26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Siraman Debu Sinabung Picu Jumlah Penderita ISPA

Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS Erupsi Gunung Sinabung terlihat dari desa Aji Jahe, Karo, Sumut Kamis (25/6/2015).
Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Erupsi Gunung Sinabung terlihat dari desa Aji Jahe, Karo, Sumut Kamis (25/6/2015).

KARO, SUMUTPOS.CO – Kondisi Gunung Sinabung kian rawan. Erupsi berkali-kali serta luncuran awan panas membuat masyarakat sekitar was-was. Siraman debu vulkanik mengintari Kabupaten Karo bahkan Kabupaten tetangga. Dampak erupsi tersebut menyebabkan jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), seperti batuk pilek, sakit menelan, atau aradang tenggorolan kian membludak.

Tebaran debu vulkanik membuat sejumlah warga harus mendapatkan perawatan baik rawat jalan dan rawat inap. Posko pengungsi pun bak dipenuhi warga pengidap ispa.

Hal tersebut disampaikan salah seorang dokter yang berjaga di salah satu posko di Kabanjahe yang ditempatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karo bermarga Tarigan kepada Sumut Pos Jumat (26/6) di Kabanjahe.

Dijelaskannya bahwa pasien yang diterima di posko-posko lebih banyak terkena ispa dibanding penyakit lainnya. Pada umumnya ispa tersebut menimpa anak-anak dan orang lanjut usia. Namun, pihaknya mengaku akan memaksimalkan pelayanan terhadap para pengungsi tersebut.

Sebagaimana informasi yang di peroleh dari petugas pegamatan gunung api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra menyebutkan, hingga saat ini aktivitas kegempaan dan potensi erupsi Sinabung masih tergolong tinggi. Gempa guguran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, diikuti gempa Low Freqwency, Hybrid, Vulkanik, dan tremor secara terus-menerus.

“Kita terus mengimbau kepada masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang telah kita keluarkan sejak meningkatnya status Sinabung dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV). Terutama untuk menjauhi jalur sektoral awan panas, Selatan-Tenggara Sinabung,”ujarnya.

Sebelumnya, pengamat kesehatan Sumut Umar Zein sempat mengatakan debu vulkanik dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit saluran pernapasan, kulit, dan mata.

“Selain menyebabkan polusi udara, debu vulkanik baik yang halus dan kasar dapat menyebabkan iritasi mata, infeksi saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi penderita asma. Bahkan, bisa memicu datangnya asma dan kanker kulit,” katanya.

Menurutnya, debu vulkanik atau pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik berupa bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi erupsi, sangat bervariatif. “Ada yang mengandung batu-batuan serta pasir halus dan kasar. Semuanya sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Secara umum, lanjutnya, efek debu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam. Iritasi yang terjadi dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Jika di biarkan lebih lama tanpa antisipasi akan menimbulkan penyakit paru-paru dan dapat mengakibatkan kanker kulit, khususnya bagi anak-anak yang lebih sensitif.

“Pada anak-anak akan lebih parah dampaknya, karena daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa,” ungkapnya.

Untuk itu, Umar mengimbau masyarakat agar menggunakan masker dan kacamata, seperti kacamata renang yang bisa menutupi seluruh mata. “Sebaiknya juga menggunakan baju yang menutupi seluruh tubuh,” ujarnya sembari berharap pemerintah membantu mengontrol makanan para pengungsi.

Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS Erupsi Gunung Sinabung terlihat dari desa Aji Jahe, Karo, Sumut Kamis (25/6/2015).
Foto: ANDRI GINTING/SUMUT POS
Erupsi Gunung Sinabung terlihat dari desa Aji Jahe, Karo, Sumut Kamis (25/6/2015).

KARO, SUMUTPOS.CO – Kondisi Gunung Sinabung kian rawan. Erupsi berkali-kali serta luncuran awan panas membuat masyarakat sekitar was-was. Siraman debu vulkanik mengintari Kabupaten Karo bahkan Kabupaten tetangga. Dampak erupsi tersebut menyebabkan jumlah penderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), seperti batuk pilek, sakit menelan, atau aradang tenggorolan kian membludak.

Tebaran debu vulkanik membuat sejumlah warga harus mendapatkan perawatan baik rawat jalan dan rawat inap. Posko pengungsi pun bak dipenuhi warga pengidap ispa.

Hal tersebut disampaikan salah seorang dokter yang berjaga di salah satu posko di Kabanjahe yang ditempatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karo bermarga Tarigan kepada Sumut Pos Jumat (26/6) di Kabanjahe.

Dijelaskannya bahwa pasien yang diterima di posko-posko lebih banyak terkena ispa dibanding penyakit lainnya. Pada umumnya ispa tersebut menimpa anak-anak dan orang lanjut usia. Namun, pihaknya mengaku akan memaksimalkan pelayanan terhadap para pengungsi tersebut.

Sebagaimana informasi yang di peroleh dari petugas pegamatan gunung api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Armen Putra menyebutkan, hingga saat ini aktivitas kegempaan dan potensi erupsi Sinabung masih tergolong tinggi. Gempa guguran mengalami peningkatan yang cukup signifikan, diikuti gempa Low Freqwency, Hybrid, Vulkanik, dan tremor secara terus-menerus.

“Kita terus mengimbau kepada masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang telah kita keluarkan sejak meningkatnya status Sinabung dari Siaga (level III) menjadi Awas (level IV). Terutama untuk menjauhi jalur sektoral awan panas, Selatan-Tenggara Sinabung,”ujarnya.

Sebelumnya, pengamat kesehatan Sumut Umar Zein sempat mengatakan debu vulkanik dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit saluran pernapasan, kulit, dan mata.

“Selain menyebabkan polusi udara, debu vulkanik baik yang halus dan kasar dapat menyebabkan iritasi mata, infeksi saluran pernapasan dan sangat berbahaya bagi penderita asma. Bahkan, bisa memicu datangnya asma dan kanker kulit,” katanya.

Menurutnya, debu vulkanik atau pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik berupa bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi erupsi, sangat bervariatif. “Ada yang mengandung batu-batuan serta pasir halus dan kasar. Semuanya sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Secara umum, lanjutnya, efek debu vulkanik pada paru akan menyebabkan iritasi karena bersifat asam. Iritasi yang terjadi dari saluran pernapasan atas hingga bawah, seperti batuk-batuk atau bersin. Jika di biarkan lebih lama tanpa antisipasi akan menimbulkan penyakit paru-paru dan dapat mengakibatkan kanker kulit, khususnya bagi anak-anak yang lebih sensitif.

“Pada anak-anak akan lebih parah dampaknya, karena daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa,” ungkapnya.

Untuk itu, Umar mengimbau masyarakat agar menggunakan masker dan kacamata, seperti kacamata renang yang bisa menutupi seluruh mata. “Sebaiknya juga menggunakan baju yang menutupi seluruh tubuh,” ujarnya sembari berharap pemerintah membantu mengontrol makanan para pengungsi.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/