28.9 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Alat Kontrasepsi Jangka Panjang Lebih Efektif

Alat kontrasepsi
Alat kontrasepsi

JAKARTA-

Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang berupa spiral (IUD) dan implan atau susuk, masih rendah. Padahal, alat kontrasepsi ini sangat efektif mengendalikan jumlah penduduk mengingat masa pakainya 3-8 tahun. Sementara kontrasepsi jangka pendek rentan lupa sehingga merepotkan.

 

“Memang menggunakan alat kontrasepsi itu pilihan, tetapi untuk spiral dan implan itu yang paling efektif dibandingkan alat lainnya. Kontrasepsi harian atau bulanan ternyata banyak lupanya. Kalau jangka panjang kan tidak harus repot,” kata Dr Wendy Hartanto MA selaku Plt Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN dalam keterangan persnya, Minggu (22/9).

 

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang dicatatnya, sebanyak 62 persen menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional. Dengan rincian empat persen IUD, suntik 32 persen, susuk tiga persen, pil 14 persen. Untuk penggunaan IUD sendiri angkanya terus menurus. Pada 1991 mencapai 13 persen, lalu menurun 10 persen, menurun lagi hingga empat persen. “Trennya banyak yang memilih suntik dan pil karena dianggap lebih praktis, padahal banyak yang drop,” ungkapnya.

 

Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang. Sebab, akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali. Angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya 6 dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik.

 

Sementara untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100. Selain itu alat kontrasepsi IUD juga bisa bertahan hingga delapan tahun. (jpnn)

Alat kontrasepsi
Alat kontrasepsi

JAKARTA-

Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang berupa spiral (IUD) dan implan atau susuk, masih rendah. Padahal, alat kontrasepsi ini sangat efektif mengendalikan jumlah penduduk mengingat masa pakainya 3-8 tahun. Sementara kontrasepsi jangka pendek rentan lupa sehingga merepotkan.

 

“Memang menggunakan alat kontrasepsi itu pilihan, tetapi untuk spiral dan implan itu yang paling efektif dibandingkan alat lainnya. Kontrasepsi harian atau bulanan ternyata banyak lupanya. Kalau jangka panjang kan tidak harus repot,” kata Dr Wendy Hartanto MA selaku Plt Deputi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN dalam keterangan persnya, Minggu (22/9).

 

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang dicatatnya, sebanyak 62 persen menggunakan alat kontrasepsi modern dan tradisional. Dengan rincian empat persen IUD, suntik 32 persen, susuk tiga persen, pil 14 persen. Untuk penggunaan IUD sendiri angkanya terus menurus. Pada 1991 mencapai 13 persen, lalu menurun 10 persen, menurun lagi hingga empat persen. “Trennya banyak yang memilih suntik dan pil karena dianggap lebih praktis, padahal banyak yang drop,” ungkapnya.

 

Menurut Wendy, pemakaian alat kontrasepsi jangka pendek akan berisiko gagal lebih besar ketimbang IUD yang berjangka panjang. Sebab, akseptor bisa saja lupa melakukan suntik KB yang dilakukan setiap bulan sekali. Angka kegagalan metode suntik juga cukup tinggi mencapai 6/100. Artinya 6 dari 100 penggunanya hamil setelah menggunakan suntik.

 

Sementara untuk metode IUD, angka kegagalannya sangat rendah hanya 0,8 per 100. Selain itu alat kontrasepsi IUD juga bisa bertahan hingga delapan tahun. (jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/