25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Devaluasi Yuan Bisa Picu Perang Mata Uang di Asia

Seorang karyawan menghitung uang lembaran 100 Yuan di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China (foto: dok).
Seorang karyawan menghitung uang lembaran 100 Yuan di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China (foto: dok).

SUMUTPOS.CO – Tindakan China mendadak mendevaluasi mata uang Yuan menimbulkan riak di pasar komoditi, mata uang dan harga saham di Asia yang ekonominya sedang berkembang.

Indeks harga komoditi semakin jatuh dengan tingkat perdagangan yang belum pernah terjadi sejak 2003. Indeks lebih luas saham di Asia kecuali pasar Jepang hari Rabu jatuh 2% ke tingkat terendah dalam dua tahun.

Sehari setelah batas pasang-surut Yuan diperlonggar yang membuat Yuan jatuh sekitar 5% di pasar global, Vietnam menyusul dengan memperlonggar pasang-surut nilai mata uangnya Dong.

Glenn MaGuire ekonom Asia-Pasifik pada ANZ Bank mengemukakan, pemerintah lain di Asia bisa juga tertarik melemahkan mata uang mereka untuk membuat barang mereka lebih menarik.

“Kalau Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam ingin merebut pangsa pasar dengan menurunkan nilai tukar mata uang mereka, maka orang awamlah yang memikul dampak dari kebijakan itu. Sebab harga barang impor yang dibeli orang awam akan semakin mahal,” kata MaGuire.

Kenaikan harga itulah yang membuat banyak ekonom melihat tidak bakal terjadi perang mata uang di Asia. Tetapi ada sebagian pengamat yang berpendapat keputusan Vietnam tadi sudah memulai perang yang dikatakan itu.

Pada perdagangan valuta hari Rabu yang oleh sebagian peserta dilukiskan berjalan ‘sangat gugup’ kurs Ringgit Malaysia dan Rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika jatuh ke tingkat terendah dalam 17 tahun. Sedang Dolar Australia dan Selandia Baru jatuh ke tingkat terendah dalam enam tahun.

Menurut MaGuire, di China sebenarnya berlaku dua sistem ekonomi : satu untuk barang konsumen dari negara Asia lain, dan satu lagi China sebagai perakit barang yang bahan bakunya berasal dari negara Asia lain.

“Itu tidak akan banyak berubah. Yang akan terjadi akibat devaluasi Yuan beaya yang dikeluarkan perusahaan seperti Samsung dan Toyota merakit barang produksinya di China berubah. Ini berdampak pada mekanisme harga barang mereka di China dan penghasilan perusahaan,” imbuh MaGuire.

Deputi direktur Badan Penanaman Modal Dan Promosi pada Kementerian Perdagangan China, Zhang Yuzhong tidak begitu cemas akan akibat devaluasi Yuan.

“Melihat gejala masa lalu, katanya, devaluasi Yuan itu berarti penyesuaiannya terutama ke bawah akan mempunyai dampak merangsang ekspor,” papar Zhang/
Sementara itu, ekonom Wells Fargo Securities, Jay Bryson meramalkan pemerintah China akan turun tangan menstabilkan Yuan sebelum pasang surutnya tidak terkendali. (VOA)

Seorang karyawan menghitung uang lembaran 100 Yuan di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China (foto: dok).
Seorang karyawan menghitung uang lembaran 100 Yuan di sebuah bank di Hefei, provinsi Anhui, China (foto: dok).

SUMUTPOS.CO – Tindakan China mendadak mendevaluasi mata uang Yuan menimbulkan riak di pasar komoditi, mata uang dan harga saham di Asia yang ekonominya sedang berkembang.

Indeks harga komoditi semakin jatuh dengan tingkat perdagangan yang belum pernah terjadi sejak 2003. Indeks lebih luas saham di Asia kecuali pasar Jepang hari Rabu jatuh 2% ke tingkat terendah dalam dua tahun.

Sehari setelah batas pasang-surut Yuan diperlonggar yang membuat Yuan jatuh sekitar 5% di pasar global, Vietnam menyusul dengan memperlonggar pasang-surut nilai mata uangnya Dong.

Glenn MaGuire ekonom Asia-Pasifik pada ANZ Bank mengemukakan, pemerintah lain di Asia bisa juga tertarik melemahkan mata uang mereka untuk membuat barang mereka lebih menarik.

“Kalau Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam ingin merebut pangsa pasar dengan menurunkan nilai tukar mata uang mereka, maka orang awamlah yang memikul dampak dari kebijakan itu. Sebab harga barang impor yang dibeli orang awam akan semakin mahal,” kata MaGuire.

Kenaikan harga itulah yang membuat banyak ekonom melihat tidak bakal terjadi perang mata uang di Asia. Tetapi ada sebagian pengamat yang berpendapat keputusan Vietnam tadi sudah memulai perang yang dikatakan itu.

Pada perdagangan valuta hari Rabu yang oleh sebagian peserta dilukiskan berjalan ‘sangat gugup’ kurs Ringgit Malaysia dan Rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika jatuh ke tingkat terendah dalam 17 tahun. Sedang Dolar Australia dan Selandia Baru jatuh ke tingkat terendah dalam enam tahun.

Menurut MaGuire, di China sebenarnya berlaku dua sistem ekonomi : satu untuk barang konsumen dari negara Asia lain, dan satu lagi China sebagai perakit barang yang bahan bakunya berasal dari negara Asia lain.

“Itu tidak akan banyak berubah. Yang akan terjadi akibat devaluasi Yuan beaya yang dikeluarkan perusahaan seperti Samsung dan Toyota merakit barang produksinya di China berubah. Ini berdampak pada mekanisme harga barang mereka di China dan penghasilan perusahaan,” imbuh MaGuire.

Deputi direktur Badan Penanaman Modal Dan Promosi pada Kementerian Perdagangan China, Zhang Yuzhong tidak begitu cemas akan akibat devaluasi Yuan.

“Melihat gejala masa lalu, katanya, devaluasi Yuan itu berarti penyesuaiannya terutama ke bawah akan mempunyai dampak merangsang ekspor,” papar Zhang/
Sementara itu, ekonom Wells Fargo Securities, Jay Bryson meramalkan pemerintah China akan turun tangan menstabilkan Yuan sebelum pasang surutnya tidak terkendali. (VOA)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/