Memang tidak ada angka yang menyebutkan korban meninggal karena radiasi. Semua korban, 18.000 orang, meninggal karena tsunami. Bukan karena nuklir. Ditambah akibat kepanikan dua hari setelah tsunami. Yakni ketika berita ini tersiar: reaktor nuklir meleleh.
Mereka lari. Mengungsi. Dan diungsikan. Pengungsi tsunami diungsikan lagi. Panik. Mencekam. Menakutkan.
Sejak itu 54 PLTN di seluruh Jepang dihentikan. Krisis listrik di mana-mana. Sekitar 15 persen kebutuhan lustrik Jepang berasal dari nuklir.
Trauma itu berangsur menurun. Dimakan waktu. Penduduk mulai kembali ke kampungnya. Tapi yang berada di jarak 20 km dari PLTN masih belum diijinkan pulang. Kecuali yang nekat. Seperti petani tua tadi.
Di luar itu kehidupan mulai normal. Bahkan ekonomi menggeliat lebih ramai. Banyak proyek. Ny Abe membuka kembali bisnis pemakamannya. Bahkan membuka usaha baru: kontraktor, restoran, hotel, fasilitas kesehatan, termasuk bisnis oxygen.
Semua daerah pantai yang landai ditanggul. Sibuk sekali. Proyek tanggul sepanjang ratusan kilometer.
Kini satu persatu PLTN mengajukan ijin operasi lagi. Sudah 25 yang mengajukan. Termasuk PLTN Genka. Yang dibangun mepet dengan kota. Bahkan di belakang tembok komplek Genka pun sudah penuh dengan penduduk. Saya pernah masuk ke PLTN ini tujuh tahun lalu. Dan melihat penduduk sekitarnya masih damai saat itu.
Mereka yang mengajukan ijin itu adalah yang merasa sudah melakukan pengecekan keamanan. Yang sangat rumit. Dan teliti. Tapi sampai hari ini baru dua yang diijinkan. Yang di propinsi Kagoshima. Wilayah selatan. Masih satu propinsi dengan Genka tapi di sisi pantai yang berbeda.
Penentangan tenaga nuklir masih sangat kuat. Yang di Kagoshima itu pun masih didemo. Di depan pintu gerbangnya. Tiap hari. Sesekali demo itu diikuti artis. Atau mantan perdana menteri.
Kelihatannya masa depan PLTN sangat suram. Terutama yang menggunakan bahan bakar uranium. Yang kalau tidak dijaga kedinginannya memanas tidak terkendali.
Tapi penggunaan nuklir sulit juga dihindari.
Itulah sebabnya kini bahan bakar thorium bakal naik panggung. Menggantikan uranium.
Thorium tidak seperti uranium. Tidak akan memanas bila tidak ada pendinginnya. Kita punya sumber thorium di dalam negeri.
Jepang sendiri saat itu belum melirik thorium. Jepang zaman itu memang kepepet. Haus listrik. Dahaga energi. Untuk ekonomi. Itulah tahun-tahun di mana ekonomi Jepang sedang tumbuh gila-gilaan. Di atas 10 persen setiap tahun. Selama hampir 15 tahun. Antara 1955-1973. Mirip dengan Tiongkok antara 1995-2012.
Saat itulah Jepang memasuki era nuklir. Dengan bahan bakar uranium.
Kini setelah ekonomi Jepang maju dan rakyatnya modern, mereka menolak nuklir. Kebetulan ekonominya juga tidak terlalu tumbuh lagi. Sudah digeser Tiongkok.
Jepang sebenarnya punya banyak sumber energi panas bumi. Tapi sulit dapat ijin. Dari penduduk setempat. Mereka menentang panas bumi jadi listrik. Terutama mereka yang punya usaha villa dan spa. Atau usaha pemandian air hangat di gunung.(*)