Tapi ternyata kian malam kian seru. Kelompok Mahathir terus mengungguli BN. Kian jauh jaraknya. Tidak tahu apa yang akan terjadi 10 jam lagi. Ketika hasilnya sudah final.
”Ini benar-benar tsunami terjadi di Malaysia,” kata teman saya itu. ”Tidak mengira Johor bisa terkena tsunami,” tambahnya.
Johor adalah negara bagian yang paling mencolok investasi barunya. Dari Tiongkok. Di bidang real estate.
Lihatlah proyek Forrest City. Yang menghadap Singapura itu. Luar biasa. Kota baru yang penuh pencakar langit.
”Tapi kami hanya bisa menontonnya,” ujar sopir taksi yang mengantar saya di Forrest City. Dua bulan lalu.
”Harganya tidak terjangkau oleh kami-kami ini,” tambahnya. Itu, katanya, jadi rasanan publik. Hanya menambah dalamnya jurang. Antara kaya dan miskin.
Johor seumur hidup jadi tambang suara BN. Sultannya sangat kuat. Anti-Mahathir pula. Ini karena Mahathir pernah mengurangi kekuasaan para sultan. Saat Mahathir menjabat perdana menteri dulu.
Kini Johor Jebol. Sultan memiliki 40 persen saham di proyek itu. Dengan cara setor tanah. Yang 60 persen dari investor swasta Tiongkok: perusahaan real estate terbesar di sana.
Kuala Lumpur jangan ditanya: kembali dikuasai habis oposisi. Rakyat Malaysia sudah membuat pilihan. Lebih memilih orang tua itu. Yang saat kampanye terakhir terkena demam itu.
Ada lima isyu utama menjelang Undian Raya ini. 1) Harga sembako terus naik. 2) Dua bulan lagi berlaku pajak baru: PPN. Yang Malaysia sangat telat menerapkannya.
3) Investasi Tiongkok yang dianggap berlebihan dan mahal. 4) Utang luar negeri negara terus melambung. Padahal Mahathir membangun Malaysia dulu tanpa hutang.
5) Mega korupsi 700 juta dolar. Yang langsung terkait ke perdana menteri. Dan istrinya. Yang hobinya belanja barang mewah; sepatu, tas, perhiasan. Dan memamerkannya.
Kini sang istri menuai hasilnya. Dan memberikan ‘hadiah’ termahal bagi karir politik suaminya. (dis)