BALI, SUMUTPOS.CO – Gelaran Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2017 sukses digelar. Perhelatan sastra dan seni budaya internasional di Bali ini rampung, Minggu, (29/10) di Ubud, Bali. Gelaran tersebut sekaligus membuat wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, Meeting) di Pulau Dewata terus berada di jalurnya alias on the track.
Selama lima hari, event UWRF ini diisi dengan beragam acara seperti workshop, bedah buku, diskusi budaya, wisata kuliner dan bazar makanan. Beragam kegiatan UWRF 2017 tersebar di 30 Venue antara lain di Amandari, Bar Luna, Bentara Budaya, Neka Museum, Blanco Renaissance Museum dan Taman Baca Ubud.
”UWRF telah mendapatkan pengakuan internasional sebagai salah satu event seni dan sastra terbesar di kawasan Asia Tenggara. Sejak pertama kali bergulir 2004, UWRF menjadi ajang pertemuan penulis dan seniman dari dalam dan luar negeri. Kehadiran semua peserta dari luar negri ini membuktikan bahwa MICE di Bali terus bertumbuh pesat,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti yang juga diamini Kepala Bidang Wisata Buatan Kemenpar Ni Putu Gayatri.
Melalui event ini kunjungan wisatawan ke Bali dipastikan bakal semakin meningkat menjelang tutup tahun 2017. Data kunjungan wisatawan ke Bali dari pintu masuk melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai per-Januari 2017 mencapai 456.484 orang, dengan presentase pertumbuhan mencapai 31.05% dari 2016 sebanyak 348.337 orang. Pada 2015 lalu, kunjungan ke UWRF mencapai 31 ribu orang. Kunjungan wisatawan MICE ke Bali setiap tahun mengalami pertumbuhan signifikan. Data Dinas Pariwisata di Bali mencatat, wisman MICE selama 2015 sebanyak 174,480 jumlah ini meningkat dari 2014 sebesar 164,225.
Lebih lanjut Esthy menambahkan, sebagai promosi pariwisata MICE, UWRF mempromosikan Indonesia dalam literatur, sudut pandang, dan memberikan nilai tambah berupa pengalaman lain kepada para pengunjung lebih dari sekadar mengunjungi destinasi wisata. Kata Esthy, literasi berupa karya sastra menjadi ‘senjata’ untuk menggali potensi lain pariwisata di Bali.
“Pekerjaan sastra sarana ampuh membentuk persepsi masyarakat tentang subjek tertentu, di wilayah dan bahkan tujuan wisata. Sepanjang sejarah industri pariwisata di Bali, sastra fiksi maupun non-fiksi selalu memainkan peranan peranan penting untuk membangun paradigma di pulau ini. Citra positif merupakan aset berharga untuk destinasi wisata di sini,” ujar Esthy yang juga diamini Gayatri.
UWRF tahun ini mengambil tema Origins di tengah kerusuhan global dan gejolak politik. ‘Origins’ mengundang orang melihat gambaran besar. Bukan hanya berkontemplasi tentang hubungan antarperorangan tapi bersama-sama sebagai umat manusia di planet ini dari masa ke masa. Tema Origin terinspirasi dari filosofi Hindu, “Sangkan Paraning Dumadi” bermakna hubungan kekal manusia dengan asal muasal manusia, tempat manusia bakal kembali kelak.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya angkat topi untuk gelaran UWRF 2017 lantaran berhasil mengundang banyak pembicara berskala dunia dan mampu menjaring ribuan wisman dan wisnus untuk ambil bagian di acara ini. Mantan Direktur Utama PT Telkom ini menilai, Bali punya banyak alternatif wisata, termasuk MICE melalui kegiatan UWRF.
”Bali memiliki jenis wisata paling lengkap. Memiliki budaya kuat, alam hebat, dan wisata buatan juga kreatif, termasuk di MICE. Saya percaya keindahan Ubud serta kekuatan seni dan budaya Bali juga keindahan alam di sini dapat menjadi inspirasi bagi para penulis. Selamat berfestival. Salam Wonderful Indonesia,” ujar Menpar Arief. (rel)