MEDAN, SUMUTPOS.CO – Heru (45) ayah Muhammad Sadiq Kaysan alias Andika yang datang ke Polresta Medan langsung mengejar Rori ketika hendak diboyong petugas ke sel. “Kau lihat aku ya. Aku orangtuanya (Andika). Kejam kali kau,” teriaknya pada Rori.
Heru meminta ketiga pelaku dihukum sesuai dengan perbuatannya. “Perlakuan ketiga tersangka ini sangat kejam. Mereka tega membunuh anakku. Saya harap ketiganya dihukum sesuai dengan dosanya,” cetusnya emosi.
Sementara itu, sejumlah keluarga korban mengaku tak kenal dekat dengan ketiga tersangka. Disebut mereka, hal itu karena mereka tak tinggal serumah dengan korban.
Dijelaskan Molita yang merupakan anak sulung korban Nurhayati dan Muchtar, di rumah tempat ketiga korban dibunuh, dihuni oleh ketiga korban, serta kedua orangtua Andika. Disebut Molita, rumah itu sudah mereka tempati dari tahun 1994. Namun, sejak menikah, dirinya tidak lagi tinggal di rumah itu, termasuk adikknya yang paling bungsu.
TERSANGKA MENYESAL
Rori, tersangka utama pembunuhan kakek-nenek dan cucunya mengaku menyesali perbuatan keji mereka. Dia juga berdalih tak menyangka Muhammad Sadiq Kaysan alias Dika (7) ikut meregang nyawa. Rori mengaku nekad menggorok leher Dika karena takut dan panik. Pasalnya, bocah SD Harapan 1 itu memergoki mereka Rori dan dua saudaranya menghabisi nyawa Muchtar dan Nurhayati.
“Dika melihat dan berteriak. Seandainya Dika tidak melihatku, mungkin dia tidak aku gorok. Aku panik karena dia melihatku,”aku Rori saat ditemui POSMETRO MEDAN, Minggu (25/10) siang. “Aku menyesal telah melakukannya. Dan aku minta maaf sebesar-besarnya kepada keluarga Dika dan berharap mereka datang menjengukku di tahanan,”harapnya.
Rori juga mengutarakan permintaan maafnya pada keluarga Muchtar dan istrinya. “Kami melakukannya karena panik. Kami berharap apa yang kami lakukan dimaafkan oleh keluarga korban dan masyarakat. Saya minta maaf atas perbuatan ini,” tandasnya saat diboyong ke sel tahanan Polresta Medan. (gib/deo)