Ir Terip Karokaro MS
Bagi seorang dosen mengajar dan menulis buku adalah bentuk pengabdian pada ilmu pengetahuan. Namun, dosen yang baik tentunya tak berhenti sampai di situ saja, ada pengabdian masyarakat yang juga harus dilaksanakan. Nah, Ir Terip Karokaro MS (50) melakukan kedua hal itu.
Menariknya, Terip tak sekadar beraktivitas di ranah teori saja. Dirinya, pun berusaha membangun dunia pertanian Indonesia melalui teknologi yang berasal dari karya anak bangsa. Ya, staf pengajar di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ini memang tak pernah berhenti mencoba mengimplementasikan ilmunya kepada masyarakat. Dari analisis dan penelitian yang lebih dulu dilakukan, beliau kemudian menciptakan mesin-mesin tepat guna dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Saya melihat banyak kendala yang dirasakan masyarakat dalam setiap kegiatan yang ingin dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi saya mencoba membantu mengatasi masalah tadi,” ucap Terip Karokaro yang ditemui di bengkelnya di seputaran Jalan Djamin Ginting Medan, Senin (21/2).
Berdasarkan kebutuhan masyarakat itu, Kepala Divisi Teknologi dan Rekayasa CIKAL USU ini, menciptakan pencincang pelepah sawit, yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti sapi. Tepatnya 2005 saat PTPN IV dan para peternak sapi mencapai kesepakatan dalam soal ternak. Yaitu para peternak sepakat tidak membawa sapi-sapinya ke lokasi kebun asalkan PTPN IV menyuplai pakan ternaknya.
Terip lantas melihat banyak materi di perkebunan yang dapat diolah menjadi pakan ternak. Maka, dirinya menciptakan mesin yang kemudian diberi nama Chopper Terip (besar dan kecil). Dengan alat itu PTPN IV pun dapat memberikan pakan ternak dari olahan hasil perkebunan itu sendiri. Begitu juga dengan mesin pengupas pinang muda yang diciptakannya kemudian.
Sudah begitu banyak mesin yang diciptakan pria kelahiran Desa Munte Kabupaten Karo Sumatera Utara ini. Bahkan keinginan memberi kontribusi positif kepada pertanian nasional membuatnya rela menghabiskan ratusan juta rupiah untuk eksperimen. Dana yang semua diambil dari saku pribadinya. Seperti saat membuat mesin penggoreng keripik buah yang membutuhkan waktu selama empat tahun. “Yah dana siapa lagi? Tapi itu lah konsekuensinya. Yang penting kita bisa terus berkarya,” rendah Terip.
Untuk semua itu, dirinya menerima penghargaan PII Award kategori Engineering Adhikara Rekayasa Individu Desember 2010. Penghargaan tinggi dari Persatuan Insinyur Indonesia yang diberikan sejak tahun 1990. Bersanding dengan Prof Suratman yang mendapat medali emas dan dirinya mendapat medali perak.
“Semua pasti senang mendapat penghargaan tertinggi seperti PII Award. Tapi itu bukan tujuan dari semua ini. Masih banyak lagi yang dituntut dari saya untuk bangsa ini khususnya kemajuan di bidang pertanian. Tapi semua itu akan menjadi motivasi bagi saya,” ucap Terip merendah. (jul)
—
Terbuka untuk Siapa Saja
Kecintaan Terip terhadap bangsa dan negara ini tidak lantas menutup dirinya terhadap silaturahmi dan berbagi pikiran. Sesibuk apa pun kegiatan yang dilakoni, kunjungan untuk berbagi pengetahuan selalu disambutnya dengan hangat.
“Tidak ada waktu yang spesial. Semua juga tahu itu kok. Mau hari apa saja silahkan main ke rumah. Di situ kita bisa bicara apa saja untuk kemajuan pertanian negeri ini,” ucapnya.
Jiwa kesederhanaan juga tidak mampu digantikan dengan segudang penghargaan tadi. Bahkan baginya berkarya untuk bangsa lebih penting daripada memiliki mobil mewah. “Rupanya mobil untuk apa? Alat transportasi kan? Ya sudah, yang penting saya bisa jalan,” ucap Terip sembari menunjuk mobil sederhana miliknya.
Dirinya juga mengaku memiliki kesibukan lain yaitu bercocok tanam di kebun depan rumahnya. Kebanyakan adalah buah dan sayuran.
Sementara masakan Indonesia merupakan makanan favoritnya. (jul)