29 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Kota Medan: Macet.. Macettt… Maceeeettttt…!!!

SEKOLAH, KAMPUS & PASAR TRADISIONAL
Sekolah, kampus dan pasar tradisional juga menjadi biang kemacetan. Bahkan boleh dibilang memuncaki rekor macet dari ruas-ruas jalan lainnya. Jika di tempat lain kendaraan bisa melintasi lampu merah kurun waktu rata-rata 20 menit, sekolah kampus dan pasar butuh dua kali lipat dari waktu itu.

Pasar Sukarame contohnya. Pasar tradisional yang berada persis di perempatan Jalan Panglima Denai dan Jalan Ar Hakim. Atau pasar Simpang Limun Jalan SM Raja, Pasar Palapa Jalan KL Yos Sudarso Brayan, Pasar Jodoh Tembung, Pasar Padang Bulan dan sejumlah pasar-pasar yang ada di pinggir atau sudut-sudut kota Medan.

Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, Jumat (2/5/2014) akhir pekan lalu.
Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS
Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, akhir pekan lalu.

Selain pasar, kampus dan sekolah juga ambil andil warga kota harus ke luar rumah lebih pagi untuk sampai tempat kerja atau sekolah. Jika dua tahun lalu pelajar, karyawan kantor bisa ngantor dengan kendaraan umum atau pribadi cukup dengan 20-30 menit menempuh perjalanan 9-12 km, saat ini sudah tak dapat lagi. Artinya, jika sebelumnya berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB, saat ini pukul 05.00 WIB sudah harus meninggalkan rumah untuk dapat selamat melintasi pasar kampus dan sekolah.

Semrawut dan tak mematuhi larangan parkir turut punya andil. 1/4 badan jalan disesaki mobil dan sepeda motor hingga menyulitkan pengndara berslisih di tempat itu. Hal ini tentu sangat membahayakan. Belum lagi parkir tiga lapisyang terjadi di Jalan MH.Thamrin, tepatnya di sekitar Perguruan Sekolah Sutomo. Ini lebih parah, dari dua jalan yang terpisah berjalur sama, satu jalan di pakai untuk memarkirkan mobil hingga 3 lapis. Alhasil, di tengah waktu padatnya kendaraan, pengendara hanya bisa melintas di satu jalan saja. Hal ini membuat jalan tersebut selalu macet dari pagi hingga sore hari
Kesemrawutan juga terlihat di Jalan Ahmad Yani atau Kesawan. Dengan jalan yang tidak terlalu luas, ada 2 lapis mobil yang terparkir di pinggir jalan. Sementara, Jalan Aksara, Jalan Jamin Ginting simpang Jalan Dr.Mansyur, Jalan Pandu, Jalan Sutomo dan Jalan Sisingamaraja, kemacetan yang rutin terjadi diakibatkan oleh angkot yang berburu sewa dan PKL yang memakan badan jalan.

Mau tidak mau harus punya kendaraan sendiri walaupun roda dua. Kalau naik angkot ribet dan banyak kali pengeluaran, kata Romo (33), salah seorang pegawai swasta. Kayaknya Medan ini sudah melebihi Jakarta, tambah lelaki yang mengaku tak kuat lagi ber-angkot.

RUAS JALAN MEDAN SUDAH TERISI 3/4
Medan jika diibaratkan gelas, saat ini isinya sudah mencapai 3/4. Hal ini terjadi akibat melonjaknya pertumbuhan kendaraan. Demikian gambaran Kepala Dinas Perhubungan, Renward Parapat menanggapi kasus ini. “Kita enggak bisa lagi kita menghitung kawasan mana yang paling besar kepadatannya. Hampir semua sama rata,”ujarnya.

Sayangnya, Renward tidak memiliki data konkrit kawasan paling padat kendaraan. Namun menurutnya kawasan Jamin Ginting simpang Dr.Mansyur (USU) paling parah. Termasuk kawasan pusat kota seperti Jalan Imam Bonjol. Asumsinya, jumlah kendaraan yang tinggi itutidak hanya di dalam kota, tapi juga pendatang yang datang dari luar kota Medan. Setengah dari jumlah penduduk kota menyumbang kepadatan ke kota Medan.

“Kalau kita hitung satu kendaraan berpenumpang dua orang, 600 ribu orang itu tidak kemana. Berarti ada 300 ribu kendaraan tiap hari masuk,”tambahnya.

SOLUSI MACET
Mengantisipasi kemacetan,pihak Renward telah memasang rambu lalu lintas dengan sistem ATCS (Area Traffic Control System) di 50 titik persimpangan di Medan untuk memonitor pengendara melawan arus, menerobos lampu merah, parkir memakan badan jalan.

Solusi jangka menengah, Dinas Perhubungan menurutnya dalam waktu dekat akan mengoperasikan bus Trans Mebidang (Medan-Binjai-Deliserdang).Direncanakan Dinas Perhubungan akan membangun 10 halte tambahan, meski halte yang ada masih menganggur.

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS AMATI: Petugas memantau arus lalu lintas melalui layar monitor di Kantor Area Traffic Control System (ATCS) Jalan Balai Kota Medan.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
AMATI: Petugas memantau arus lalu lintas melalui layar monitor di Kantor Area Traffic Control System (ATCS) Jalan Balai Kota Medan.

Selain itu, Dishub Medan juga memohon 60 unit bus dari pemerintah pusat untuk dioperasikan demi mengurangi volume kendaraan dan mengimbau masyarakat menggunakan fasilitas bus.

Selain itu, Dishub akan lebih mempertegas menindak pelanggar lalu lintas. Pihaknya sudah berulang kali menindak pelanggaran tersebut. Sanksi seperti pengembokan kendaraan sudah pernah dilakukan di tempat-tempat tersebut. Namun pelanggaran kembali terjadi di saat petugas tengah melakukan penindakan di beberapa tempat lainnya. “Jadi kita kan tidak hanya di sana melakukan penindakan. Ada tempat lain. Kalau disana saja nanti tempat lain ga kebagian. Jadi itu sudah kita tindak berulang kali,”ujarnya.

“Saya harapkan juga agar masyarakat membantu kami menertibkan ini.Ya itu lah, seharusnya sekolah siapkan lahan parkir. Muridnya kan banyak, diantar pakai kendaraan pribadi pula. Atau sekolah bisa siapkan bis antar jemput yang jumlahnya sesuai dengan jumlah muridnya,”ujarnya. (win/deo)

SEKOLAH, KAMPUS & PASAR TRADISIONAL
Sekolah, kampus dan pasar tradisional juga menjadi biang kemacetan. Bahkan boleh dibilang memuncaki rekor macet dari ruas-ruas jalan lainnya. Jika di tempat lain kendaraan bisa melintasi lampu merah kurun waktu rata-rata 20 menit, sekolah kampus dan pasar butuh dua kali lipat dari waktu itu.

Pasar Sukarame contohnya. Pasar tradisional yang berada persis di perempatan Jalan Panglima Denai dan Jalan Ar Hakim. Atau pasar Simpang Limun Jalan SM Raja, Pasar Palapa Jalan KL Yos Sudarso Brayan, Pasar Jodoh Tembung, Pasar Padang Bulan dan sejumlah pasar-pasar yang ada di pinggir atau sudut-sudut kota Medan.

Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, Jumat (2/5/2014) akhir pekan lalu.
Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS
Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, akhir pekan lalu.

Selain pasar, kampus dan sekolah juga ambil andil warga kota harus ke luar rumah lebih pagi untuk sampai tempat kerja atau sekolah. Jika dua tahun lalu pelajar, karyawan kantor bisa ngantor dengan kendaraan umum atau pribadi cukup dengan 20-30 menit menempuh perjalanan 9-12 km, saat ini sudah tak dapat lagi. Artinya, jika sebelumnya berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB, saat ini pukul 05.00 WIB sudah harus meninggalkan rumah untuk dapat selamat melintasi pasar kampus dan sekolah.

Semrawut dan tak mematuhi larangan parkir turut punya andil. 1/4 badan jalan disesaki mobil dan sepeda motor hingga menyulitkan pengndara berslisih di tempat itu. Hal ini tentu sangat membahayakan. Belum lagi parkir tiga lapisyang terjadi di Jalan MH.Thamrin, tepatnya di sekitar Perguruan Sekolah Sutomo. Ini lebih parah, dari dua jalan yang terpisah berjalur sama, satu jalan di pakai untuk memarkirkan mobil hingga 3 lapis. Alhasil, di tengah waktu padatnya kendaraan, pengendara hanya bisa melintas di satu jalan saja. Hal ini membuat jalan tersebut selalu macet dari pagi hingga sore hari
Kesemrawutan juga terlihat di Jalan Ahmad Yani atau Kesawan. Dengan jalan yang tidak terlalu luas, ada 2 lapis mobil yang terparkir di pinggir jalan. Sementara, Jalan Aksara, Jalan Jamin Ginting simpang Jalan Dr.Mansyur, Jalan Pandu, Jalan Sutomo dan Jalan Sisingamaraja, kemacetan yang rutin terjadi diakibatkan oleh angkot yang berburu sewa dan PKL yang memakan badan jalan.

Mau tidak mau harus punya kendaraan sendiri walaupun roda dua. Kalau naik angkot ribet dan banyak kali pengeluaran, kata Romo (33), salah seorang pegawai swasta. Kayaknya Medan ini sudah melebihi Jakarta, tambah lelaki yang mengaku tak kuat lagi ber-angkot.

RUAS JALAN MEDAN SUDAH TERISI 3/4
Medan jika diibaratkan gelas, saat ini isinya sudah mencapai 3/4. Hal ini terjadi akibat melonjaknya pertumbuhan kendaraan. Demikian gambaran Kepala Dinas Perhubungan, Renward Parapat menanggapi kasus ini. “Kita enggak bisa lagi kita menghitung kawasan mana yang paling besar kepadatannya. Hampir semua sama rata,”ujarnya.

Sayangnya, Renward tidak memiliki data konkrit kawasan paling padat kendaraan. Namun menurutnya kawasan Jamin Ginting simpang Dr.Mansyur (USU) paling parah. Termasuk kawasan pusat kota seperti Jalan Imam Bonjol. Asumsinya, jumlah kendaraan yang tinggi itutidak hanya di dalam kota, tapi juga pendatang yang datang dari luar kota Medan. Setengah dari jumlah penduduk kota menyumbang kepadatan ke kota Medan.

“Kalau kita hitung satu kendaraan berpenumpang dua orang, 600 ribu orang itu tidak kemana. Berarti ada 300 ribu kendaraan tiap hari masuk,”tambahnya.

SOLUSI MACET
Mengantisipasi kemacetan,pihak Renward telah memasang rambu lalu lintas dengan sistem ATCS (Area Traffic Control System) di 50 titik persimpangan di Medan untuk memonitor pengendara melawan arus, menerobos lampu merah, parkir memakan badan jalan.

Solusi jangka menengah, Dinas Perhubungan menurutnya dalam waktu dekat akan mengoperasikan bus Trans Mebidang (Medan-Binjai-Deliserdang).Direncanakan Dinas Perhubungan akan membangun 10 halte tambahan, meski halte yang ada masih menganggur.

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS AMATI: Petugas memantau arus lalu lintas melalui layar monitor di Kantor Area Traffic Control System (ATCS) Jalan Balai Kota Medan.
TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
AMATI: Petugas memantau arus lalu lintas melalui layar monitor di Kantor Area Traffic Control System (ATCS) Jalan Balai Kota Medan.

Selain itu, Dishub Medan juga memohon 60 unit bus dari pemerintah pusat untuk dioperasikan demi mengurangi volume kendaraan dan mengimbau masyarakat menggunakan fasilitas bus.

Selain itu, Dishub akan lebih mempertegas menindak pelanggar lalu lintas. Pihaknya sudah berulang kali menindak pelanggaran tersebut. Sanksi seperti pengembokan kendaraan sudah pernah dilakukan di tempat-tempat tersebut. Namun pelanggaran kembali terjadi di saat petugas tengah melakukan penindakan di beberapa tempat lainnya. “Jadi kita kan tidak hanya di sana melakukan penindakan. Ada tempat lain. Kalau disana saja nanti tempat lain ga kebagian. Jadi itu sudah kita tindak berulang kali,”ujarnya.

“Saya harapkan juga agar masyarakat membantu kami menertibkan ini.Ya itu lah, seharusnya sekolah siapkan lahan parkir. Muridnya kan banyak, diantar pakai kendaraan pribadi pula. Atau sekolah bisa siapkan bis antar jemput yang jumlahnya sesuai dengan jumlah muridnya,”ujarnya. (win/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/