30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Oww… Aceh Dominasi Penyelundupan Narkoba ke Sumut

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional BNN Irjen Pol Arman Depari, memperlihatkan barang bukti saat melakukan gelar kasus langsung di kostan tersangka Jalan Merpati Medan, Senin (20/2) lalu. Satuan tugas BNN bersama Dirjen Bea Cukai kembali gagalkan penyelundupan Narkotikayang dikirim dari Negeri Jiran, melalui jalur laut ke Aceh dengan tujuan Medan, Minggu (19/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peredaran narkoba di Sumatera Utara (Sumut) tampaknya semakin memprihatinkan. Sepanjang 2016 hingga 2017, Badan Nasional Narkotika (BNN) sudah berulang kali mengungkap sindikat narkoba kelas kakap. Teranyar, Senin (6/3) Mabes Polri juga ikut menangkap jaringan narkoba sindikat internasional, Malaysia-Aceh-Medan dan menyebar ke Sumatera.

Tingginya permintaan pasar terhadap narkoba dan untung yang berlipat-lipat di Aceh dan Sumut, menjadikan banyak orang tergiur untuk terlibat dalam bisnis haram tersebut. Tak jarang, para bandar narkoba memiliki rumah, dan mobil mewah serta gaya hidup mewah.

Demi mendapatkan hidup mewah dan kerja yang tak terlalu berat itulah para pebisnis kecil ikut andil dalam bisnis haram tersebut. Bahkan, kondisi ini tak melihat latar belakang keluarga, pendidikan dan suku serta agama.

Berdasarkan catatan Sumut Pos, sepanjang tahun 2016, penyelundupan narkoba ke Sumut mayoritas masuk dari Aceh. Rata-rata dari pengungkapan itu, petugas mengamankan puluhan kilogram sabu dan ratusan butir pil ekstasi. Untuk sabu-sabu, umumnya dipasok dari Malaysia.

Hingga Maret 2017, ada sebanyak 16 orang warga asal Aceh terlibat dalam peredaran narkoba seberat 100 Kg sabu-sabu serta puluhan Kg ganja di Sumut.  Bahkan, datangnya narkoba ke Sumut juga lebih banyak dari Aceh.

Melihat fenomena ini, kriminolog Sumut berpendapat telah terjadi pemusatan pelaku kejahatan narkoba di Aceh-Tanah Rencong. Opini tersebut terbentuk bukan karena faktor ekonomi semata, melainkan penegakan hukum yang sebelumnya tak begitu tegak di Aceh.

“Pertama analisis saya dalam suatu kejahatan, motif bisa beragam dipicu dari ekonomi, daerah atau secara ilmu kejahatan karena lemahnya pengawasan atau sanksi hukum yang telah diberikan kepada pelaku yang sebelumnya sudah dihukum. Soal frekuensi warga asal Aceh yang bertubi-tubi (menjadi sindikat narkoba,red), ini suatu bentuk nyata pusat kejahatan itu sentral, dan sudah menunjukkan eksistensinya dimulai dari Aceh,” ungkap Kriminolog Sumut, Redianto Sidi, kepada Sumut Pos Selasa (7/3).

Meski sudah banyak warga asal Aceh yang ditangkap dalam sindikat jaringan narkoba, semakin menjadi pertanyaan masih ada orang dari Aceh yang melakukan perbuatan serupa. “Pertanyaan berikutnya kemana aparat hukum dalam mengkerdilkan geliat ini. Cuma mereka yang bisa menjawab hal pertanyaan kenapa bisa sampai sebegitunya animo warga di Aceh untuk terlibat jaringan narkoba,” terangnya.

Untuk menghempang opini ini berkembang, Sidi menyarankan aparat penegak hukum selayaknya memberikan tindakan tegas kepada pelaku kejahatan narkoba terkhusus bandarnya. “Polis harus menunjukkan terhadap para pelaku proses hukumnya tegas, jaksa harus menampung persoalan itu jangan sampai dihukum ringan, hakim juga harus menyahutinya dengan menegakkan keadilan dengan memberikan hukum seberat-beratnya sesuai peraturan hukum yang berlaku. Kalau ini semuanya tersistem sesuai koridor, tentunya para pelaku peredaran narkoba bakal berpikir ulang,” sebutnya.

Direktur Tindak Pidana Narkotika Mabes Polri, Brigjen Pol Eko Daniyanto dalam konfrensi pers di kantornya, Jakarta Timur, Selasa (7/3) mengakui, narkoba asal Tingkok masuk ke Malaysia dan diseludupkan ke Aceh. Caranya, narkoba dibungkus pakai jaring, di tenggelamkan, dan diseret pakai kapal ke pelabuhan tikus (kecil, Red).

Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting mengaku, saat ini banyak sekali narkoba masuk dari Aceh ke Sumut. Hal ini karena adanya keteledoran petugas di wilayah perbatasan Sumut.

Rina menyampaikan, jalur distribusi narkoba dari Aceh ke Sumut memiliki banyak jalur, bahkan para penyelundup narkoba dari Aceh ini tidak kalah belajarnya dari polisi. “Dari luar negeri saja bia masuk ke Aceh melalui jalur laut yang pintunya banyak dan panjang, apalagi masuk ke Sumut yang bisa melalui darat,” katanya.

Dia menambahkan, guna mencegah peredaran narkoba dari Aceh ke Sumut dan sebaliknya, Polda Sumut dan Polda Aceh sudah melakukan kerjasama penanganan peredaran gelap narkoba dari laut, udara dan darat.

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional BNN Irjen Pol Arman Depari, memperlihatkan barang bukti saat melakukan gelar kasus langsung di kostan tersangka Jalan Merpati Medan, Senin (20/2) lalu. Satuan tugas BNN bersama Dirjen Bea Cukai kembali gagalkan penyelundupan Narkotikayang dikirim dari Negeri Jiran, melalui jalur laut ke Aceh dengan tujuan Medan, Minggu (19/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peredaran narkoba di Sumatera Utara (Sumut) tampaknya semakin memprihatinkan. Sepanjang 2016 hingga 2017, Badan Nasional Narkotika (BNN) sudah berulang kali mengungkap sindikat narkoba kelas kakap. Teranyar, Senin (6/3) Mabes Polri juga ikut menangkap jaringan narkoba sindikat internasional, Malaysia-Aceh-Medan dan menyebar ke Sumatera.

Tingginya permintaan pasar terhadap narkoba dan untung yang berlipat-lipat di Aceh dan Sumut, menjadikan banyak orang tergiur untuk terlibat dalam bisnis haram tersebut. Tak jarang, para bandar narkoba memiliki rumah, dan mobil mewah serta gaya hidup mewah.

Demi mendapatkan hidup mewah dan kerja yang tak terlalu berat itulah para pebisnis kecil ikut andil dalam bisnis haram tersebut. Bahkan, kondisi ini tak melihat latar belakang keluarga, pendidikan dan suku serta agama.

Berdasarkan catatan Sumut Pos, sepanjang tahun 2016, penyelundupan narkoba ke Sumut mayoritas masuk dari Aceh. Rata-rata dari pengungkapan itu, petugas mengamankan puluhan kilogram sabu dan ratusan butir pil ekstasi. Untuk sabu-sabu, umumnya dipasok dari Malaysia.

Hingga Maret 2017, ada sebanyak 16 orang warga asal Aceh terlibat dalam peredaran narkoba seberat 100 Kg sabu-sabu serta puluhan Kg ganja di Sumut.  Bahkan, datangnya narkoba ke Sumut juga lebih banyak dari Aceh.

Melihat fenomena ini, kriminolog Sumut berpendapat telah terjadi pemusatan pelaku kejahatan narkoba di Aceh-Tanah Rencong. Opini tersebut terbentuk bukan karena faktor ekonomi semata, melainkan penegakan hukum yang sebelumnya tak begitu tegak di Aceh.

“Pertama analisis saya dalam suatu kejahatan, motif bisa beragam dipicu dari ekonomi, daerah atau secara ilmu kejahatan karena lemahnya pengawasan atau sanksi hukum yang telah diberikan kepada pelaku yang sebelumnya sudah dihukum. Soal frekuensi warga asal Aceh yang bertubi-tubi (menjadi sindikat narkoba,red), ini suatu bentuk nyata pusat kejahatan itu sentral, dan sudah menunjukkan eksistensinya dimulai dari Aceh,” ungkap Kriminolog Sumut, Redianto Sidi, kepada Sumut Pos Selasa (7/3).

Meski sudah banyak warga asal Aceh yang ditangkap dalam sindikat jaringan narkoba, semakin menjadi pertanyaan masih ada orang dari Aceh yang melakukan perbuatan serupa. “Pertanyaan berikutnya kemana aparat hukum dalam mengkerdilkan geliat ini. Cuma mereka yang bisa menjawab hal pertanyaan kenapa bisa sampai sebegitunya animo warga di Aceh untuk terlibat jaringan narkoba,” terangnya.

Untuk menghempang opini ini berkembang, Sidi menyarankan aparat penegak hukum selayaknya memberikan tindakan tegas kepada pelaku kejahatan narkoba terkhusus bandarnya. “Polis harus menunjukkan terhadap para pelaku proses hukumnya tegas, jaksa harus menampung persoalan itu jangan sampai dihukum ringan, hakim juga harus menyahutinya dengan menegakkan keadilan dengan memberikan hukum seberat-beratnya sesuai peraturan hukum yang berlaku. Kalau ini semuanya tersistem sesuai koridor, tentunya para pelaku peredaran narkoba bakal berpikir ulang,” sebutnya.

Direktur Tindak Pidana Narkotika Mabes Polri, Brigjen Pol Eko Daniyanto dalam konfrensi pers di kantornya, Jakarta Timur, Selasa (7/3) mengakui, narkoba asal Tingkok masuk ke Malaysia dan diseludupkan ke Aceh. Caranya, narkoba dibungkus pakai jaring, di tenggelamkan, dan diseret pakai kapal ke pelabuhan tikus (kecil, Red).

Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting mengaku, saat ini banyak sekali narkoba masuk dari Aceh ke Sumut. Hal ini karena adanya keteledoran petugas di wilayah perbatasan Sumut.

Rina menyampaikan, jalur distribusi narkoba dari Aceh ke Sumut memiliki banyak jalur, bahkan para penyelundup narkoba dari Aceh ini tidak kalah belajarnya dari polisi. “Dari luar negeri saja bia masuk ke Aceh melalui jalur laut yang pintunya banyak dan panjang, apalagi masuk ke Sumut yang bisa melalui darat,” katanya.

Dia menambahkan, guna mencegah peredaran narkoba dari Aceh ke Sumut dan sebaliknya, Polda Sumut dan Polda Aceh sudah melakukan kerjasama penanganan peredaran gelap narkoba dari laut, udara dan darat.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/