28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kota Medan: Macet.. Macettt… Maceeeettttt…!!!

Foto: Riadi/PM Arus lalu-lintas di Jalan Jamin Ginting Simp-Fly Over mengalami macet panjang, diakibatkan banyaknya mobil angkutan umum yang berhenti sembarangan, Kamis (10/9/2015).
Foto: Riadi/PM
Arus lalu-lintas di Jalan Jamin Ginting Simp-Fly Over mengalami macet panjang, diakibatkan banyaknya mobil angkutan umum yang berhenti sembarangan, Kamis (10/9/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bisa jadi lima-sepuluh tahun ke depan Medan akan meraih gelar kota paling macet. Kemacetannya bisa jadi  mengalahkan Kuala Lumpur, Malaysia dan Jakarta yang lima tahun belakangan ini berkompetisi memperebutkan posisi puncak kota paling macet mendampingi Bangkok sebagai pemuncak kota paling macet di Asia Tenggara.

Macet kian hari menjadi pemandangan biasa di jantung dan pinggiran kota Medan. Ketidaknyamanan berkendaraan, semakin menambah buruk wajah kota terbesar ketiga di Indonesia. Sopir saling slip di lampu merah, memotong sesuka hati, dari kiri boleh kanan juga boleh. Belum lagi kelakuan angkot yang semaunya manaikkan dan menurunkan penumpang, mengeluarkan klakson di saat macet atau membangkang masuk terminal. Kloplah untuk Medan memuncakin kota termacet dengan predikat tambahan semrawut dan susah diatur dalam berlalu lintas.

Tentu inilah PR baru petinggi kota berpenduduk mendekati angka 3 juta jiwa ini. Sampai hari ini agaknya belum didapat solusi dari ledakan jumlah kendaraan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara pertumbuhan pembangunan kota, ringroad atau pun fly over atau jembatan layang yang saat ini seadanya itu belum menjawab kemacetan di jam-jam sibuk, pagi siang dan sore itu.

Dari hasil monitoring, ruas jalan paling parah di jam sibuk, terutama pagi dan sore terlihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan Kapten Maulana, Jalan Raden Saleh, Jalan Imam Bonjol, Jalan S.Parman, Jalan Aksara, Jalan Jamin Ginting simpang Jalan Dr.Mansyur, Jalan Pandu, Jalan Sutomo, Jalan M.H Thamrin, Jalan Setia Budi, dan Jalan SM Raja. Jalan-jalan tersebut di atas dapat disebut sebagai jalan padat/macet golongan I ( paling parah).

Antrean panjang kendaraan saban hari terjadi di 3 lingkaran waktu. Pagi pukul 08.00-10.00 WIB. Siang, pukul 12.00-14.00 WIB, dan sore pukul 17.00-18.30 WIB mulai dari Senin-Sabtu. Kendati di ruas-ruas jalan pendampingnya terdapat banyak jalan alternatif, tetap juga tak mampu menampung jumlah kendaraan untuk berjalan normal. Kemacetan mengular hampir di setiap lampu merah. Tidak hanya traffic ligh yang tidak stabil mengatur waktu berhenti dan jalan, antrean yang mencoba menerobos lampu merah dari sisi kiri jalan atau kanan, menambah penyebab repotnya petugas lalu lintas mengurai kemacetan.

Kategori macet golongan dua agaknya dipegang Jalan Ahmad Yani, Jalan Kapten Maulana, Jalan Raden Saleh, Jalan Imam Bonjol, Jalan S.Parman, Jalan Setia Budi, dan Jalan MH. Thamrin. Predikat ini didapat karena jalan-jalan ini masuk kawasan tertib lalu lintas dan menjadi prioritas petugas lalu lintas karena di kawasan ini tinggal petinggi-petinggi kota, mulai gubernur, kapolda hingga walikota berkediaman di wilayah ini. Maklumlah, jika jalan-jalan ini mendapat prioritas utama, baik dari perawatan jalan, traffic light serta petugas yang terus bersiaga.

Foto: Riadi/PM Arus lalu-lintas di Jalan Jamin Ginting Simp-Fly Over mengalami macet panjang, diakibatkan banyaknya mobil angkutan umum yang berhenti sembarangan, Kamis (10/9/2015).
Foto: Riadi/PM
Arus lalu-lintas di Jalan Jamin Ginting Simp-Fly Over mengalami macet panjang, diakibatkan banyaknya mobil angkutan umum yang berhenti sembarangan, Kamis (10/9/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bisa jadi lima-sepuluh tahun ke depan Medan akan meraih gelar kota paling macet. Kemacetannya bisa jadi  mengalahkan Kuala Lumpur, Malaysia dan Jakarta yang lima tahun belakangan ini berkompetisi memperebutkan posisi puncak kota paling macet mendampingi Bangkok sebagai pemuncak kota paling macet di Asia Tenggara.

Macet kian hari menjadi pemandangan biasa di jantung dan pinggiran kota Medan. Ketidaknyamanan berkendaraan, semakin menambah buruk wajah kota terbesar ketiga di Indonesia. Sopir saling slip di lampu merah, memotong sesuka hati, dari kiri boleh kanan juga boleh. Belum lagi kelakuan angkot yang semaunya manaikkan dan menurunkan penumpang, mengeluarkan klakson di saat macet atau membangkang masuk terminal. Kloplah untuk Medan memuncakin kota termacet dengan predikat tambahan semrawut dan susah diatur dalam berlalu lintas.

Tentu inilah PR baru petinggi kota berpenduduk mendekati angka 3 juta jiwa ini. Sampai hari ini agaknya belum didapat solusi dari ledakan jumlah kendaraan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara pertumbuhan pembangunan kota, ringroad atau pun fly over atau jembatan layang yang saat ini seadanya itu belum menjawab kemacetan di jam-jam sibuk, pagi siang dan sore itu.

Dari hasil monitoring, ruas jalan paling parah di jam sibuk, terutama pagi dan sore terlihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan Kapten Maulana, Jalan Raden Saleh, Jalan Imam Bonjol, Jalan S.Parman, Jalan Aksara, Jalan Jamin Ginting simpang Jalan Dr.Mansyur, Jalan Pandu, Jalan Sutomo, Jalan M.H Thamrin, Jalan Setia Budi, dan Jalan SM Raja. Jalan-jalan tersebut di atas dapat disebut sebagai jalan padat/macet golongan I ( paling parah).

Antrean panjang kendaraan saban hari terjadi di 3 lingkaran waktu. Pagi pukul 08.00-10.00 WIB. Siang, pukul 12.00-14.00 WIB, dan sore pukul 17.00-18.30 WIB mulai dari Senin-Sabtu. Kendati di ruas-ruas jalan pendampingnya terdapat banyak jalan alternatif, tetap juga tak mampu menampung jumlah kendaraan untuk berjalan normal. Kemacetan mengular hampir di setiap lampu merah. Tidak hanya traffic ligh yang tidak stabil mengatur waktu berhenti dan jalan, antrean yang mencoba menerobos lampu merah dari sisi kiri jalan atau kanan, menambah penyebab repotnya petugas lalu lintas mengurai kemacetan.

Kategori macet golongan dua agaknya dipegang Jalan Ahmad Yani, Jalan Kapten Maulana, Jalan Raden Saleh, Jalan Imam Bonjol, Jalan S.Parman, Jalan Setia Budi, dan Jalan MH. Thamrin. Predikat ini didapat karena jalan-jalan ini masuk kawasan tertib lalu lintas dan menjadi prioritas petugas lalu lintas karena di kawasan ini tinggal petinggi-petinggi kota, mulai gubernur, kapolda hingga walikota berkediaman di wilayah ini. Maklumlah, jika jalan-jalan ini mendapat prioritas utama, baik dari perawatan jalan, traffic light serta petugas yang terus bersiaga.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/