28 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 4919

Dugaan Pengemplangan Pajak Parkir BSM, Kajari Benarkan Selisih Setoran Rp1 M Lebih

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Penyidik Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Binjai terus mengebut pemeriksaan sejumlah saksi dalam perkara dugaan pengemplangan pajak parkir Binjai Supermall. Santer kabarnya, hasil kloning data yang dilakukan Tim BPKP Pusat menyebutkan adanya selisih setoran pajak ke Pemerintah Kota Binjai sekitar Rp1 miliar lebih.

Kajari Binjai, Victor Antonius Saragih Sidabutar membenarkan hasil kloning yang dilakukan Tim BPKP Pusat sudah menuai hasil.

“Ya ada. Benar (selisih Rp1 M lebih),” kata dia, Rabu (18/9).

Menurut dia, penyidik juga sudah mengambil keterangan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Binjai, Affan Siregar usai hasil kloning diperoleh.

“Sudah. Sesudah kita dapat hasil kloning, sudah kita panggil kembali (Affan Siregar). Sudah ada BAP-nya,” sambung mantan Kajari Kualatungkal ini.

Namun hingga kini, kata dia, penyidik masih menunggu hasil audit yang dilakukan BPKP Sumut.

“Ya masih menunggu BPKP Sumut. Kita dalami lagi saksi-saksi lain,” tandasnya.

Sebelumnya, menanggapi soal selisih ataupun dugaan kebocoran pajak parkir yang ditengarai sebagai penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah Kota Binjai, Kepala BPKAD, Affan Siregar menolak menanggapi.

“Saya enggak komentar soal itu. Tanya mereka saja,” kata dia di Gedung Sementara DPRD Binjai.

Affan pernah menyebut kalau pajak parkir BSM yang disetor menjadi PAD berada di angka kisaran Rp60 jutaan. Namun kini saat disinggung soal itu, Affan sebut ada kenaikan. “Di angka Rp90 sampai Rp100 (jutaan) sekarang ini,” jelas dia.

Informasi dihimpun, Sky Parking dalam menyetor pajaknya menjadi PAD ke Pemerintah Kota Binjai tidak menyertakan karcis sebagai bukti bahwa ada ribuan kendaraan yang hilir-mudik di BSM. Karcis yang dipegang pemilik kendaraan memang dipulangkan saat mau keluar dari portal Sky Parking BSM.

Hanya saja, ratusan ataupun ribuan karcis itu tidak dilampirkan sebagai bukti saat melaporkan pembukuan ke Pemko Binjai. Diduga, karcis itu dirobek.

Diketahui, penyidik Pidsus Kejari Binjai mengendus adanya dugaan pengemplangan pajak di Binjai Supermall. Informasi dihimpun, tiga pajak yang tengah dilidik penyidik yakni, pajak parkir, pajak reklame dan pajak restoran.

Pajak reklame 25 persen masuk ke kas Pemerintah Kota Binjai menjadi pendapatan asli daerah (PAD) dari nilai kontrak. Sedangkan pajak parkir 30 persen harus disetor ke kas negara dari omzet yang diperoleh BSM. Terakhir, pajak restoran yang dikenakan kepada konsumen sebesar 10 persen.(ted/ala)

Perbaiki Jaringan Kabel Telkom, 2 Pekerja Tewas Tersengat Listrik di Sidikalang

RUDY SITANGGANG/SUMUT POS TEWAS: Salahsatu korban tewas tersengat listrik saat memperbaiki jaringan Telkom di lintasan jalan nasional Desa Sitinjo, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi.
TEWAS: Salahsatu korban tewas tersengat listrik saat memperbaiki jaringan Telkom di lintasan jalan nasional Desa Sitinjo, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

SIDIKALANG, SUMUTPOS.CO – Dua orang dikabarkan tewas tersengat arus listrik. Dari kedua korban, salah seorang merupakan karyawan Telkom Sidikalang.

KEDUA korban tewas masing-masing, Samuel Pardamean Mahasi Butar-Butar (24) warga perumahan Panji Asri Desa Sitinjo 2 dan Tamrin Sitorus (31) warga Desa Sipultak Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara. Samuel merupakan karyawan Telkom.

Kedua korban tewas ketika memperbaiki jaringan, Selasa (17/9) sekira pukul 18.00 WIB. Sumber terpercaya Sumut Pos di Kepolisian Resor Dairi membenarkan peristiwa tersebut.

Dijelaskan sumber, sekira pukul 23.30 WIB, petugas SPK Polres Dairi mendapat laporan temuan dua mayat pria di jalan nasional. Tepatnya di dekat Sungai Lae Pendaroh, Desa Sitinjo, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi.

“Menerima informasi itu, petugas jaga langsung bergerak ke lokasi. Setelah dilakukan olah TKP, diketahui kedua korban tewas karena tersengat aliran listrik,” sebut sumber.

Jenazah keduanya dievakuasi ke RSUD Sidikalang. Sumber lain menyebutkan, mereka ke lokasi bersama seorang teman lainnya. Yakni, Yohanes Situmeang (25) penduduk Desa Gomit, Kecamatan Siempat Nempu. Mereka bertiga hendak memperbaiki jaringan kabel telekomunikasi.

“Kedua korban memanjat tiang telepon, diduga kedua korban menyentuh kabel listrik yang melintang diatas kepala mereka saat memperbaiki jaringan,” kata sumber.

Asisten Manager (Asman) Telkom Kabanjahe yang juga membawahi Plasa Telkom Sidikalang, Heringson Harianja membenarkan kejadian itu.

“Ya, Samuel Pardamean Mahasi Butar-butar benar karyawan Telkom,” ujar Heringson, Rabu (18/9).

Tetapi menurut Heringson, korban lainnya bukan karyawan Telkom. Dia juga mengaku tidak tahu korban Tamrin Sitorus bekerja atas suruhan siapa.

“Saya telah mendapat informasi itu dari kawan-kawan di Sidikalang. Saat ini saya di lapangan. Perkembangan selanjutnya belum saya ketahui,” sebutnya.

Heringson juga mengaku tidak tahu siapa yang menyuruh mereka. Namun, korban Samuel memang bagian pengawasan kabel tulang punggung.

Kenapa mereka bekerja sampai larut malam? “Pengawasan kabel 24 jam, jadi bisa saja mereka bekerja sampai malam,” ucapnya. Namun Heringson mengaku, tidak ada menginstruksikan korban bekerja di lokasi kejadian.

“Menurut info yang saya dapat, kedua korban sudah dipulangkan kerumah orangtua masing-masing,” pungkas Heringson.(rud/ala)

Karyawan TPL Bentrok Melawan Warga

IST/SUMUT POS TERLUKA: Humas PT TPL Sektor Aek Nauli, Bahara Sibuea terbaring di rumah sakit karena dianiaya warga penggarap Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Senin (16/9).
TERLUKA: Humas PT TPL Sektor Aek Nauli, Bahara Sibuea terbaring di rumah sakit karena dianiaya warga penggarap Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Senin (16/9).
IST/SUMUT POS

SIMALUMGUN, SUMUTPOS.CO – Karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk bentrok melawan warga Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (16/9) sekira pukul 10.00 WIB. Insiden dipicu warga menanam jagung di lahan konsesi yang telah selesai dipanen.

Akibat peristiwa itu, 1 orang karyawan TPL mengalami luka berat. Sedangkan 8 lainnya mengalami luka ringan.

Pagi itu, personel keamanan yang berjaga di Compt. B.068 dan B.081 melaporkan ada kurang lebih 100 orang warga Sihaporas melakukan penanaman jagung di Compt. B.553. Areal itu merupakan lahan konsesi yang telah selesai dipanen.

Setelah itu, tim keamanan dan Humas TPL bergerak menuju areal tersebut. Mereka melihat penanaman jagung yang dilakukan oleh sekelompok oknum masyarakat di dalam konsesi PT TPL.

Humas TPL melakukan upaya dialog damai dan menyampaikan kepada warga agar kegiatan penanaman jagung diberhentikan dahulu. Pihak TPL berupaya musyawarah dan bicara baik-baik. Namun, warga Sihaporas bersikeras melakukan penanaman. Bukan itu saja, warga juga mengancam karyawan PT TPL.

Mereka menolak dialog. Itu membuat suasana memanas. Tiba-tiba, seorang warga memukul salah satu petugas keamanan PT TPL menggunakan balok kayu.

Petugas keamanan tersebut langsung jatuh. Tanpa dikomando, warga lainnya mengambil cangkul dan kayu.

Selanjutnya, para warga memukuli Humas dan petugas keamanan PT TPL lainnya. Direktur PT TPL, Mulia Nauli mengatakan, areal penanaman tersebut merupakan areal konsesi PT TPL yang telah memiliki izin dan telah memasuki rotasi tanam ekaliptus yang keempat.

“Izin konsesi PT TPL berada di kawasan hutan negara. Pada pelaksanaan operasionalnya, perseroan selalu menghormati hak-hak masyarakat dan komunitas adat yang berada dalam wilayah kerja perseroan,” ujar Mulia.

“Kita selalu mengedepankan proses dialog terbuka yang dilandasi undang-undang dan peraturan yang berlaku dalam penyelesaian masalah. Sudah kita lapor (ke polisi),” sambungnya.

Kata Mulia, dalam penyelesaian konflik lahan, perseroan melakukan berbagai upaya positif untuk mengatasi penyelesaian klaim. Metodenya dengan mediasi yang melibatkan lembaga pemerintahan sebagaimana diwajibkan oleh izin yang dipegang oleh perseroan.

“Dan musyawarah dengan masyarakat hingga terwujudnya program kemitraan untuk operasional yang berkelanjutan, sebagaimana yang diamanahkan Perhutanan Sosial dan ditetapkan oleh pemerintah melalui SK Menhut Nomor P.83/MenLhk/Setjen/KUM.1/10/2016,” jabar Mulia.

Dijelaskan Mulia, dalam melakukan penyelesaian dengan konsep perhutanan sosial, perusahaan membangun tanaman kehidupan. Seperti, aren, petai, jengkol dan tumpang sari jagung.

“Hasilnya diperuntukkan bagi masyarakat,” sebutnya.

Penyelesaian klaim hutan adat sendiri, mengikuti proses pengakuan hutan adat sesuai dengan aturan dan peraturan yang berlaku. Antara lain, melakukan kajian kebenaran keberadaan hutan adat tersebut. “Salah satunya adanya Perda Masyarakat Hutan Adat,” jelasnya.

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT Toba Pulp Lestari Tbk atau PT TPL diberikan oleh Kementerian Kehutanan melalui SK Menhut No. 493 / KPTS II/1992 jo SK. 179/Menlhk/Sedjen/HPL.0/4/2017 yang tersebar di beberapa kabupaten kota di Sumatera Utara. (rel/ram)

Polisi Gerebek Judi Tembak Ikan di Tanah Pinem

RUDY SITANGGANG/SUMUT POS DIAMANKAN: Tiga pelaku judi tembak ikan di Kecamatan Tanah Pinem diamankan di Mapolres Dairi.
DIAMANKAN: Tiga pelaku judi tembak ikan di Kecamatan Tanah Pinem diamankan di Mapolres Dairi.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

SIDIKALANG, SUMUTPOS.CO – Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Dairi mengamankan 3 pelaku judi tembak ikan. Ketiga tersangka ditangkap di Dusun Liren, Desa Kuta Gambir, Kecamatan Tanah Pinem, Sabtu (14/9).

“Tepatnya di warung milik Tison Tarigan,” ujar Kasubbag Humas Polres Dairi, Ipda Donni Saleh, Selasa (17/9).

Ketiga tersangka masing-masing, Deszebta Ginting, Amelia Br Sitepu dan Tison Tarigan.

“Deszebta Ginting berperan sebagai mekanik dan pengutip omzet yang diupah sekitar Rp500-Rp1 juta per minggu,” ujar Ipda Donni.

Amelia Br Sitepu berperan penjaga mesin dengan upah Rp100 ribu/hari. Sedangkan Tison Tarigan merupakan penyedia tempat dengan upah Rp100 ribu/hari.

“Selain mengamankan ketiga tersangka, kita juga menyita barangbukti satu buah mesin judi tembak ikan,” sebut Ipda Donni.

Penangkapan ketiganya berawal dari informasi masyarakat yang resah dengan aktifitas judi tersebut. Ketiga tersangka dan barang bukti kini diamankan di Mapolres Dairi.

“Tersangka dikenakan Pasal 303 Ayat (1) Dari KUHPidana,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, permainan judi tembak ikan marak di Dairi. Maraknya judi itu membuat masyarakat resah. (mag-10/ala)

Utang Sudah Lunas, Kuitansi Ambil di Polres

ist HORMAT: Seorang petugas Polres Nias menghormat kapolres yang akan memasuki mobil.
HORMAT: Seorang petugas Polres Nias menghormat kapolres yang akan memasuki mobil.

NISEL, SUMUTPOS.CO – Kasus teror terhadap Donisius Luahambowo alias Ama Niken yang dilakukan oleh salah seorang oknum Polres Nias berinisial JS (30), segera diproses. Hal itu ditegaskan Kapolres Nias Selatan, AKBP I Gede Nakti Widhiarta kepada Sumut Pos.

“Memang benar Jimi Sitanggang (JS) ini anggota Polres Nias Selatan, bertugas di Sat Narkoba, pangkatnya Bripka. Dia dilaporkan salah seorang warga, terkait dugaan pemerasan. Laporannya sedang lidik, pokoknya pasti kita proses sesuai hukum yang berlaku,” tegas Kapolres saat dihubungi via selular, (Selasa, 17/9).

Menurut kapolres, persoalan ini terkait utang piutang sebesar Rp12,5 juta yang dipinjam teman wanita JS (Reni Gustiana Purba) kepada Donisius. JS kemudian mendatangi rumah Donisius untuk melakukan penagih an. Merasa tidak punya utang terhadap JS, korban menolak. JS kemudian naik pitam dan terjadi keributan.

“Berdasarkan laporan awal yang saya terima dari Kasi Propam, DS punya utang kepada Reni Agustina Purba yang juga pacarnya sekaligus calon istrinya Bripka JS. Sehingga dia meminta bantu untuk menagih hutang si DS,” jelas kapolres.

“Mungkin cara Bripka JS menagih kurang tepat, dan Donisius juga tidak merasa punya utang sehingga terjadi keributan. Saat itu saya dapat informasi ada keributan yang melibatkan oknum polisi, langsung saya perintahkan propam untuk mengamankan situasi,” sambungnya.

Bagaimana soal kata-kata kotor dan pengancaman yang keluar dari mulut Bripka JS? Kapolres belum bisa memastikan. “Saya belum tau pasti apakah dia memaki dan mengancam, tapi kata-kata yang kurang paslah. Dan kenapa JS berbuat seperti itu, bisa saja si DS ini sudah sering ditagih namun lalai. Namun demikian kasus ini sedang berproses, kalau memang nanti dia terbukti melakukan itu, kita akan tindak,”katanya.

Terpisah, Donisius mengaku pernah punya utang kepada seorang wanita bernama Reni sebesar Rp12,5 juta. Namun menurutnya, utang tersebut sudah ia lunasi dengan cara dicicil sebanyak tiga kali.

“Saya sudah cicil mulai bulan Juni, Augustus terakhir awal September 2019,” kaatanya kepada Sumut Pos di Telukdalam Nias Selatan, Selasa (17/9).

Menurut Donisius, saat itu dia langsung meminjam uang itu kepada Reni yang seorang janda.

“Tiga kali saya tranfer ke rekeningnya. Pertama Rp2,5 juta, kemudian Rp5 juta dan terakhir Rp 5 juta. Memang setiap saya minta kwitansi sama Reni, dia malah bilang kwitansi di Polres, entah apa maksudnya,” ungkap Donisius.

Donisius tidak habis pikir melihat tingkah JS. Seorang okum polisi yang seharusnya mengayomi, melindungi masyarakat, malah mengancam serta mengintimidasi warga.

Dia pun mengakui sejak diancam JS, dia dan keluarganya was-was. Donisius hanya berharap, laporannya itu segera ditindaklanjuti dan JS ditindak sesuai perbuatannya.

“Sewaktu JS datang ke rumah saya dia langsung memaki-maki dan mengancam, suaranya besar, anak saya yang masih kecil-kecil ketakutan pak. Caranya seperti debt collector saja,” tutur Donisius.

“Saya punya utang sama Reni, apa urusan dia? Lagian sudah saya lunasi. Saya harap bapak Kapolres Nias Selatan, agar kasus ini tidak didiamkan, dia harus dihukum sesuai perbuatannya,” pungkasnya. (adl/ala)

Blokade Jalan Diponegoro, Buruh Medan Tolak Kenaikan Iuran BPJS

UNJUK RASA Buruh dari KSPSI Medan berunjukrasa di depan Kantor Gubsu, Jalan Diponegoro Medan, Rabu (18/9). Mereka menolak rencana kenaikan iuran BPJS dan revisi UU Ketenagakerjaan.
UNJUK RASA Buruh dari KSPSI Medan berunjukrasa di depan Kantor Gubsu, Jalan Diponegoro Medan, Rabu (18/9). Mereka menolak rencana kenaikan iuran BPJS dan revisi UU Ketenagakerjaan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Masih terkait BPJS, kebijakan pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan kategori mandiri ditentang buruh Kota Medan. Ratusan elemen buruh mengatasnamakan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) menyuarakan hal itu saat berunjukrasa di kantor Gubernur Sumut, Rabu (18/9).

Selain menentang kenaikan iuran BPJS, kaum buruh juga menolak revisi Rancangan Undang-undang Nomor 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Mereka menilai kenaikan iuran BPJS nantinya semakin memberatkan hidup buruh. Demikian juga revisi UU Ketenagakerjaan, juga semakin membuat buruh sengsara.

Hampir dua jam berorasi, perwakilan buruh akhirnya diterima Pemprovsu di Ruang Rapat Tengku Rizal Nurdin, lantai I Kantor Gubsu. Perwakilan buruh diterima Kadisnaker Sumut, Harianto Butarbutar, Kasatpol PP Suriadi Bahar, Kabiro Administrasi Pembangunan, Syafuddin dan Kasubbag Hubungan Antar Lembaga Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu, Salman.

Dalam dialog itu, terjadi debat kusir. Buruh tetap ngotot harus diterima gubernur. Kadisnaker mencoba memberi pemahaman. Ia bahkan menggaransi bahwa tuntutan mereka soal penolakan revisi UU Ketenagakerjaan, bisa sampai ke menteri Tenaga Kerja.

Namun itu tak membuat perwakilan buruh tenang. Bahkan penjelasan yang berulang-ulang disampaikan Kadisnaker, Kasatpol PP maupun Kabiro Administrasi Pembangunan, bahwa gubernur sedang di Langkat, tidak bisa langsung menerima mereka.

Sambil menunggu hasil koordinasi, Asisten Deputi SDM Umum dan Komunikasi Publik, Wahyu Krisbudiharto, memberi klarifikasi. Menurutnya, rencana kenaikan iuran BPJS adalah kepada peserta mandiri atau pekerja bukan penerima upah.

Wahyu juga menyinggung kenaikan iuran BPJS untuk peserta pekerja, belum ada rencana kenaikan. Terakhir iuran BPJS bagi pekerja naik pada 2016. “Harusnya naik setiap dua tahun sekali, tapi sampai saat ini belum naik,” katanya.

Penjelasan Wahyu itu dibantah buruh. Ketua KSPSI Kota Medan, J Sitanggang dan buruh lain mengatakan peserta pekerja termasuk dalam rencana kenaikan iuran. Informasi itu mereka dapat dari berbagai sumber, termasuk dari televisi.

Pada kesempatan itu, Syafruddin menambahkan waktu gubernur sudah terjadwal hingga 29 September. Artinya gubernur baru ada waktu di awal Oktober. Hal ini pun kembali diperdebatkan. Buruh ngotot harus dijadwalkan ketemu dengan gubernur. Setelah terus didesak buruh, akhirnya disepakati pertemuan dengan gubernur antara 2-4 Oktober.

Kadisnaker diminta mengomunikasikan pertemuan itu. Tak yakin sampai disitu, buruh meminta para pejabat yang menerima aksi mereka itu membuatnya dalam bentuk tertulis dan bertandatangan yang akhirnya dituruti para pejabat tersebut.

Kesepakatan itu pun kemudian diumumkan kepada buruh lainnya yang setia menunggu di depan kantor Gubsu. J Sitanggang didampingi Kadisnaker dan Kasatpol PP mengumumkan kesepakatan itu. Meski nampak kecewa, buruh akhirnya menerima dan tak lama kemudian membubarkan diri.

Amatan Sumut Pos, massa buruh datang mengendarai mobil pick up dan sepeda motor. Jumlah mereka cukup banyak. Mereka berorasi di depan kantor Gubsu. Sesekali mereka memainkan musik.

Aksi mereka juga membuat macet jalanan. Jalan Diponegoro ditutup kepolisian. Akses lalu lintas dialihkan ke Jalan Kartini hingga ke Jalan Cut Meutia. Jalan Imam Bonjol juga macet. Petugas kepolisian dan Satpol PP siaga mengamankan. Namun keseluruhan aksi berlangsung tertib. (prn/ila)

3 Prioritas Pembangunan Tak Maksimal

HT Bahrumsyah.
HT Bahrumsyah.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ada tiga prioritas pembangunan Kota Medan tahun 2019 hingga tahun 2020 mendatang yang kerap kali didengungkan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Medan, yakni pembangunan dalam bidang Kesehatan, Pendidikan dan Infrastruktur. Ketiga prioritas ini masih belum maksimal dilakukan Wali Kota Medan.

“Belum ada yang maksimal. Kesehatan? Masyarakat Kota Medan baru sekitar 80 persen yang tercover BPJS, jumlah RS kita juga masih kurang. Pendidikan? Jumlah sekolah negeri setiap kecamatan masih sangat banyak yang kurang, tapi mau sekolah di kecamatan lain malah terhalang Zonasi.

Infrastruktur? Sudahlah, kalau RTRW tak juga direvisi, Pemko Medan akan terus menjadikan hal itu sebagai alasan untuk mereka ‘buang badan’ dalam percepatan pembangunan,” ujar salah satu calon pimpinan DPRD Medan periode 2019-2024 dari fraksi PAN, HT Bahrumsyah kepada Sumut Pos, Rabu (18/9).

Dari segi kesehatan, kata Bahrum, setidaknya Pemko Medan harus berhasil mengcover warganya dengan dengan asuransi berupa BPJS Kesehatan setidaknya diangka 95 persen. “Ini malah masih di angka 80 persen, baik itu peserta mandiri, pekerja ataupun PBI.

Artinya, masih banyak yang belum punya jaminan kesehatan. Pemerintah harus bisa menaikkan anggarannya untuk bisa memfasilitasi mereka yang belum punya jaminan kesehatan agar masalah kesehatan di Kota Medan dapat teratasi,” ujarnya.

Begitupun dengan masalah pendidikan, cetus Bahrum, Kota Medan sangat jauh dari kata peduli terhadap pembangunan fasilitas Pendidikan di Kota Medan. Pemko Medan juga dinilai tidak siap dalam menghadapi regulasi ‘zonasi’ yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Misalnya, jelas Bahrum, di Kecamatan Medan Marelan, ada 4 sekolah SMP negeri yang berdiri di sana. Sedangkan di sisi lain, di Medan Belawan hanya ada 1 sekolah SMP negeri di sana. Ini bukti nyata bahwa begitu parahnya pemerataan pembangunan di kawasan Medan Utara.

“Dengan kondisi itu, hampir setiap anak di Marelan bisa masuk SMP negeri. Sedangkan di Belawan, mereka cuma punya 1 SMP negeri, akibatnya banyak yang tak bisa sekolah. Kenapa? Mau sekolah SMP negeri lain, terhambat zonasi. Mau sekolah swasta? Jangankan untuk sekolah, ongkos saja tak punya. Pemko gagal dalam hal ini,” jelasnya.

Bahrum mengaku kalau pihaknya akan terus mendesak agar ada penambahan 1 sekolah negeri di tiap-tiap kecamatan yang masih sangat kurang jumlah sekolah negerinya setiap tahunnya.

“Walau itupun masih kurang, tapi setidaknya ada penambahan. Lalu soal kepala sekolah (kasek), Pemko melalui Dinas Pendidikan harus kembali melakukan ‘assesment’ terhadap seluruh kasek yang ada di sekolah negeri di Kota Medan agar setiap kasek punya kualitas hingga nantinya anak didiknya pun berkualitas, bukan hanya tahu mengelola dana BOS saja,” ujarnya.

Begitu juga soal infrastruktur, lanjut Bahrum, untuk membangun Kota Medan maka RTRW yang telah berusia di atas 5 tahun itu harus direvisi karena sudah tidak sesuai dengan fokus pembangunan yang dibutuhkan masyarakat saat ini. Banyak pembangunan Kota Medan yang kini ‘tersandera’ karena masih menggunakan RTRW yang lama.

“Sampai kapanpun kalau RTRW tak direvisi maka pembangunan akan terus terhambat. Apalagi Pemko Medan sudah pernah mengakui, bahwa RTRW yang berlaku saat ini memang ada kesalahan rancangan dari konsultannya dahulu,” paparnya.

Untuk itu, terus Bahrum, pihaknya akan memfokuskan fungsi-fungsi legislasi dalam hal ini, yakni mengatur regulasi peraturan daerah, anggaran/budgeting dan pengawasan.

Maka dari itu, pihaknya telah merencanakan atau mengagendakan rapat paripurna untuk membahas revisi tersebut.

“Harus kita revisi, pada periode sebelumnya sudah dijadwalkan tapi terakhir malah tertunda karena pemilu dan proses pelantikan anggota dewan yang baru. Sekarang pelantikan sudah selesai, nanti kita tinggal jadwalkan untuk waktu pembahasannya di paripurna. Itu harus direvisi, kalau tak direvisi pembangunan di Kota Medan cuma mimpi,” pungkasnya. (map/ila)

Pekan Depan DPRDSU Susun Struktur Fraksi Definitif

istimewa RESES: Wakil Ketua DPRD Kota Medan Burhanuddin Sitepu saat reses di Semba Garden, Jalan Bunga Mawar Nomor 108 Medan Selayang, Minggu (3/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – DPRD Sumatera Utara dalam waktu dekat akan membahas tata tertib anggota dewan dengan membentuk kelompok kerja (pokja) melalui perwakilan fraksi-fraksi.

Ketua DPRD Sumut sementara, Baskami Ginting mengatakan, minggu depan pihaknya sudah agendakan paripurna pengunungan ketua-ketua fraksi definitif agar pokja tatib tersebut bisa segera terealisasi.

“Jadi Senin depan kita akan gelar paripurna untuk mengumumkan ketua-ketua fraksi, juga tatib yang nantinya dibahas melalui pokja. Agar setelah itu kita bisa langsung bekerja,” katanya kepada wartawan, di ruang kerjanya, Rabu (18/9).

Dia menekankan paling lama tiga minggu ke depan tatib tersebut sudah selesai dibahas pokja. Diharapkannya dengan semangat wakil rakyat yang baru mampu mendorong percepatan pembuatan tatib tersebut.

Tatib akan dibahas oleh pokja yang terdiri dari 54 dewan, antara lain 52 anggota dewan ditambah dua unsur pimpinan dewan. Sehingga selanjutnya tatib yang sudah dibentuk tersebut segera dapat dikirimkan ke Kemendagri.

Melalui paripurna pekan depan itu, sambung politisi PDI Perjuangan, dan setelah pokja pembahasan tatib terbentuk pula, seluruh alat kelengkapan dewan (AKD) ikut disusun.

“Barulah setelah itu kita melakukan rapat kerja yang diagendakan paling lambat November nanti, agar kerja-kerja politik kita dapat segera dimulai dan efektif berjalan,” katanya.

Pada hari itu, pihaknya juga telah meminta sekretariat DPRD untuk menyusun agenda paripurna dan bahan-bahan keperluan rapat pembahasan pokja tatib.

“Mengenai tatib yang akan dimasukkan nantinya, bilamana poin yang lama dinilai masih bagus agar tetap dipakai dan dikombinasikan dengan masukan-masukan baru. Namun terlebih dahulu yang penting kita dorong adalah struktur fraksi,” katanya.

Anggota Fraksi PKS Sumut, Jumadi membenarkan pada hari itu pihaknya sudah menyusun struktur fraksi defenitif. Dari rapat internal yang mereka lakukan, terpilihlah Misno sebagai ketua fraksi, Misno.

“Iya, Senin depan nanti diumumkan seluruh struktur fraksi ini melalui rapat paripurna. Kalau kami sudah selesai secara internal dan diputuskan. Saya sendiri sebagai anggota saja,” katanya.

Mengenai tatib yang dibahas pokja nanti, pihaknya menyarankan disesuaikan saja dengan ketentuan yang berlaku. “Bagi kami tidak adapun revisi tatib tidak persoalan. Sebab tahun depan jika ada perubahan aturan, dapat kita sesuaikan kembali. Jadi bukan persoalan,” katanya. (prn/ila)

Mulai Susun AKD, DPRD Medan Segera Gelar Paripurna

triadi wibowo/sumut pos RAPAT: Para anggota dewan saat menggelar rapat. Sedangkan anggota DPRD Kota Medan yang baru dilantik, mulai menyusun pembentukan fraksi.
RAPAT: Para anggota dewan saat menggelar rapat. Sedangkan anggota DPRD Kota Medan yang baru dilantik, mulai menyusun pembentukan fraksi.
Triadi wibowo/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah anggota DPRD Kota Medan yang baru dilantik, mulai menyusun pembentukan fraksi dari seluruh Partai Politik (Parpol) anggota DPRD Medan. Hal ini sebagai rangkaian jadwal kegiatan dalam penetapan pimpinan defenitif. Kemudian, menyusun alat kelengkapan dewan (AKD) dan program kerja masing-masing AKD.

Kepada Sumut Pos, Ketua DPRD Medan sementara, Hasyim SE mengatakan, sebagai pimpinan sementara sesuai dengan peraturan sudah diatur tugas pokoknya yakni memfasilitasi pembentukan fraksi, pembentukan peraturan dewan tentang Tata Tertib (Tatib) dan membantu proses penetapan pimpinan defenitif.

“Makanya kami sudah mengundang dan melakukan rapat dengan perwakilan partai politik yang ada di DPRD Medan agar memasukkan nama-nama komposisi fraksi dan msnyerahkannya kepada kami di pimpinam,” ucap Hasyim di ruang kerjanya, Rabu (18/9).

Disebutkannya, sejumlah nama komposisi fraksi harus diserahkan perwakilan masing-masing partai yang ada di DPRD Medan kepada pihaknya paling lambat, Senin (23/9). Setelah itu, pada Selasa (24/9) pihaknya akan melakukan rapat paripurna internal pengesahan pembentukan fraksi dan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Tatib dewan.”Kami tunggu dulu semua komposisi fraksi. Nantinya ada fraksi gabungan dari tiga parpol yakni Hanura, PPP dan PSI. Jadi nanti akan ada 8 fraksi,” ujarnya Hasyim.

Untuk pembentukan Pokja Tatib dewan, kata Hasyim, akan ditetapkan atas usulan fraksi dan waktu kerjanya telah ditetapkan secepatnya dalam dua minggu ke depan. “Pembahasannya apa, nanti di paripurnakan. Tatib dewan ini memang harus dilakukan setiap periode masa jabatan anggota DPRD Medan yang disesuaikan dengan peraturan pemerintah,” katanya.

Sementara untuk proses pembentukan pimpinan dewan defenitif, lanjut Hasyim, pihaknya menunggu masuknya surat rekomendasi dari DPP partai yang mendapatkan kursi pimpinan yakni PDI Perjuangan, Gerindra, PKS dan PAN.

“Jadi Selasa ini juga sekaligus dibacakan usulan nama pimpinan dari DPP pada rapat paripurna internal tersebut. Kemudian oleh sekretariat DPRD akan membuat berita acara nya untuk dikirim ke Wali Kota Medan dan diteruskan ke Gubernur Sumatera Utara,” paparnya.

Sedangkan penyusunan komposisi fraksi PDIP sendiri, dikatakan Hasyim telah terbentuk, yakni Ketua Fraksi akan dijabat oleh Robi Barus, Wakil Ketua dijabat oleh Margaret MS, Sekretaris dijabat oleh Daniel Pinem dan Bendahara dijabat oleh Paul Mei Anton.

Sedangkan saat ditanya nama calon pimpinan defenitif dari DPP PDI Perjuangan, Hasyim mengakui sudah menerima surat penetapan dirinya sebagai Ketua DPRD Kota Medan periode 2019-2024. Setelah dibentuk pimpinan defenitif, tutur Hasyim, akan dibentuk alat kelengkapan dewan (AKD) dan disusun program kerja masing-masing AKD.

“Setahu saya tiga parpol lainnya (Gerindra, PKS, PAN) sudah ada surat rekomendasi dari DPP terkait yang jadi pimpinan. Sehingga penetapan defenitif dapat segera dilakukan, target kita paling lama satu bulan semua Alat Kelengkapan Dewan sudah definitif, mulai dari pimpinan dan struktur fraksi,” pungkasnya. (map)

Pekan Bahasa dan Sastra Sumut 2019 Gelar Perlombaan, Diikuti 534 Peserta

KATA SAMBUTAN: Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum menyampaikan kata sambutannya dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2019 yang digelar di halaman Kantor Balai Bahasa Sumut, Rabu (18/9).
KATA SAMBUTAN: Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum menyampaikan kata sambutannya dalam Pekan Bahasa dan Sastra 2019 yang digelar di halaman Kantor Balai Bahasa Sumut, Rabu (18/9).
M idris/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Balai Bahasa Sumatera Utara (Sumut) kembali menggelar Pekan Bahasa dan Sastra tahun ini, 2019. Ajang kegiatan tahunan yang menyambut bulan bahasa dan sastra tersebut, digelar berbagai perlombaan yang menuntut kreativitas para pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum selama dua hari (18-19 September).

Kepala Balai Bahasa Sumut Dr Maryanto MHum mengatakan, kegiatan ini rutin setiap tahun dilakukan hanya saja waktu pelaksanaannya berbeda karena tergantung dari kesiapan. Ada 7 cabang perlombaan yang diselenggarakan, antara lain lomba reportase (umum), debat bahasa Indonesia (SMA), cerdas cermat bahasa Indonesia (SMP), berbalas pantun (mahasiswa), mendongeng cerita rakyat (guru PAUD/TK), dan bermain membaca (SD) dan dendang tradisi lisan (umum).

“Peserta yang ikut tahun ini mencapai 534 orang, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Para peserta berasal dari belasan kabupaten/kota yaitu Medan, Binjai, Deli Serdang, Langkat, Dairi, Karo, Mandailing Natal, Taput, Sibolga, Tobasa, Tapteng, Tebing Tinggi, Sergai, Simalungun, Asahan, Siantar dan Labuhan Batu,” ungkap Maryanto saat diwawancarai di sela-sela kegiatan.

Diutarakan Maryanto, tema yang diangkat tahun ini adalah ‘Pelangi Bahasa dan Sastra Sumatera Utara’. Tema itu dapat diartikan, bahwa bahasa dan sastra yang hadir lewat kegiatan tersebut sebagai ekspresi keberagaman. Namun, keberagaman ini disajikan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan Indonesia.

“Pelangi diartikan dari sisi keberagaman, di sisi lain pelangi ini juga untuk mempersatukan. Pekan bahasa dan sastra ini bukan kegiatan yang diada-adakan, melainkan sebuah pekerjaan yang diberikan dari para pendahulu kita. Artinya, mewarisi pesan-pesan mulia yang harus didukung dan dikembangkan setiap tahunnya,” terang dia.

Menurutnya, pekan bahasa dan sastra ini bukan sekadar rutinitas agenda tahunan saja, melainkan upaya pembinaan, pemasyarakatan, dan peningkatan kualitas berbahasa dan bersastra. “Kegiatan ini merupakan strategi yang kreatif dalam upaya pelindungan dan pelestarian eksistensi bahasa dan sastra Indonesia. Tujuannya adalah untuk meningkatkan apresiasi, sikap positif, dan kepedulian masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah sebagai akar kebudayaan nasional,” kata Maryanto.

Selain itu, sambung dia, lewat kegiatan ini juga ingin memastikan dan meyakinkan bahwa bahasa dan sastra hadir di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Dengan kata lain, bukan sekadar perlombaan atau kompetisi bahasa dan sastra saja, melainkan untuk membangun kualitas sumber daya manusia terutama generasi muda.

“Bahasa bukan sekadar alat untuk mengomunikasikan atau menyampaikan pesan, seni, dan budaya. Namun juga sebagai sarana untuk membangun pikiran secara kritis, sistematis hingga empiris. Sebab, dalam kegiatan ini merupakan hasil pengolahan data dan observasi,” tegasnya.

Kata Maryanto, perlu diingat bahwasanya Sumut ini boleh dibilang merupakan tempat pertama yang menjadi provinsi diselenggarakannya kegiatan kebahasaan secara nasional. “Kongres Bahasa Indonesia pertama setelah terbentuknya NKRI, digelar di Sumut pada 1954. Setelah itu, tidak ada lagi kecuali di DKI Jakarta,” imbuhnya.

Sementara itu, salah seorang peserta, Azrul Rasyid mengapresiasi digelarnya pekan bahasa dan sastra tersebut. Kata dia, lewat kegiatan ini bakat dan talenta yang dimiliki para pelajar maupun anak muda dapat tersalurkan.

“Kami berasal dari SMAN 1 Rantau Utara, Labuhanbatu, yang mendaftar beberapa cabang perlombaan salah satunya dendang tradisi lisan. Persiapannya sudah sekitar satu bulan lebih, dan berharap bisa menang. Kalau menang, tentunya prestasi yang membanggakan bagi kami karena baru tahun ini ikut kegiatannya,” ujar Azrul bersama teman-temannya. (ris/ila)