30.6 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Tidak Hanya NasDem dan Hanura, Demokrat juga Minat

Foto: Dok/Sumut Pos Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.
Foto: Dok/Sumut Pos
Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.

Kenapa Tengku Erry Nuradi memilih menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (NasDem) Sumut dan meninggalkan ketua dewan pertimbangan/penasihat Golkar Sumut? Di tengah kesibukannya sebagai wakil gubernur Sumatera Utara (wagubsu), Erry akhirnya buka-bukaan kepada wartawan Sumut Pos Pran Wira Hasibuan.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan di ruang kerja Erry di lantai 9 Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro Medan, Kamis (26/2).

 

Apa alasan mendasar Bapak memilih NasDem?

Semua partai itu kan baik ya. Visi misinya sama, azasnya juga sama, di mana untuk mensejahterahkan masyarakat. NasDem juga termasuk partai yang mendukung saya dan Pak Gatot pada Pilgubsu 2013. Di samping itu posisi Partai NasDem sebagai pendukung pemerintahan juga tepat karena saya juga wakil gubernur. Kemudian Pak Surya juga termasuk tokoh Sumut. Ini tentu suatu kebanggaan bagi saya, apalagi di antara 12 partai nasional saat ini, tidak ada kita kenal ketua umumnya berasal dari Sumut, selain Pak Paloh. Kedekatan emosional saya dengan beliau juga terjalin baik. Jadi saya pikir antara saya dan NasDem memiliki histori.

 

Apakah Bapak sudah mengundurkan diri dari Golkar?

Secara otomatis saya sudah diberhentikan. Saya pikir tidak perlu lagi saya mengundurkan diri.

 

Hubungan Anda dengan Golkar sekarang bagaimana? Apalagi tokoh Golkar Sumut sempat melontarkan komentar pedas bahwa Anda selama ini tidak memberi kontribusi buat partai?

Saya pikir tidak ada persoalan dengan Golkar. Perkara ada orang suka tidak suka sama saya, itu nomor dua. Politik itu kan tidak ada yang kekal. Bak kata pepatah, jangan percaya apa yang dikatakan orang, tetapi percaya atas apa yang dilakukannya. Menurut saya istilah itu sudah lumrah dipakai dalam politik.

Intinya Paten (Pak Tengku Erry, Red) adalah sahabat semua suku, agama, partai, dan golongan.

 

Apakah ini merupakan bentuk kekecewaan Anda terhadap Golkar, sehingga memilih nyebrang ke NasDem?

Ya, bisa dibilang begitu. Di Golkar Sumut saya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan/Penasihat. Tetapi saya tidak pernah diminta untuk menasihati. Pun begitu, dalam politik kan ini sesuatu yang wajar. Tidak ada kawan dan musuh abadi. Yang ada kepentingan abadi. Tapi yang jelas semua partai memiliki visi yang sama. Apalagi rencana saya sejalan dengan pemerintahan.

 

Bapak juga sempat mau bergabung ke Hanura? Bagaimana ceritanya tiba-tiba sudah menjadi Ketua NasDem Sumut?

“Banyak partai yang minta saya, termasuk Hanura. Awalnya Pak Syarief Hasan (Ketua Harian Partai Demokrat) setahun lalu, sewaktu acara Peringatan Hari Koperasi, juga sempat meminta saya bergabung. Namun tidak ada kelanjutan. Pada saat itu Pak Hasan berjanji akan menyampaikan kepada Pak SBY, tetapi tak kunjung ada jawaban. Sekitar 3 bulan lalu saya dihubungi Pak Surya Paloh untuk bergabung dengan NasDem. Saya pikir ini win-win solution ya. NasDem di dalam pemerintahan, begitupun dengan posisi saya saat ini.

 

Apakah Bapak sudah terima surat keputusan dari NasDem sebagai Ketua DPW? Dan kapan rencana pelantikan Bapak digelar?

Belum. Belum ada. Tetapi secara lisan petinggi partai sudah menyampaikan. Soal pelantikan saya belum tahu. Saya masih menunggu.

 

Dalam komunikasi Anda dengan Surya Paloh, adakah masukan bahwa NasDem memang perlu tokoh? Saya pikir semua partai perlu tokoh ya. Apalagi NasDem kan partai baru, sudah pasti membutuhkan figur berpengalaman. Beliau pinta saya ikut membesarkan NasDem dan tentu bermanfaat untuk masyarakat. Ini tujuan hakikinya.

 

Sebagian pengamat menilai, kepindahan Anda ke NasDem untuk mencari aman. Ada pula yang menyebut hal ini guna memproteksi Anda dari sesuatu negatif, seperti dugaan-dugaan korupsi yang disanggahkan pada Anda sewaktu menjabat Bupati Sergai? Atau juga ada target Bapak dalam waktu dekat ini?

Yang namanya berpartai pastilah memiliki kepentingan. Saya kira pemikiran orang-orang soal proteksi dugaan-dugaan tersebut terlalu jauh. Cari aman juga tidak. Toh saya memiliki rencana yang sama dengan pemerintahan, berpikir untuk memajukan provinsi ini. Kalau bicara Pilkada Gubernur 2018, saya pikir itu terlalu pragmatis. Mending saya pilih kendaraan lebih besar kalau memang itu menjadi target saya.

 

Ke depan strategi apa yang Bapak lakukan jika sudah resmi sebagai Ketua Nasdem Sumut? Kemudian parlemen Sumut dari NasDem gencar menyuarakan interpelasi terhadap Gubsu Gatot Pujo Nugroho, bagaimana tanggapan Bapak?

Saya belum bisa menjawab ini. Namun yang pasti, NasDem harus bergerak untuk kepentingan orang banyak. Di samping pula melihat konstelasi dengan partai-partai lain. Soal interpelasi saya belum bisa campuri. Itu hak mereka (dewan, Red).

 

Apakah Anda optimis dengan bergabung ke partai pendukung pemerintah akan membuat pembangunan Sumut ke depan cepat terwujud. Mengingat akses ataupun komunikasi dengan pusat akan lebih mudah?

Saya pikir kita harus bersinergi dengan pemerintah pusat. Gubernur dan wakil gubernur kan perpanjangan tangan pemerintah pusat. Jadi jelas komunikasi intens harus terus terjalin. (rbb)

Foto: Dok/Sumut Pos Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.
Foto: Dok/Sumut Pos
Tengku Erry Nuradi, memilih hengkang dari Partai Golkar ke Partai Nasdem.

Kenapa Tengku Erry Nuradi memilih menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasional Demokrat (NasDem) Sumut dan meninggalkan ketua dewan pertimbangan/penasihat Golkar Sumut? Di tengah kesibukannya sebagai wakil gubernur Sumatera Utara (wagubsu), Erry akhirnya buka-bukaan kepada wartawan Sumut Pos Pran Wira Hasibuan.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan di ruang kerja Erry di lantai 9 Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro Medan, Kamis (26/2).

 

Apa alasan mendasar Bapak memilih NasDem?

Semua partai itu kan baik ya. Visi misinya sama, azasnya juga sama, di mana untuk mensejahterahkan masyarakat. NasDem juga termasuk partai yang mendukung saya dan Pak Gatot pada Pilgubsu 2013. Di samping itu posisi Partai NasDem sebagai pendukung pemerintahan juga tepat karena saya juga wakil gubernur. Kemudian Pak Surya juga termasuk tokoh Sumut. Ini tentu suatu kebanggaan bagi saya, apalagi di antara 12 partai nasional saat ini, tidak ada kita kenal ketua umumnya berasal dari Sumut, selain Pak Paloh. Kedekatan emosional saya dengan beliau juga terjalin baik. Jadi saya pikir antara saya dan NasDem memiliki histori.

 

Apakah Bapak sudah mengundurkan diri dari Golkar?

Secara otomatis saya sudah diberhentikan. Saya pikir tidak perlu lagi saya mengundurkan diri.

 

Hubungan Anda dengan Golkar sekarang bagaimana? Apalagi tokoh Golkar Sumut sempat melontarkan komentar pedas bahwa Anda selama ini tidak memberi kontribusi buat partai?

Saya pikir tidak ada persoalan dengan Golkar. Perkara ada orang suka tidak suka sama saya, itu nomor dua. Politik itu kan tidak ada yang kekal. Bak kata pepatah, jangan percaya apa yang dikatakan orang, tetapi percaya atas apa yang dilakukannya. Menurut saya istilah itu sudah lumrah dipakai dalam politik.

Intinya Paten (Pak Tengku Erry, Red) adalah sahabat semua suku, agama, partai, dan golongan.

 

Apakah ini merupakan bentuk kekecewaan Anda terhadap Golkar, sehingga memilih nyebrang ke NasDem?

Ya, bisa dibilang begitu. Di Golkar Sumut saya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan/Penasihat. Tetapi saya tidak pernah diminta untuk menasihati. Pun begitu, dalam politik kan ini sesuatu yang wajar. Tidak ada kawan dan musuh abadi. Yang ada kepentingan abadi. Tapi yang jelas semua partai memiliki visi yang sama. Apalagi rencana saya sejalan dengan pemerintahan.

 

Bapak juga sempat mau bergabung ke Hanura? Bagaimana ceritanya tiba-tiba sudah menjadi Ketua NasDem Sumut?

“Banyak partai yang minta saya, termasuk Hanura. Awalnya Pak Syarief Hasan (Ketua Harian Partai Demokrat) setahun lalu, sewaktu acara Peringatan Hari Koperasi, juga sempat meminta saya bergabung. Namun tidak ada kelanjutan. Pada saat itu Pak Hasan berjanji akan menyampaikan kepada Pak SBY, tetapi tak kunjung ada jawaban. Sekitar 3 bulan lalu saya dihubungi Pak Surya Paloh untuk bergabung dengan NasDem. Saya pikir ini win-win solution ya. NasDem di dalam pemerintahan, begitupun dengan posisi saya saat ini.

 

Apakah Bapak sudah terima surat keputusan dari NasDem sebagai Ketua DPW? Dan kapan rencana pelantikan Bapak digelar?

Belum. Belum ada. Tetapi secara lisan petinggi partai sudah menyampaikan. Soal pelantikan saya belum tahu. Saya masih menunggu.

 

Dalam komunikasi Anda dengan Surya Paloh, adakah masukan bahwa NasDem memang perlu tokoh? Saya pikir semua partai perlu tokoh ya. Apalagi NasDem kan partai baru, sudah pasti membutuhkan figur berpengalaman. Beliau pinta saya ikut membesarkan NasDem dan tentu bermanfaat untuk masyarakat. Ini tujuan hakikinya.

 

Sebagian pengamat menilai, kepindahan Anda ke NasDem untuk mencari aman. Ada pula yang menyebut hal ini guna memproteksi Anda dari sesuatu negatif, seperti dugaan-dugaan korupsi yang disanggahkan pada Anda sewaktu menjabat Bupati Sergai? Atau juga ada target Bapak dalam waktu dekat ini?

Yang namanya berpartai pastilah memiliki kepentingan. Saya kira pemikiran orang-orang soal proteksi dugaan-dugaan tersebut terlalu jauh. Cari aman juga tidak. Toh saya memiliki rencana yang sama dengan pemerintahan, berpikir untuk memajukan provinsi ini. Kalau bicara Pilkada Gubernur 2018, saya pikir itu terlalu pragmatis. Mending saya pilih kendaraan lebih besar kalau memang itu menjadi target saya.

 

Ke depan strategi apa yang Bapak lakukan jika sudah resmi sebagai Ketua Nasdem Sumut? Kemudian parlemen Sumut dari NasDem gencar menyuarakan interpelasi terhadap Gubsu Gatot Pujo Nugroho, bagaimana tanggapan Bapak?

Saya belum bisa menjawab ini. Namun yang pasti, NasDem harus bergerak untuk kepentingan orang banyak. Di samping pula melihat konstelasi dengan partai-partai lain. Soal interpelasi saya belum bisa campuri. Itu hak mereka (dewan, Red).

 

Apakah Anda optimis dengan bergabung ke partai pendukung pemerintah akan membuat pembangunan Sumut ke depan cepat terwujud. Mengingat akses ataupun komunikasi dengan pusat akan lebih mudah?

Saya pikir kita harus bersinergi dengan pemerintah pusat. Gubernur dan wakil gubernur kan perpanjangan tangan pemerintah pusat. Jadi jelas komunikasi intens harus terus terjalin. (rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/