27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Menpar Arief Yahya : AP II Lulus dengan Cum Laude!

Dari total seat capacity of international flight tahun 2016, AP II memberikan kontribusi sebesar 62,6%, yaitu sebesar 12,2 juta. Sedangkan jumlah wisman yang melalui bandara AP II mempunyai kontribusi sebesar 33,3% dari total wisman Indonesia melalui transportasi udara.

AP II saat ini mengoperasikan 13 bandara, dimana 10 bandaranya sudah menjadi bandara internasional. Tiga lainnya seperti Silangit di Danau Toba, Sultan Taha di Jambi, Depati Amir di Pangkal Pinang yang dalam proses pengembangan menjadi bandara internasional. AP II sendiri juga sudah melakukan sistem ‘Go Digital’ sebagai bentuk pelayanannya di bandara yang mereka kelola.

Program ‘Go Digital’ yang digagas Awaluddin itu untuk mempercepat dan memberikan pelayanan bagi para penumpang, baik saat melakukan check in hingga mengetahui estimasi kedatangan barang dari bagasi yang sering menjadi keluhan penumpang.

“Kita sudah meluncurkan aplikasi Indonesia Airport, akan terus disempurnakan fitur-fiturnya. Karena ini tidak hanya AP II, tapi juga bergantung pada kesiapan institusi lain, seperti Airlines dan Air Navigation. Awal Semester 2 Kami targetkan lengkap, sehingga go digital di AP II berjalan,” jelasnya.

Menangani 100 juta pengguna jasa transportasi udara di terminal AP II itu harus beda dengan ketika masih puluhan ribu orang. Beda pendekatan, beda cara, dan beda strategi. “Tidak mungkin tanpa digital!” tuturnya.

Customers tidak peduli, bandara dikelola dengan cara apapun, mau menjadi smart airport, digital airport, atau apapun. Yang mereka pikirkan adalah nyaman, cepat, mudah, menunggu bagasi tidak boleh lebih 10 menit. “Karena itu, AP II pun harus turun tangan membantu ground handling seperti bagasi, yang sebenarnya itu tugas masing-masing airlines,” katanya.

Sama dengan tourism, airport operator pun harus Go Digital. Sejak check in penumpang yang sudah digital sebanyak 88%, memesan tiket pesawat 92% dengan cara digital. “Ini persis seperti yang sedang dijalani Kemenpar,” sebut Awal.

Manajemen bagasi, kata dia, itu hal yang paling kritis, karena bersentuhan dengan customers-nya Airlines. “Kami terus mencari cara agar  pelayanan bagasi tidak mencapai 10 menit. Dan kami sudah memasang kamera agar bisa memantau bagasi kita dan bisa mencari tahu kapan terakhir bagasi datang,¡± terang Awaluddin.

Awaluddin berharap, dengan program ‘Go Digital’ AP II melalui mobile apps-nya Indonesia Airport, akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi penumpang yang ada di bandara. Itu juga meminimalisasi kesalahan pada saat menggunakan jasa transportasi udara.

Bahkan soal delay time, kata Awal, AP II juga harus ikut memikirkan solusi sistemiknya, sehingga bisa meminimalisasi berbagai alasan penundaan.

“Apakah kita bisa? Jawabannya harus bisa! Buat mereka sederhana, mereka ingin nyaman di bandara, ontime, bagasi cepat, nyaman dan tidak ribet. Apakah kita mampu mengelola jutaan orang jika tidak menggunakan digital” pungkas Awaluddin. (rel)

 

 

Dari total seat capacity of international flight tahun 2016, AP II memberikan kontribusi sebesar 62,6%, yaitu sebesar 12,2 juta. Sedangkan jumlah wisman yang melalui bandara AP II mempunyai kontribusi sebesar 33,3% dari total wisman Indonesia melalui transportasi udara.

AP II saat ini mengoperasikan 13 bandara, dimana 10 bandaranya sudah menjadi bandara internasional. Tiga lainnya seperti Silangit di Danau Toba, Sultan Taha di Jambi, Depati Amir di Pangkal Pinang yang dalam proses pengembangan menjadi bandara internasional. AP II sendiri juga sudah melakukan sistem ‘Go Digital’ sebagai bentuk pelayanannya di bandara yang mereka kelola.

Program ‘Go Digital’ yang digagas Awaluddin itu untuk mempercepat dan memberikan pelayanan bagi para penumpang, baik saat melakukan check in hingga mengetahui estimasi kedatangan barang dari bagasi yang sering menjadi keluhan penumpang.

“Kita sudah meluncurkan aplikasi Indonesia Airport, akan terus disempurnakan fitur-fiturnya. Karena ini tidak hanya AP II, tapi juga bergantung pada kesiapan institusi lain, seperti Airlines dan Air Navigation. Awal Semester 2 Kami targetkan lengkap, sehingga go digital di AP II berjalan,” jelasnya.

Menangani 100 juta pengguna jasa transportasi udara di terminal AP II itu harus beda dengan ketika masih puluhan ribu orang. Beda pendekatan, beda cara, dan beda strategi. “Tidak mungkin tanpa digital!” tuturnya.

Customers tidak peduli, bandara dikelola dengan cara apapun, mau menjadi smart airport, digital airport, atau apapun. Yang mereka pikirkan adalah nyaman, cepat, mudah, menunggu bagasi tidak boleh lebih 10 menit. “Karena itu, AP II pun harus turun tangan membantu ground handling seperti bagasi, yang sebenarnya itu tugas masing-masing airlines,” katanya.

Sama dengan tourism, airport operator pun harus Go Digital. Sejak check in penumpang yang sudah digital sebanyak 88%, memesan tiket pesawat 92% dengan cara digital. “Ini persis seperti yang sedang dijalani Kemenpar,” sebut Awal.

Manajemen bagasi, kata dia, itu hal yang paling kritis, karena bersentuhan dengan customers-nya Airlines. “Kami terus mencari cara agar  pelayanan bagasi tidak mencapai 10 menit. Dan kami sudah memasang kamera agar bisa memantau bagasi kita dan bisa mencari tahu kapan terakhir bagasi datang,¡± terang Awaluddin.

Awaluddin berharap, dengan program ‘Go Digital’ AP II melalui mobile apps-nya Indonesia Airport, akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi penumpang yang ada di bandara. Itu juga meminimalisasi kesalahan pada saat menggunakan jasa transportasi udara.

Bahkan soal delay time, kata Awal, AP II juga harus ikut memikirkan solusi sistemiknya, sehingga bisa meminimalisasi berbagai alasan penundaan.

“Apakah kita bisa? Jawabannya harus bisa! Buat mereka sederhana, mereka ingin nyaman di bandara, ontime, bagasi cepat, nyaman dan tidak ribet. Apakah kita mampu mengelola jutaan orang jika tidak menggunakan digital” pungkas Awaluddin. (rel)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/