32.8 C
Medan
Tuesday, April 30, 2024

Perubahan Iklim Menambah Intensitas Turbulensi Pesawat

Ilustrasi : sebuah studi menunjukan turbulensi pada penerbangan dapat meningkat akibat perubahan iklim.

SUMUTPOS.CO – Menurut studi baru perubahan iklim bisa menyebabkan penumpang pesawat kemungkinan merasakan turbulensi yang bertambah kuat.

Peneliti di Universitas Reading di Inggris mengatakan ‘turbulensi yang cukup kuat yang dapat melepas sabuk-pengaman dan melempar penumpang serta awak kabin pesawat dari tempat duduk mereka’ bisa dua atau tiga kali lebih sering terjadi.

‘Bagi sebagian besar penumpang turbulensi ringan tidak lebih dari hanya gangguan ringan yang tidak mengenakkan, tetapi bagi penumpang yang takut turbulensi ringan sekalipun bisa menegangkan’ kata Paul Williams yang melakukan penelitian itu.

Namun, seorang kawakan dan sering terbang sekalipun bisa cemas jika turbulensi meningkat 149% yang acapkali membuat penumpang dan peramugari diangkut ke rumahsakit.

Secara khusus peneliti menggunakan model-model supercomputer untuk mengetahui bagaimana turbulensi pada udara jernih transatlantic pada ketinggian 12 kilometer akan berubah jika kadar karbon-dioksida di atmosfir dua kali lebih tinggi yang bisa terjadi pada akhir abad ini.

Model itu menunjukkan turbulensi ringan bisa meningkat 59%, ringan sampai moderat naik 75%, moderat sampai kuat meningkat 127% dan turbulensi hebat naik 149%.

Sebabnya, kata peneliti, perubahan iklim “membangkitkan wind shears yang lebih kuat pada jet stream”.

Studi baru kami, kata Williams, menunjukkan gambaran paling rinci bagaimana turbulensi dalam penerbangan bereaksi terhadap perubahan iklim. (voa)

Ilustrasi : sebuah studi menunjukan turbulensi pada penerbangan dapat meningkat akibat perubahan iklim.

SUMUTPOS.CO – Menurut studi baru perubahan iklim bisa menyebabkan penumpang pesawat kemungkinan merasakan turbulensi yang bertambah kuat.

Peneliti di Universitas Reading di Inggris mengatakan ‘turbulensi yang cukup kuat yang dapat melepas sabuk-pengaman dan melempar penumpang serta awak kabin pesawat dari tempat duduk mereka’ bisa dua atau tiga kali lebih sering terjadi.

‘Bagi sebagian besar penumpang turbulensi ringan tidak lebih dari hanya gangguan ringan yang tidak mengenakkan, tetapi bagi penumpang yang takut turbulensi ringan sekalipun bisa menegangkan’ kata Paul Williams yang melakukan penelitian itu.

Namun, seorang kawakan dan sering terbang sekalipun bisa cemas jika turbulensi meningkat 149% yang acapkali membuat penumpang dan peramugari diangkut ke rumahsakit.

Secara khusus peneliti menggunakan model-model supercomputer untuk mengetahui bagaimana turbulensi pada udara jernih transatlantic pada ketinggian 12 kilometer akan berubah jika kadar karbon-dioksida di atmosfir dua kali lebih tinggi yang bisa terjadi pada akhir abad ini.

Model itu menunjukkan turbulensi ringan bisa meningkat 59%, ringan sampai moderat naik 75%, moderat sampai kuat meningkat 127% dan turbulensi hebat naik 149%.

Sebabnya, kata peneliti, perubahan iklim “membangkitkan wind shears yang lebih kuat pada jet stream”.

Studi baru kami, kata Williams, menunjukkan gambaran paling rinci bagaimana turbulensi dalam penerbangan bereaksi terhadap perubahan iklim. (voa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/