31.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Waspadai Virus Mers Coronavirus

Seluruh jemaah haji dari Embarkasi Medan diminta mewaspadai kemungkinan munculnya penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Mers-COV). Penyakit saluran pernapasan muncul akibat virus yang bisa ditularkan oleh kelelawar dan unta.

“Jamaah haji Embarkasi Medan disarankan memakai masker pelindung hidung dan mulut di tempat ramai, seperti Masjid Nabawi, Masjidil Haram dan tempat lainnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan drg Usma Polita.

Dikatakan Usma, MERS merupakan salah satu jenis virus yang menyerang organ pernafasan manusia. Ini merupakan jenis penyakit saluran pernafasan yang bisa mengakibatkan kematian. MERS-Cov merupakan kependekan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus (Novel Corona Virus). “Sejauh ini tidak ada pengobatan khusus untuk MERS, hanya terapi suportif untuk gejala dan tidak ada vaksin, sehingga perlindungan terbaik adalah pencegahan,” ujar dia.

Usma mengatakan, setelah kepulangan jamaah haji Embarkasi Medan ke Tanah Air, Puskesmas di Medan akan memantau kesehatan jamaah selama dua pekan dengan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH) ke Puskesmas terdekat. “Dalam proses pemulangan jamaah haji di Asrama Haji maka jamaah haji diperiksa dengan thermoscanner, jika sehat maka jamaah akan langsung pulang ke rumah dengan membawa K3JH,” kata Usma Polita, Kamis (30/8).

Namun, lanjutnya, jika jamaah haji sakit saat diperiksa dengan thermoscanner di Asrama Haji mengalami demam tinggi, maka akan diperiksa di klinik Asrama Haji Medan. “Bila memerlukan rujukan maka akan dirujuk di RS Haji Medan. Tapi ketika setelah di rumah mengalami sakit, maka wajib berobat ke RS dengan membawa K3JH ke Puskesmas se tempat,” ujarnya.

Sementara itu, Penanggungjawab Kesehatan Haji di Puskesmas Bestari dr. Indra mengatakan, pemantauan jamaah haji selama dua pekan itu untuk melihat apakah ada penyakit tertentu yang terpapar selama pelaksanaan ibadah haji.

“Ini mencegah jamaah membawa penyakit menular dan berbahaya dari Arab. Kebijakan ini sebenarnya tidak hanya untuk haji tapi untuk semua mereka yang baru datang dari luar negeri,” ungkapnya.

Dia juga menganjurkan para jamaah haji setiba dari Arab Saudi untuk istirahat kurang lebih 2 minggu guna memulihkan stamina. “Kurangi aktivitas terlebih dulu, istirahat yang cukup dan makan yang bergizi untuk memulihkan kesehatannya terlebih dulu setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat selama 40 hari,” kata Agustama lagi.

Menurut Indra, biasanya banyak jamaah haji yang alami batuk dan demam usai pulang dari Tanah Suci karena perubahan cuaca saat berada di Tanah Suci. “Jika sebelum 14 hari usai pulang dari Tanah Suci mengalami sakit demam dan sesak nafas, segera periksakan diri ke layanan kesehatan. Tunjukkan kartu kesehatan haji kepada petugas kesehatan, bilang ke mereka kalau Anda baru pulang dari Arab Saudi,” pungkasnya.

Jamaah Madina Miqot di Hudaibiyah
Sementara itu, usai melaksanakan puncak haji, jamaah Kabupaten Mandailing Natal pada Kloter 3/MES menunaikan ibadah umroh yang kali ini mengambil Miqot di Masjid Hudaibiyah.

TPIHI Kloter 3/MES H Ahmad Zainul Khobir mengatakan, jamaah haji yang berasal dari kabupaten yang dikenal dengan Negeri Beradat Taat Beribadah, masih segar dan bersemangat untuk menunaikan umrah sunah ini.

”Rombongan jamaah haji Mandailing Natal dengan berpakaian ihrom berangkat dari Mahbas Jin Bakda, Salat Zuhur dengan menaiki 9 bus menuju Hudaibiyah, dan bus berhenti di depan Masjid Hudaibiyah,” ujarnya, Kamis (30/8).

Setelah turun dari bus masing masing, TPIHI mengarahkan jamaah yang belum batal wudhunya untuk langsung masuk Masjid Hudaibiyah melaksanakan Salat Sunat Ihrom. Dan bagi jamaah yang batal wudhunya diarahkan ke tempat pengambilan wudhu, selanjutnya masuk ke dalam masjid untuk Salat Sunat Ihram.

Menurut Khobir Batubara, Hudaibiyah berada di sekitar 26 kilometer dari Masjidil Haram. Letak Hudaibiyah ini merupakan daerah perbatasan Tanah Haram. Miqot di Hudaibiyah penuh makna, karena daerah ini merupakan awal pintu masuk kecemerlangan bagi kaum Muslimin dalam menaklukkan Kota Mekkah (Fathul Makkah).

Dan disinilah, Rasulullah SAW dan kaum Quraisy Mekkah membuat suatu perjanjian untuk saling tidak menyerang atau gencatan senjata, dan melalui perjanjian Hudaibiyah ini awal dari peluang umat Islam Madinah dalam mengembangkan islam, dan mengislamkan pendudukan Kota Makkah.

“Setiba di Masjidil Haram jamaah haji Kabupaten Mandailing Natal ini menunaikan thawaf, sai dan tahallul yang dipandu oleh TPIHI dan para mukimin warga Mandailing Natal yang bertempat tinggal di Mekkah yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sumatera Utara (KKSU),” ujarnya. (dvs/man)

Seluruh jemaah haji dari Embarkasi Medan diminta mewaspadai kemungkinan munculnya penyakit Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Mers-COV). Penyakit saluran pernapasan muncul akibat virus yang bisa ditularkan oleh kelelawar dan unta.

“Jamaah haji Embarkasi Medan disarankan memakai masker pelindung hidung dan mulut di tempat ramai, seperti Masjid Nabawi, Masjidil Haram dan tempat lainnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan drg Usma Polita.

Dikatakan Usma, MERS merupakan salah satu jenis virus yang menyerang organ pernafasan manusia. Ini merupakan jenis penyakit saluran pernafasan yang bisa mengakibatkan kematian. MERS-Cov merupakan kependekan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus (Novel Corona Virus). “Sejauh ini tidak ada pengobatan khusus untuk MERS, hanya terapi suportif untuk gejala dan tidak ada vaksin, sehingga perlindungan terbaik adalah pencegahan,” ujar dia.

Usma mengatakan, setelah kepulangan jamaah haji Embarkasi Medan ke Tanah Air, Puskesmas di Medan akan memantau kesehatan jamaah selama dua pekan dengan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jamaah Haji (K3JH) ke Puskesmas terdekat. “Dalam proses pemulangan jamaah haji di Asrama Haji maka jamaah haji diperiksa dengan thermoscanner, jika sehat maka jamaah akan langsung pulang ke rumah dengan membawa K3JH,” kata Usma Polita, Kamis (30/8).

Namun, lanjutnya, jika jamaah haji sakit saat diperiksa dengan thermoscanner di Asrama Haji mengalami demam tinggi, maka akan diperiksa di klinik Asrama Haji Medan. “Bila memerlukan rujukan maka akan dirujuk di RS Haji Medan. Tapi ketika setelah di rumah mengalami sakit, maka wajib berobat ke RS dengan membawa K3JH ke Puskesmas se tempat,” ujarnya.

Sementara itu, Penanggungjawab Kesehatan Haji di Puskesmas Bestari dr. Indra mengatakan, pemantauan jamaah haji selama dua pekan itu untuk melihat apakah ada penyakit tertentu yang terpapar selama pelaksanaan ibadah haji.

“Ini mencegah jamaah membawa penyakit menular dan berbahaya dari Arab. Kebijakan ini sebenarnya tidak hanya untuk haji tapi untuk semua mereka yang baru datang dari luar negeri,” ungkapnya.

Dia juga menganjurkan para jamaah haji setiba dari Arab Saudi untuk istirahat kurang lebih 2 minggu guna memulihkan stamina. “Kurangi aktivitas terlebih dulu, istirahat yang cukup dan makan yang bergizi untuk memulihkan kesehatannya terlebih dulu setelah melakukan aktivitas fisik yang cukup berat selama 40 hari,” kata Agustama lagi.

Menurut Indra, biasanya banyak jamaah haji yang alami batuk dan demam usai pulang dari Tanah Suci karena perubahan cuaca saat berada di Tanah Suci. “Jika sebelum 14 hari usai pulang dari Tanah Suci mengalami sakit demam dan sesak nafas, segera periksakan diri ke layanan kesehatan. Tunjukkan kartu kesehatan haji kepada petugas kesehatan, bilang ke mereka kalau Anda baru pulang dari Arab Saudi,” pungkasnya.

Jamaah Madina Miqot di Hudaibiyah
Sementara itu, usai melaksanakan puncak haji, jamaah Kabupaten Mandailing Natal pada Kloter 3/MES menunaikan ibadah umroh yang kali ini mengambil Miqot di Masjid Hudaibiyah.

TPIHI Kloter 3/MES H Ahmad Zainul Khobir mengatakan, jamaah haji yang berasal dari kabupaten yang dikenal dengan Negeri Beradat Taat Beribadah, masih segar dan bersemangat untuk menunaikan umrah sunah ini.

”Rombongan jamaah haji Mandailing Natal dengan berpakaian ihrom berangkat dari Mahbas Jin Bakda, Salat Zuhur dengan menaiki 9 bus menuju Hudaibiyah, dan bus berhenti di depan Masjid Hudaibiyah,” ujarnya, Kamis (30/8).

Setelah turun dari bus masing masing, TPIHI mengarahkan jamaah yang belum batal wudhunya untuk langsung masuk Masjid Hudaibiyah melaksanakan Salat Sunat Ihrom. Dan bagi jamaah yang batal wudhunya diarahkan ke tempat pengambilan wudhu, selanjutnya masuk ke dalam masjid untuk Salat Sunat Ihram.

Menurut Khobir Batubara, Hudaibiyah berada di sekitar 26 kilometer dari Masjidil Haram. Letak Hudaibiyah ini merupakan daerah perbatasan Tanah Haram. Miqot di Hudaibiyah penuh makna, karena daerah ini merupakan awal pintu masuk kecemerlangan bagi kaum Muslimin dalam menaklukkan Kota Mekkah (Fathul Makkah).

Dan disinilah, Rasulullah SAW dan kaum Quraisy Mekkah membuat suatu perjanjian untuk saling tidak menyerang atau gencatan senjata, dan melalui perjanjian Hudaibiyah ini awal dari peluang umat Islam Madinah dalam mengembangkan islam, dan mengislamkan pendudukan Kota Makkah.

“Setiba di Masjidil Haram jamaah haji Kabupaten Mandailing Natal ini menunaikan thawaf, sai dan tahallul yang dipandu oleh TPIHI dan para mukimin warga Mandailing Natal yang bertempat tinggal di Mekkah yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sumatera Utara (KKSU),” ujarnya. (dvs/man)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/