28 C
Medan
Friday, December 6, 2024
spot_img

Siapkan Calon Pemimpin, Bukan Pekerja

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

MEDAN- Melihat perjalanan sebuah sekolah tinggi, yang masih berusia lima tahun mustahil rasanya untuk bisa langsung diminati dan dikenal luas oleh masyarakat. Namun lain halnya dengan Sekolah Tinggi Agrobisnis Perkebunan (STIPAP). Meskipun di usianya yang masih terbilang muda, namun sekolah tinggi yang baru saja terakreditasi oleh Badan Akreditas Perguruan Tinggi Swasta pada tahun ini, ternyata mampu membuktikan prestasi hasil kerja yang cukup baik hingga saat ini.

Ketua Sekolah Tinggi Agrobisnis Perkebunan (STIPAP),Seno Aji, SPd MEng Prac mengatakan, lima tahun melaksanakan tugas dalam dunia pendidikan tinggi, ternyata STIPAP telah mampu keluar sebagai organisasi pendidikan yang solid dan telah mampu menunjukkan kemandiriannya.

“Berawal dari berdirinya pada tahun 2005 lalu, STIPA hanya memberikan pendidikan kepada 84 mahasiswa/I nya. Dengan kemandiriannya kini STIPAP sedikitnya telah memiliki 960 mahasiswa yang terdaftar di sekolah ini,” ungkap Seno.

Semakin tingginya minat pelajar di sekolah tinggi STIPAP tak lain dikarenakan, sekolah tersebut menurut Seno mampu berperan sebagai mesin transformasi pendidikan bangsa.

Lebih lanjut dijelaskannya, sebagai mesin transformasi, artinya seluruh perangkat instrument system, organisasi dan budaya, serta keterpaduan sistem proses harus lengkap dan berjalan sesuai yang diharapkan. “Sehingga outcome STIPAP benar-benar memberikan lulusan siap pakai, yang tidak menjadikan sampah masyarakat,” terangnya. Sekolah tinggi yang berada di kawasan Jalan Williem Iskandar Medan ini kini semakin siap dalam mempersiapkan calon manajer perkebunan yang berkualitas di masa depan.

Mengingat STIPAP adalah sekolah tinggi professional Diploma IV (setara S1 )satu-satunya di Indonesia yang focus pada bidang perkebunan kelapa sawit dan karet dengan lulusan bergelar Sarjana Sains Terapan (SST).
Menurut pengakuan Seno, Sekolah Tinggi yang memiliki dua program pendidikan yakni perkebunan dan teknologi pengolahan hasil perkebunan yang tengah dipimpinnya itu, juga memiliki hubungan kuat dengan puluhan perusahan pekebunan swasta dan BUMN yang ada di Indonesia.

Bahkan hingga saat ini, 90 persen lulusan STIPAP, langsung terserap oleh perusahaan perkebunan besar nasional. “Sedikitnya lebih dari lima puluh perusahan Swasta Nasional dan BUMN yang membuat kerjasama dengan sekolah tinggi SIPAP baik untuk praktek kerja lapangan  maupun penyediaan lapangan pekerjaan yang tersebar dari Sumatera Hingga Sulawesi,” sebut Seno.

Sementara untuk pola dan sistem pendidikan yang diterapkan STIPAP, agak berbeda dengan sekolah tinggi yang ada di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.

Para peserta didik yang mengikuti pelajaran di  STIPAP, harus mengikuti beberapa peraturan sebagai bentuk disiplin yang diterapkan pihak manajemen STIPAP.  Selain harus berambut cepak layaknya seorang tentara, para peserta didik juga dituntut kerapian dalam berbusana serta disiplin waktu. “Di sini kita bukan menyiapkan pelajar sebagai seorang pekerja, melainkan seorang pemimpin yang siap pakai, baik di perusahaan maupun di masyarakat,” ujar  Seno.(uma)

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan

MEDAN- Melihat perjalanan sebuah sekolah tinggi, yang masih berusia lima tahun mustahil rasanya untuk bisa langsung diminati dan dikenal luas oleh masyarakat. Namun lain halnya dengan Sekolah Tinggi Agrobisnis Perkebunan (STIPAP). Meskipun di usianya yang masih terbilang muda, namun sekolah tinggi yang baru saja terakreditasi oleh Badan Akreditas Perguruan Tinggi Swasta pada tahun ini, ternyata mampu membuktikan prestasi hasil kerja yang cukup baik hingga saat ini.

Ketua Sekolah Tinggi Agrobisnis Perkebunan (STIPAP),Seno Aji, SPd MEng Prac mengatakan, lima tahun melaksanakan tugas dalam dunia pendidikan tinggi, ternyata STIPAP telah mampu keluar sebagai organisasi pendidikan yang solid dan telah mampu menunjukkan kemandiriannya.

“Berawal dari berdirinya pada tahun 2005 lalu, STIPA hanya memberikan pendidikan kepada 84 mahasiswa/I nya. Dengan kemandiriannya kini STIPAP sedikitnya telah memiliki 960 mahasiswa yang terdaftar di sekolah ini,” ungkap Seno.

Semakin tingginya minat pelajar di sekolah tinggi STIPAP tak lain dikarenakan, sekolah tersebut menurut Seno mampu berperan sebagai mesin transformasi pendidikan bangsa.

Lebih lanjut dijelaskannya, sebagai mesin transformasi, artinya seluruh perangkat instrument system, organisasi dan budaya, serta keterpaduan sistem proses harus lengkap dan berjalan sesuai yang diharapkan. “Sehingga outcome STIPAP benar-benar memberikan lulusan siap pakai, yang tidak menjadikan sampah masyarakat,” terangnya. Sekolah tinggi yang berada di kawasan Jalan Williem Iskandar Medan ini kini semakin siap dalam mempersiapkan calon manajer perkebunan yang berkualitas di masa depan.

Mengingat STIPAP adalah sekolah tinggi professional Diploma IV (setara S1 )satu-satunya di Indonesia yang focus pada bidang perkebunan kelapa sawit dan karet dengan lulusan bergelar Sarjana Sains Terapan (SST).
Menurut pengakuan Seno, Sekolah Tinggi yang memiliki dua program pendidikan yakni perkebunan dan teknologi pengolahan hasil perkebunan yang tengah dipimpinnya itu, juga memiliki hubungan kuat dengan puluhan perusahan pekebunan swasta dan BUMN yang ada di Indonesia.

Bahkan hingga saat ini, 90 persen lulusan STIPAP, langsung terserap oleh perusahaan perkebunan besar nasional. “Sedikitnya lebih dari lima puluh perusahan Swasta Nasional dan BUMN yang membuat kerjasama dengan sekolah tinggi SIPAP baik untuk praktek kerja lapangan  maupun penyediaan lapangan pekerjaan yang tersebar dari Sumatera Hingga Sulawesi,” sebut Seno.

Sementara untuk pola dan sistem pendidikan yang diterapkan STIPAP, agak berbeda dengan sekolah tinggi yang ada di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.

Para peserta didik yang mengikuti pelajaran di  STIPAP, harus mengikuti beberapa peraturan sebagai bentuk disiplin yang diterapkan pihak manajemen STIPAP.  Selain harus berambut cepak layaknya seorang tentara, para peserta didik juga dituntut kerapian dalam berbusana serta disiplin waktu. “Di sini kita bukan menyiapkan pelajar sebagai seorang pekerja, melainkan seorang pemimpin yang siap pakai, baik di perusahaan maupun di masyarakat,” ujar  Seno.(uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/