BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Si tersangka pengebom Kuil Erawan, Bangkok, Thailand lebih banyak bungkam dan menolak untuk kooperatif. Pemerintah Negeri Gajah Putih itu pun agaknya kesulitan mengorek keterangan dari tersangka yang mereka tangkap pada Sabtu (29/8) lalu.
Kepala Pasukan Militer Jendral Udomdej Sitabutr menjelaskan, interogasi tidak mengalami kemajuan karena tersangka tidak memberikan informasi yang berharga. Mereka harus melakukan interogasi lebih jauh dan membuat tersangka paham sehingga lebih kooperatif.
“Namun, di sisi lain, kami juga harus hati-hati agar tidak melanggar hak-hak tersangka,” ujarnya.
Pemerintah Thailand pun bekerja sama dengan kedutaan berbagai negara untuk mencari identitas pelaku yang sudah tertangkap tersebut. Mereka juga menggunakan beberapa penerjemah dalam proses investigasi.
Pihak kepolisian lantas menyimpulkan bahwa tersangka memiliki hubungan dengan jaringan kelompok penyelundupan dan perdagangan manusia. Menurut mereka, kelompok itu menyerang karena belakangan bisnis mereka terganggu. Itu terjadi karena belakangan ini pemerintah Thailand menggelar operasi pengetatan di perbatasan untuk menghindari perdagangan manusia. Tumpukan paspor yang ditemukan diperkirakan dipergunakan untuk dokumen para imigran gelap.
“Kelompok ini tidak puas karena polisi menahan orang-orang yang mencoba masuk secara ilegal,” ungkap juru bicara Kepolisian Nasional Thailand Prawut Thavornsiri. Namun, pendapat tersebut bisa saja salah. Sebab, selama ini pernyataan pihak kepolisian kerap berubah-ubah.
Bahkan, pernyataan yang dikeluarkan setiap pejabat berbeda-beda. Prawut mengungkapkan bahwa mereka saat ini masih mengejar pelaku lain. (AFP/Reuters/sha/c20/tia)
BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Si tersangka pengebom Kuil Erawan, Bangkok, Thailand lebih banyak bungkam dan menolak untuk kooperatif. Pemerintah Negeri Gajah Putih itu pun agaknya kesulitan mengorek keterangan dari tersangka yang mereka tangkap pada Sabtu (29/8) lalu.
Kepala Pasukan Militer Jendral Udomdej Sitabutr menjelaskan, interogasi tidak mengalami kemajuan karena tersangka tidak memberikan informasi yang berharga. Mereka harus melakukan interogasi lebih jauh dan membuat tersangka paham sehingga lebih kooperatif.
“Namun, di sisi lain, kami juga harus hati-hati agar tidak melanggar hak-hak tersangka,” ujarnya.
Pemerintah Thailand pun bekerja sama dengan kedutaan berbagai negara untuk mencari identitas pelaku yang sudah tertangkap tersebut. Mereka juga menggunakan beberapa penerjemah dalam proses investigasi.
Pihak kepolisian lantas menyimpulkan bahwa tersangka memiliki hubungan dengan jaringan kelompok penyelundupan dan perdagangan manusia. Menurut mereka, kelompok itu menyerang karena belakangan bisnis mereka terganggu. Itu terjadi karena belakangan ini pemerintah Thailand menggelar operasi pengetatan di perbatasan untuk menghindari perdagangan manusia. Tumpukan paspor yang ditemukan diperkirakan dipergunakan untuk dokumen para imigran gelap.
“Kelompok ini tidak puas karena polisi menahan orang-orang yang mencoba masuk secara ilegal,” ungkap juru bicara Kepolisian Nasional Thailand Prawut Thavornsiri. Namun, pendapat tersebut bisa saja salah. Sebab, selama ini pernyataan pihak kepolisian kerap berubah-ubah.
Bahkan, pernyataan yang dikeluarkan setiap pejabat berbeda-beda. Prawut mengungkapkan bahwa mereka saat ini masih mengejar pelaku lain. (AFP/Reuters/sha/c20/tia)