Hari kedua, peserta diajak menikmati Taman Lumbini, Pasar buah Berastagi dan berselfie ria dengan pemandangan Gunung Sibayak dan Sinabung. Hari berikutnya, semua diajak mengunjungi air Terjun Sipiso Piso dan menuju kawasan Parapat. Dua tempat sekaligus didatangi Kampung Tomok di Pulau samosir dan Kampung Ambarita. Dan selama di Medan, turis Malaysia ini juga diajak menikmati kuliner di beberapa tempat yaitu Taman Simalem, Niagara Hotel dan Mikie Holiday Resort
Lantas mengapa Malaysia yang dipilih? Alasan utamanya, Malaysia memang saat ini menjadi fokus karena para wisatawan. Letaknya pun tak jauh. Jadi wisman asal Malaysia tidak harus jauh-jauh ke Indonesia kalau hendak berwisata.
“Destinasi wisata Indonesia juga menawarkan destinasi halal (seperti di Aceh dan Sumatera Utara. Ini sesuai dengan karakteristik mayoritas Melayu di Malaysia. Karenanya Kemenpar dan KBRI mendorong arus wisatawan ke destinasi-destinasi halal di Indonesia. Tersedianya 14 titik masuk penerbangan dari Malaysia dan tujuh titik jalur pelayaran bilateral menjadi nilai tambah pengembangan arus wisatawan khususnya ke destinasi halal Indonesia,” paparnya.
Menpar Arief Yahya sendiri menilai Famtrip ini juga menjadi momentum untuk membuktikan kepada pelaku industri pariwisata Malaysia bahwa Aceh dan Sumatera Utara layak untuk dikunjung. Destinasi wisatanya aman, nyaman dan menarik. “Kita akan terus membangun industri pariwisata Aceh dan menjadikan negara-negara ASEAN, khususnya Malaysia sebagai salah satu pasar utama wisatawan ke Aceh dan melakukan berbagai upaya pembangunan industri pariwisata,” tuturnya.
Selain itu, Arief yahya juga mengkategorikan famtrip itu sebagai selling. Dalam framework BAS Branding, Advertising, selling menjadi salah satu rumus strategi promosi Kemenpar. “Famtrip, mendatangkan endorser pariwisata, pelaku bisnis pariwisata, media, itu penting untuk serangan udara, efektif mempengaruhi opini publik traveler. Karena itu, harus menggunakan media Malaysia yang dibaca oleh masyarakat di sana,” tandasnya. (rel)