26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Soal Air Danau Toba, Jaffa dan Aquafarm Dipanggil Pemprovsu

Keramba Jaring Apung Aquafarm Nusantara di Danau Toba.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua perusahaan besar Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba, PT. Aquafarm dan PT. Indojaya Agrinusa (PT. Jaffa), kemarin dipanggil pihak Pemprovsu. Pemanggilan tersebut, dalam rangka mendukung upaya pelestarian perairan Danau Toba.

Pertemuan tersebut dilaksanakan di Ruang Melati Lt.9 Kantor Gubsu (10/10), dipimpin Wakil Gubernur Sumatera Utara  (Wagubsu) Dr. Hj. Nurhajizah Marpaung SH, MH. “Jika kita ingin melihat dan merasakan kelestarian keindahan Danau Toba, maka menjadi tugas bersama untuk melakukannya,” ujar Nurhajizah.

Hal ini, katanya,  bertujuan selain menjaga kelestariannya, juga sebagai upaya percepatan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota Geopark Global Network UNESCO sebagai destinasi wisata Internasional.

Untuk itu diimbau kepada semua lapisan masyarakat agar dapat ikut berperan dan berpatisipasi dalam hal penataan seluruh lingkungan kawasan Danau Toba, diantaranya pemandangan sekitar termasuk didalamnya kualitas air danau.

Kita ketahui bersama, saat ini begitu banyaknya KJA, perhotelan, peternakan, pertanian, perkebunan dan rumah tangga yang limbahnya dibuang di kawasan Danau Toba baik dari perusahaan maupun masyarakat, sehingga air danau menjadi tercemar.

“Bagaimana masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba ingin hidup sehat, jika harus mengkonsumsi air yang tercemar limbah, marilah kita bersama-sama menjaga kualitas air,” ujar Wagubsu Nurhazijah.

Disamping itu, untuk menjadikan Danau Toba sebagai Geopark Kaldera Toba menjadi anggota Geopark Global Network UNESCO, tentunya perlu penataan salah satunya KJA.  Pemprovsu telah membuat Peraturan Gubernur tentang daya dukung untuk untuk KJA sebanyak 10.000 ton pertahunnya sehingga akan menekan pelaku pembuangan limbah di kawasan Danau Toba yang disesuaikan dengan Perpres 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya.

Artinya, kita diberikan waktu selama 5 tahun, kalau mempunyai teknologi yang bisa meningkatkan kualitas air selama 5 tahun ini maka akan dihitung lagi daya dukungnya.

Oleh karenanya Wagubsu menegaskan untuk KJA dituntut untuk menetapkan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas air, sehingga kontribusi pencemaran dari kegiatan keramba itu bisa diminimalisasi.

Sebelumnya Head of Tilapia Operation PT. Jafpa Jenny Budiarti menjelaskan sekilas tentang sistem operasi produksi Toba Tilapia. Dijelaskan, ikan Tilapia dari Danau Toba merupakan produk premium yang dapat bersaing dengan ikan produk China di pangsa pasar Amerika karena perusahaan mampu menjaga kualitas air disekitar KJA.

KJA PT. Jafpa beroperasi dengan menerapkan prinsip pola pengelolaan yang memungkinkan tidak ada limbah dari proses budidaya yang dibuang ke Danau Toba. Pengelolaan limbah KJA menggunakan lift up system sehingga bisa meminimalisir terjadinya pencemaran air.

“Kami juga mengembangkan teknologi pembuatan pakan dengan kadar Phospor rendah dan memanfaatkan feed broadcaster untuk memberikan pakan ikan. Dengan dua metode tersebut memungkinkan pakan yang ditebar ke KJA sesuai dengan kebutuhan ikan  dan tidak ada yang terbuang percuma, “jelas Jenny.  (tob/ras)

Keramba Jaring Apung Aquafarm Nusantara di Danau Toba.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dua perusahaan besar Keramba Jaring Apung (KJA) di Danau Toba, PT. Aquafarm dan PT. Indojaya Agrinusa (PT. Jaffa), kemarin dipanggil pihak Pemprovsu. Pemanggilan tersebut, dalam rangka mendukung upaya pelestarian perairan Danau Toba.

Pertemuan tersebut dilaksanakan di Ruang Melati Lt.9 Kantor Gubsu (10/10), dipimpin Wakil Gubernur Sumatera Utara  (Wagubsu) Dr. Hj. Nurhajizah Marpaung SH, MH. “Jika kita ingin melihat dan merasakan kelestarian keindahan Danau Toba, maka menjadi tugas bersama untuk melakukannya,” ujar Nurhajizah.

Hal ini, katanya,  bertujuan selain menjaga kelestariannya, juga sebagai upaya percepatan Geopark Kaldera Toba menjadi anggota Geopark Global Network UNESCO sebagai destinasi wisata Internasional.

Untuk itu diimbau kepada semua lapisan masyarakat agar dapat ikut berperan dan berpatisipasi dalam hal penataan seluruh lingkungan kawasan Danau Toba, diantaranya pemandangan sekitar termasuk didalamnya kualitas air danau.

Kita ketahui bersama, saat ini begitu banyaknya KJA, perhotelan, peternakan, pertanian, perkebunan dan rumah tangga yang limbahnya dibuang di kawasan Danau Toba baik dari perusahaan maupun masyarakat, sehingga air danau menjadi tercemar.

“Bagaimana masyarakat yang tinggal di sekitar Danau Toba ingin hidup sehat, jika harus mengkonsumsi air yang tercemar limbah, marilah kita bersama-sama menjaga kualitas air,” ujar Wagubsu Nurhazijah.

Disamping itu, untuk menjadikan Danau Toba sebagai Geopark Kaldera Toba menjadi anggota Geopark Global Network UNESCO, tentunya perlu penataan salah satunya KJA.  Pemprovsu telah membuat Peraturan Gubernur tentang daya dukung untuk untuk KJA sebanyak 10.000 ton pertahunnya sehingga akan menekan pelaku pembuangan limbah di kawasan Danau Toba yang disesuaikan dengan Perpres 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya.

Artinya, kita diberikan waktu selama 5 tahun, kalau mempunyai teknologi yang bisa meningkatkan kualitas air selama 5 tahun ini maka akan dihitung lagi daya dukungnya.

Oleh karenanya Wagubsu menegaskan untuk KJA dituntut untuk menetapkan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas air, sehingga kontribusi pencemaran dari kegiatan keramba itu bisa diminimalisasi.

Sebelumnya Head of Tilapia Operation PT. Jafpa Jenny Budiarti menjelaskan sekilas tentang sistem operasi produksi Toba Tilapia. Dijelaskan, ikan Tilapia dari Danau Toba merupakan produk premium yang dapat bersaing dengan ikan produk China di pangsa pasar Amerika karena perusahaan mampu menjaga kualitas air disekitar KJA.

KJA PT. Jafpa beroperasi dengan menerapkan prinsip pola pengelolaan yang memungkinkan tidak ada limbah dari proses budidaya yang dibuang ke Danau Toba. Pengelolaan limbah KJA menggunakan lift up system sehingga bisa meminimalisir terjadinya pencemaran air.

“Kami juga mengembangkan teknologi pembuatan pakan dengan kadar Phospor rendah dan memanfaatkan feed broadcaster untuk memberikan pakan ikan. Dengan dua metode tersebut memungkinkan pakan yang ditebar ke KJA sesuai dengan kebutuhan ikan  dan tidak ada yang terbuang percuma, “jelas Jenny.  (tob/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/