26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Jangan Lewatkan Tujuh Ritual di Festival Tabuik Pariaman 2017

Di Pariaman, Sumbar, pada 20 September-1 Oktober 2017, akan ada tujuh ritual Festival Tabuik yang sangat tersohor itu.

SUMBAR, SUMUTPOS.CO – Bagi anda para travellers, yang cinta wisata budaya, jangan lewatkan yang satu ini. Di Pariaman, Sumbar, pada 20 September-1 Oktober 2017, akan ada tujuh ritual Festival Tabuik yang sangat tersohor itu.

“Festival Tabuik merupakan salah satu tradisi tahunan dalam masyarakat Pariaman dan merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali, 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang di padang Karbala. Acara ini sangat menarik,”kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman, Efendi Jamal.

Tabuik sendiri adalah sebuah patung Buraq, makhluk majestik yang menyerupai seekor kuda bersayap dengan kepala wanita, yang terbuat dari bambu, rotan dan kertas. Di punggungnya terdapat sebuah peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung.

Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.

Perhelatan tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang di padang Karbala.

Rangkaian kegiatannya? Lanjut Efendi Jamal, terdiri dari tujuh tahapan ritual tabuik, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.

“Prosesi dimulai dengan mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharram. Menebang batang pisang dilaksanakan pada hari ke-5 Muharram. Mataam pada hari ke-7, dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya. Pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban,” lanjutnya

Acara puncak pada tanggal 10 Muharram, dilakukan ritual tabuik naik pangkek dan dilanjutkan dengan hoyak tabuik. “Sebagai ritual penutup, menjelang maghrib tabuik setinggi 12 meter ini diarak menuju pantai dan dilarung ke laut,” tambahnya

Tabuik sendiri adalah sebuah patung Buraq, makhluk majestik yang menyerupai seekor kuda bersayap dengan kepala wanita, yang terbuat dari bambu, rotan dan kertas. Di punggungnya terdapat sebuah peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung.

Setiap tahunnya puncak acara tabuik selalu disaksikan ratusan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Pantai Gandoriah yang menjadi titik pusat perhatian seakan menjadi lautan manusia, khususnya menjelang prosesi tabuik diarak menuju pantai.

“Even ini memang sebagai festival wisata untuk mendatangkan turis dan menggerakkan perekonomian Pariaman. Festival ini merupakan even wisata terbesar yang menarik wisatawan dari luar ke Pariaman, Ini murni kegiatan pariwisata,”ungkapnya.

Selain Festival Tabuik, Pariaman, sebuah kota yang terletak sekitar 60 km dari Padang Sumatera Barat juga menawarkan beragam potensi wisata bahari.

Sejauh ini obyek wisata bahari cukup diminati oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.Kota Pariaman kaya akan obyek wisata bahari yang ada disepanjang 12,5 kilometer panjang pantai kota ini.

Disamping obyek wisata pantai, Kota Pariaman juga memiliki panorama bawah laut yang cukup memukau dan kaya akan keindahan terumbu karang di dalamnya. “Kita juga memiliki enam buah pulau yang bernuansa eksotis serta kekayaan tradisi budaya yang telah lama diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu,semuanya bia dinikmati da di eksplore” ujarnya.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sendiri  mendukung program-program pengembangan wisata dengan cara terus memperkenalkan kesenian pariwisata nagari masing-masing dengan spesifikasi ikon keunikan dan kecantikan obyek wisata yang ada.

“Festival ini diharapkan mampu menjadi sebuah kegiatan bersama atas pentingnya budaya asli atau kearifan lokal, dengan demikian, kegiatannya diharapkan mampu membangkitkan kawasan wisata dan cinta alam, khususnya wisata budaya, selain mengingatkan kembali bahwa Pariaman sebagai daerah tujuan wisata yang bersejarah,” ungkap Menpar Arief Yahya. (rel)

Di Pariaman, Sumbar, pada 20 September-1 Oktober 2017, akan ada tujuh ritual Festival Tabuik yang sangat tersohor itu.

SUMBAR, SUMUTPOS.CO – Bagi anda para travellers, yang cinta wisata budaya, jangan lewatkan yang satu ini. Di Pariaman, Sumbar, pada 20 September-1 Oktober 2017, akan ada tujuh ritual Festival Tabuik yang sangat tersohor itu.

“Festival Tabuik merupakan salah satu tradisi tahunan dalam masyarakat Pariaman dan merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali, 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang di padang Karbala. Acara ini sangat menarik,”kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pariaman, Efendi Jamal.

Tabuik sendiri adalah sebuah patung Buraq, makhluk majestik yang menyerupai seekor kuda bersayap dengan kepala wanita, yang terbuat dari bambu, rotan dan kertas. Di punggungnya terdapat sebuah peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung.

Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.

Perhelatan tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein beserta keluarganya wafat dalam perang di padang Karbala.

Rangkaian kegiatannya? Lanjut Efendi Jamal, terdiri dari tujuh tahapan ritual tabuik, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.

“Prosesi dimulai dengan mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharram. Menebang batang pisang dilaksanakan pada hari ke-5 Muharram. Mataam pada hari ke-7, dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya. Pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban,” lanjutnya

Acara puncak pada tanggal 10 Muharram, dilakukan ritual tabuik naik pangkek dan dilanjutkan dengan hoyak tabuik. “Sebagai ritual penutup, menjelang maghrib tabuik setinggi 12 meter ini diarak menuju pantai dan dilarung ke laut,” tambahnya

Tabuik sendiri adalah sebuah patung Buraq, makhluk majestik yang menyerupai seekor kuda bersayap dengan kepala wanita, yang terbuat dari bambu, rotan dan kertas. Di punggungnya terdapat sebuah peti yang berisi perhiasan dekoratif dan payung.

Setiap tahunnya puncak acara tabuik selalu disaksikan ratusan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Pantai Gandoriah yang menjadi titik pusat perhatian seakan menjadi lautan manusia, khususnya menjelang prosesi tabuik diarak menuju pantai.

“Even ini memang sebagai festival wisata untuk mendatangkan turis dan menggerakkan perekonomian Pariaman. Festival ini merupakan even wisata terbesar yang menarik wisatawan dari luar ke Pariaman, Ini murni kegiatan pariwisata,”ungkapnya.

Selain Festival Tabuik, Pariaman, sebuah kota yang terletak sekitar 60 km dari Padang Sumatera Barat juga menawarkan beragam potensi wisata bahari.

Sejauh ini obyek wisata bahari cukup diminati oleh wisatawan domestik maupun mancanegara.Kota Pariaman kaya akan obyek wisata bahari yang ada disepanjang 12,5 kilometer panjang pantai kota ini.

Disamping obyek wisata pantai, Kota Pariaman juga memiliki panorama bawah laut yang cukup memukau dan kaya akan keindahan terumbu karang di dalamnya. “Kita juga memiliki enam buah pulau yang bernuansa eksotis serta kekayaan tradisi budaya yang telah lama diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu,semuanya bia dinikmati da di eksplore” ujarnya.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sendiri  mendukung program-program pengembangan wisata dengan cara terus memperkenalkan kesenian pariwisata nagari masing-masing dengan spesifikasi ikon keunikan dan kecantikan obyek wisata yang ada.

“Festival ini diharapkan mampu menjadi sebuah kegiatan bersama atas pentingnya budaya asli atau kearifan lokal, dengan demikian, kegiatannya diharapkan mampu membangkitkan kawasan wisata dan cinta alam, khususnya wisata budaya, selain mengingatkan kembali bahwa Pariaman sebagai daerah tujuan wisata yang bersejarah,” ungkap Menpar Arief Yahya. (rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/