25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Batu Fosil Sarang Lebah dari Tanah Karo Ini Dijual Rp1,5 Miliar

Batu Fosil Sarang Lebah dari Tanah Karo.
Batu Fosil Sarang Lebah dari Tanah Karo.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sekira 10 tahun lalu, batu yang ditemukan Morris Ginting saat membangun gubuk di ladang, hanya jadi sekedar tempat duduk di rumah. Seiring booming-nya batu akik belakangan ini, warga Desa Barusjulu, Kec. Barusjahe, Kab. Karo itu, teringat kembali.

Ayah 4 anak itu pun datang dari kampungnya menemui POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) untuk memperlihatkan batu unik miliknya.

Sepuluh tahun lalu, kenangnya, dia tengah membuat gubuk di ladangnya. Kebetulan, dekat dari tebing bukit (Deleng Barus, red).

Nah, saat menggali tanah untuk pondasi gubuk, dia melihat batu yang berbeda. Warnanya beda dari yang lain. “Pokoknya, unik kurasa Bang. Kubawalah pulang. Di rumah, batu itu ya terletak ajalah. Kadang digeser ke dapur, kadang di depan. Namanya di kampung, udah gitu gak kek sekarang pula, gila batu,” terangnya.

Belakangan, Sumut kena demam gemstone. Morris lalu teringat kembali batu miliknya. Sayang, batu yang dianggapnya unik itu, hilang. Hampir 2 bulan dia mencarinya lagi. “Ya Bang, udah 2 bulan kucari, baru ketemu lagi. Ini dia yang udah kujadikan liontin,” ujarnya, Sabtu (30/5) di Simpang Selayang.

Rupanya, batu itu sempat diletakkan kerabatnya di depan rumah. Nah, saat penimbunan jalan, batu itu tertimbun tanah lagi. “Terpaksalah kukorek lagi Bang, tapi malam-malam, malu juga kalau siang ngorek-ngorek cuma cari batu,” senyumnya.

Batu milik Morris sepertinya sarang lebah hutan yang sudah membatu (fosil). Motifnya persis sarang lebah, dan di dalam lubangnya seperti ada madu yang sudah mengeras. Saat diraba, batas antara lubang satu dengan lain, juga terasa.

Sambung pria yang kesehariannya membawa truk pengangkut pupuk kandang itu, dia merasa batu itu jadi pintu menuju perubahan. “Ya Bang. Soalnya udah pernah hilang tapi akhirnya dapat lagi. Udah kucek juga sama saudara dan kulihat di internet, belum ada kek batuku ini. Yang ada itu, teratai sarang tawon,” jelasnya.

“Pernah kutimbang Bang di rumah, beratnya 15 kg. Memang, sebagian udah ada yang kupotong pakai grenda, tapi belum ada yang kujual. Cuma mau nengok dalamnya waktu itu, pake grenda kecil, hancurpun mata grendanya,” tuturnya.

Morris sendiri berharap ada kolektor yang membeli batu unik dan menurutnya juga langka itu. “Aku berharap, paling tidak berubahlah hidupku. Udah pernah ditawar tokeku Bang. Pertama Rp50 juta, kutolak. Ditawarnya lagi beberapa hari kemudian Rp150 juta, tetap aku gak mau,” jelasnya.

“Istilahnya, mau bayar utang aja sama buat merubah hidup, gak cukup itu Bang. Maunya, paling tidak, untuk yang 15 kg batu itu bisa Rp1,5 miliar. Kan berubah hidup kita Bang,” harapnya. Minat? (trg)

Batu Fosil Sarang Lebah dari Tanah Karo.
Batu Fosil Sarang Lebah dari Tanah Karo.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sekira 10 tahun lalu, batu yang ditemukan Morris Ginting saat membangun gubuk di ladang, hanya jadi sekedar tempat duduk di rumah. Seiring booming-nya batu akik belakangan ini, warga Desa Barusjulu, Kec. Barusjahe, Kab. Karo itu, teringat kembali.

Ayah 4 anak itu pun datang dari kampungnya menemui POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) untuk memperlihatkan batu unik miliknya.

Sepuluh tahun lalu, kenangnya, dia tengah membuat gubuk di ladangnya. Kebetulan, dekat dari tebing bukit (Deleng Barus, red).

Nah, saat menggali tanah untuk pondasi gubuk, dia melihat batu yang berbeda. Warnanya beda dari yang lain. “Pokoknya, unik kurasa Bang. Kubawalah pulang. Di rumah, batu itu ya terletak ajalah. Kadang digeser ke dapur, kadang di depan. Namanya di kampung, udah gitu gak kek sekarang pula, gila batu,” terangnya.

Belakangan, Sumut kena demam gemstone. Morris lalu teringat kembali batu miliknya. Sayang, batu yang dianggapnya unik itu, hilang. Hampir 2 bulan dia mencarinya lagi. “Ya Bang, udah 2 bulan kucari, baru ketemu lagi. Ini dia yang udah kujadikan liontin,” ujarnya, Sabtu (30/5) di Simpang Selayang.

Rupanya, batu itu sempat diletakkan kerabatnya di depan rumah. Nah, saat penimbunan jalan, batu itu tertimbun tanah lagi. “Terpaksalah kukorek lagi Bang, tapi malam-malam, malu juga kalau siang ngorek-ngorek cuma cari batu,” senyumnya.

Batu milik Morris sepertinya sarang lebah hutan yang sudah membatu (fosil). Motifnya persis sarang lebah, dan di dalam lubangnya seperti ada madu yang sudah mengeras. Saat diraba, batas antara lubang satu dengan lain, juga terasa.

Sambung pria yang kesehariannya membawa truk pengangkut pupuk kandang itu, dia merasa batu itu jadi pintu menuju perubahan. “Ya Bang. Soalnya udah pernah hilang tapi akhirnya dapat lagi. Udah kucek juga sama saudara dan kulihat di internet, belum ada kek batuku ini. Yang ada itu, teratai sarang tawon,” jelasnya.

“Pernah kutimbang Bang di rumah, beratnya 15 kg. Memang, sebagian udah ada yang kupotong pakai grenda, tapi belum ada yang kujual. Cuma mau nengok dalamnya waktu itu, pake grenda kecil, hancurpun mata grendanya,” tuturnya.

Morris sendiri berharap ada kolektor yang membeli batu unik dan menurutnya juga langka itu. “Aku berharap, paling tidak berubahlah hidupku. Udah pernah ditawar tokeku Bang. Pertama Rp50 juta, kutolak. Ditawarnya lagi beberapa hari kemudian Rp150 juta, tetap aku gak mau,” jelasnya.

“Istilahnya, mau bayar utang aja sama buat merubah hidup, gak cukup itu Bang. Maunya, paling tidak, untuk yang 15 kg batu itu bisa Rp1,5 miliar. Kan berubah hidup kita Bang,” harapnya. Minat? (trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/