25 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

Ical Sulit Cari Cawapres

Aburizal Bakrie alias Ical.
Aburizal Bakrie alias Ical.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Calon presiden Partai Golkar Aburizal Bakrie terancam sulit mendapat tiket untuk maju ke pemilu presiden. Partai calon anggota koalisi untuk melengkapi syarat pencalonan hingga kini belum diperoleh. Kabar terakhir, rencana koalisi Golkar dengan Hanura nyaris batal karena Ketua Umum Partai Hanura Wiranto dikabarkan lebih tertarik berkoalisi dengan kubu Jokowi.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono mengatakan, hingga kini Hanura belum sepakat dengan sejumlah tawaran koalisi dengan Golkar pada pemilu presiden mendatang. “Belum ada teken-teken (kesepakatan koalisi), jadi masih mengambang,” papar Agung ketika ditemui di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin (23/4).

Agung mengakui, salah satu alasan terancamnya koalisi dua partai adalah enggannya Wiranto dipasangkan sebagai calon wakil presiden Ical “sapaan akrab Aburizal Bakrie. Wiranto menilai dirinya akan mengalami degradasi karena saat ini sudah berstatus calon presiden. Selain itu, karena popularitas dan elektabilitas Aburizal Bakrie rendah, Golkar perlu mencari cawapres yang populer dan memiliki basis massa besar.

Syarat lain, cawapres Ical harus dari suku Jawa karena Aburizal dikategorikan sebagai capres dari luar Jawa. Sejumlah nama dari Jawa dan memiliki basis massa besar juga sudah dipinang, seperti Gubernur Jatim Soekarwo dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo. “Beliau (Soekarwo dan Pramono Edhie) tidak bersedia. Tapi, orang Jawa banyak kan,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum AMPG Yorrys Raweyai menilai perolehan suara Golkar yang kecil mengakibatkan partainya sulit bernegosiasi soal koalisi. Karena itu, dalam rapimnasus awal Mei mendatang, Yorrys menegaskan, sejumlah pengurus organisasi sayap Partai Golkar akan meminta pertanggungjawaban Ical. Mereka juga akan mendesak pembicaraan serius tentang masa depan pencapresan Ical dan penyelenggaraan munaslub untuk mengganti ketua umum Partai Golkar.

Yorrys mengatakan, ada sejumlah kader Golkar yang dinilai bisa menggantikan Ical. “Kader senior seperti Agung Laksono, Fadel Muhammad, dan Priyo Budi Santoso sangat berpeluang jadi Ketum baru. Golkar harus beri peluang 85 persen bagi kader muda untuk memimpin,” ujarnya.

Saat ini, kata dia, Golkar juga masih menunggu hasil penghitungan perolehan kursi anggota DPR. Bila mampu mencapai perolehan 112 kursi, Golkar tidak perlu mencari tambahan partai untuk mengajukan capres-cawapres sendiri. Salah satu opsi bila skenario ini terpenuhi adalah menduetkan dua kader Golkar Aburizal Bakrie-Jusuf Kalla. (ken/c1/fat)

Aburizal Bakrie alias Ical.
Aburizal Bakrie alias Ical.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Calon presiden Partai Golkar Aburizal Bakrie terancam sulit mendapat tiket untuk maju ke pemilu presiden. Partai calon anggota koalisi untuk melengkapi syarat pencalonan hingga kini belum diperoleh. Kabar terakhir, rencana koalisi Golkar dengan Hanura nyaris batal karena Ketua Umum Partai Hanura Wiranto dikabarkan lebih tertarik berkoalisi dengan kubu Jokowi.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono mengatakan, hingga kini Hanura belum sepakat dengan sejumlah tawaran koalisi dengan Golkar pada pemilu presiden mendatang. “Belum ada teken-teken (kesepakatan koalisi), jadi masih mengambang,” papar Agung ketika ditemui di Jakarta Convention Center (JCC) kemarin (23/4).

Agung mengakui, salah satu alasan terancamnya koalisi dua partai adalah enggannya Wiranto dipasangkan sebagai calon wakil presiden Ical “sapaan akrab Aburizal Bakrie. Wiranto menilai dirinya akan mengalami degradasi karena saat ini sudah berstatus calon presiden. Selain itu, karena popularitas dan elektabilitas Aburizal Bakrie rendah, Golkar perlu mencari cawapres yang populer dan memiliki basis massa besar.

Syarat lain, cawapres Ical harus dari suku Jawa karena Aburizal dikategorikan sebagai capres dari luar Jawa. Sejumlah nama dari Jawa dan memiliki basis massa besar juga sudah dipinang, seperti Gubernur Jatim Soekarwo dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo. “Beliau (Soekarwo dan Pramono Edhie) tidak bersedia. Tapi, orang Jawa banyak kan,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum AMPG Yorrys Raweyai menilai perolehan suara Golkar yang kecil mengakibatkan partainya sulit bernegosiasi soal koalisi. Karena itu, dalam rapimnasus awal Mei mendatang, Yorrys menegaskan, sejumlah pengurus organisasi sayap Partai Golkar akan meminta pertanggungjawaban Ical. Mereka juga akan mendesak pembicaraan serius tentang masa depan pencapresan Ical dan penyelenggaraan munaslub untuk mengganti ketua umum Partai Golkar.

Yorrys mengatakan, ada sejumlah kader Golkar yang dinilai bisa menggantikan Ical. “Kader senior seperti Agung Laksono, Fadel Muhammad, dan Priyo Budi Santoso sangat berpeluang jadi Ketum baru. Golkar harus beri peluang 85 persen bagi kader muda untuk memimpin,” ujarnya.

Saat ini, kata dia, Golkar juga masih menunggu hasil penghitungan perolehan kursi anggota DPR. Bila mampu mencapai perolehan 112 kursi, Golkar tidak perlu mencari tambahan partai untuk mengajukan capres-cawapres sendiri. Salah satu opsi bila skenario ini terpenuhi adalah menduetkan dua kader Golkar Aburizal Bakrie-Jusuf Kalla. (ken/c1/fat)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/