siregar, Lantai 2, Kantor Gubernur Sumut, Kamis (3/10). Aksi yang diprakarsai Gubsu Edy Rahmayadi ini berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp2,1 miliarn

Donasi Rp2,1 miliar itu berasal dari para donatur yang hadir dalam aksi penggalangan dana tersebut. Di antaranya, Bupati Labuhanbatu Utara Kharuddinsyah Sitorus, Bupati Mandiling Natal Dahlan Hasan Nasution, Ketua Yayasan RS Sembiring Johannes Sembiring, Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis, Kepala Dinas PUPR Effendi Pohan, Ketua BM3 Sumut Syahruddin Ali, beberapa mantan Sekda Sumut, pengusaha, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

“Alhamdulillah, hari ini terkumpul Rp2,1 miliar (tepatnya Rp2.101.132.000) dan masih ada tiga hari lagi, sebelum tim kita berangkat ke sana. Jadi, bila masih ada yang mau menyumbang lagi silahkan hubungi kami,” kata Gubernur.

Dana sumbangan tersebut, nantinya akan dibawa ke Papua oleh Tim Peduli Papua yang dibentuk Pemprov Sumut. Selanjutnya dimanfaatkan untuk membantu warga Sumut korban kerusuhan di Wamena, Papua. Bantuan yang berikan disesuaikan dengan kabutuhan masyarakat yang ada di sana. “Dana ini akan kita berikan kepada pengungsi sesuai kebutuhan mereka, misalnya makanan, kain, obat-obatan, susu, atau mungkin memperbaiki rumah mereka, yang pasti harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat asal Sumut yang ada di sana,” kata Edy Rahmayadi.

Dana ini diperkirakan akan terus bertambah hingga tiga hari ke depan, sebelum keberangkatan Tim Peduli Wamena ke Papua. “Saya berteri makasih kepada masyarakat, organisasi, perusahaan yang menyumbang. Harapan saya tentu ini akan terus bertambah,” tambah Edy.

Sampai saat ini, yang terdata ada 80 masyarakat asal Sumut yang mengungsi di Rindam XVII/Cen, Sentani. Namun, untuk data keseluruhan belum bisa dipastikan karena banyak masyarakat asal Sumut yang mengungsi ke tempat lain. Update jumlah pengungsi ini langsung diterima Edy Rahmayadi saat menghubungi petugas yang dikirim ke Wamena.

“Setelah saya telepon petugas di Wamena, sekarang total ada 80 orang yang mengungsi di Rindam, tetapi tentu masih banyak lagi yang mungkin mengungsi di tempat-tempat lainnya, seperti rumah kerabat atau saudara mereka. Ini akan dipastikan oleh tim kita yang berangkat ke sana,” kata Edy.

Melalui keterangan petugas yang dihubungi Edy Rahmayadi, juga diketahui bahwa kondisi Wamena saat ini sudah kondusif. Masyarakat mulai kembali beraktivitas seperti biasa. Ini juga sesuai dengan keterangan warga asal Sumut yang tiba di Medan, Senin (30/9), Septian Tambunan.

“Situasi di Wamena saat saya terbang ke sini sudah kondusif, tidak adalah kericuhan, namun saya tetap memutuskan pulang ke Sumut. Dari informasi yang saya dapat dari teman-teman di sana pemerintahan akan berjalan kembali di hari Senin,” ujar Septian.

Disampaikan juga, warga Sumut juga tidak ada yang menjadi korban jiwa pada konflik di Wamena, walau jumlah warga asal Sumut di daerah ini cukup banyak. “Sepengetahuan saya tidak ada warga Sumut yang menjadi korban konflik di Wamena, mungkin ada yang luka-luka, tetapi tidak ada korban jiwa,” tegasnya.

Sementara, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Sumut, Irham Buana Nasution menyarankan agar Gubsu Edy Rahmayadi segera turun langsung menenangkan warga Sumut yang ada di Wamena. Menurut Irham, bencana kemanusiaan di Wamena memerlukan dialog-dialog antara Pemda dan tokoh masyarakat setempat dengan Pemda yang warganya banyak bermukim di Wamena.

“Untuk konteks Sumatera Utara, saya pikir Pemda yakni gubernur dan DPRD harus segera turun langsung ke sana. Tidak bisa terpisah, karena Pemda itu kepala daerah dan DPRD. Berdialog dan urun rembug. Bencana kemanusiaan ini memang memerlukan urun rembug itu sebab warga sangat perlu untuk ditenangkan,” kata Irham.

Mantan Direktur LBH Medan itu menduga ada pemantik atau pemicu yang mengakibatkan bencana kemanusiaan terjadi di Wamena. “Tentu ada pemicu karena kita tahu selama ini Wamena kondusif, hubungan antara warga lokal dengan dari luar Wamena terjalin harmonis. Apa pemicunya harus diidentifikasi dengan urun rembug yang menjunjung kearifan lokal di sana. Kalau kita biarkan pemicu ini tentu bisa saja berdampak pada keberlangsungan kondusivitas nasional,” kata Irham.

“Jadi bukan hanya semata hanya kita mendata warga,” sambung Irham.

Mengenai evakuasi, Irham menyarankan perlu dilakukan segera dengan sejumlah catatan.

“Misalnya dievakuasi ke tempat yang kondusif terlebih dulu tanpa harus memulangkan ke Sumut. Karena bila kita pulangkan ke Sumut tentu akan berdampak pada perekonomian warga kita yang sudah berpuluh tahun hidup bersama warga lokal di Wamena,” kata Irham.

Terkait tim yang sudah dibentuk Gubsu terkait Wamena, Irham menyarankan agar melibatkan lembaga kemanusiaan independen lain.

“Memang kita tahu dalam tim ada juga lembaga yang dinilai tanggap terhadap kemanusiaan. Tapi saya pikir perlu dilibatkan tim lain seperti KontraS Sumut atau media massa yang update melaporkan kondisi real di sana tanpa masyarakat harus termakan info sesat atau hoax yang mesti dihindari,” kata Irham.(prn)

KPU Binjai Terima Dana Hibah Rp16,3 Miliar

teddy akbari/sumut pos BERSAMA: Wali Kota Binjai HM Idaham diabadikan bersama Komisioner KPU, saat menyerahkan naskah dana hibah untuk anggaran Pilkada 2020 mendatang, Selasa (1/10).
BERSAMA: Wali Kota Binjai HM Idaham diabadikan bersama Komisioner KPU, saat menyerahkan naskah dana hibah untuk anggaran Pilkada 2020 mendatang, Selasa (1/10).
Teddy akbari/sumut pos

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Binjai menyatakan, siap menghelat Pilkada serentak pada 2020 mendatang. Terlebih, dana hibah yang dikucurkan Pemko Binjai mengalami penambahan sebesar Rp2,3 miliar dibanding perhelatan Pilkada sebelumnya.

Penambahan dana Pilkada ini, diketahui saat KPU Kota Binjai menerima naskah langsung dari Wali Kota Binjai HM Idaham secara simbolis di Rumah Dinas Wali Kota Binjai, Selasa (1/10) lalu. Selain itu, Idaham juga memberikan naskah dana hibah Pilkada kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Binjai, yang berjumlah Rp6,5 miliar.

Menurut Ketua KPU Kota Binjai Zulfan Effendi, pihaknya mengusulkan anggaran Pilkada 2020 sebesar Rp17 miliar.

“Setelah menjalani proses, akhirnya disetujui sebesar Rp16,3 miliar. Sehingga ada penambahan Rp2,3 miliar dari Pilkada sebelumnya,” ungkap Zulfan, Kamis (3/10).

Zulfan juga mengatakan, saat ini sudah dimulai tahapan penyusunan peraturan pelaksanaan Pilkada. Selanjutnya diteruskan dengan tahapan rekrutmen PPK dan PPS pada Januari 2020 mendatang. “Tahap awal ini, kami melakukan pemutakhiran data pemilih, dan sosialisasi tentang pelaksanaan Pilkada,” bebernya.

Terkait tahap pendaftaran bakal calon wali kota, dia mengatakan, bakal dilakukan pada Juni 2020. Zulfan menambahkan, dana hibah ini cair dalam 3 tahap. “Termin pertama pada awal 2020. Mohon doanya, agar pelaksanaan Pilkada Binjai 2020 berjalan aman, lancar, dan sukses, serta dilindungi Allah Subhanahu wa Taala,” pungkasnya. (ted/saz)

NasDem dan PKS Bisa Usung Bobby Nasution

Bobby Nasution
Bobby Nasution

MEDAN, SUMUTPOS.CO – DPW Partai NasDem dan DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumut, menggelar silaturahim, Kamis (3/10). Dari pertemuan ini, pun muncul berbagai kemungkinan terkait Pilkada serentak 2020 mendatang di 23 kabupaten kota di Sumut. Dan kedua partai ini, sepakat melakukan kerja sama.

“Potensi yang cukup besar berkoalisi (di Pilkada) bagi Nasdem adalah dengan PKS,” ungkap Ketua NasDem Sumut, Iskandar.

Dari 23 kabupaten kota, lanjut Iskandar, NasDem hanya bisa mengusung calon kepala daerah di 2 wilayah, tanpa harus berkoalisi, yakni Kota Sibolga dan Kabupaten Samosir. Sedangkan PKS, harus berkoalisi di semua daerah.

Sebagai partai berlandaskan nasional religius, Iskandar mengatakan, NasDem punya kesamaan visi dan misi dengan PKS, yang merupakan partai berlandas Islam. Karena itu, sangat memungkinkan mengusung pasangan calon yang sama yang bisa membawa kebaikan untuk daerah. “Kalau bisa sama, kenapa tidak?” cetusnya.

Sementara Ketua PKS Sumut, Haryanto menyebutkan, berbagai opsi tentang niat mencalonkan pasangan bersama dengan NasDem di Pilkada, masih sangat terbuka. Masih terlalu awal untuk memutuskan. Harus dilakukan penjajakan lebih intensif pasca silaturahim.

Ditanya soal kemungkinan PKS mendukung Bobby Nasution sebagai calon Wali Kota Medan, sebagaimana disebutkan NasDem bakal mencalonkan menantu Presiden Jokowi itu, Hariyanto membenarkan. “Pastinya masih sangat memungkinkan,” pungkasnya. (mbd/saz)