MEDAN,SUMUTPOS.CO – Rumah Zakat bersama Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Sumatera Utara (AIMI Sumut) mengapresiasi para pendukung Air Susu Ibu (ASI) serta memberikan pendidikan dan solusi kepada para ibu yang sedang menyusui agar tetap bersemangat.
Hal itu dikatakan Kepala Klinik Pratama Rumah Zakat, Tuti Hariani didampingi Bidan Klinik Pratama Rumah Zakat, Nurmayani AmKeb kepada Sumut Pos, usai acara Talk Show Semarak Pekan Menyusui se-Dunia 2022, di Johor Islamic Green School, Jalan Karya Kasih, Medan Johor, Minggu (14/8).
Turut hadir, Ketua TP PKK Sumut, Hj Nawal Edy Rahmayadi, Narasumber, yakni Ketua AIMI Sumut, dr RA Pujiastuti MKed (Neu), Konselor Menyusui di PMBA, Drg Mariesta Dewi (Riri) dan 100 peserta dari kalangan para ibu dan bapak-bapak yang berdomisili di Medan dan sekitarnya. Acara juga didukung, Spirit Nabawiyah Community dan KP ASI.
“Dalam acara ini, selain mengapresiasi para pendukung ASI, kita juga mengajak para ibu yang sedang menyusui untuk berdiskusi terkait permasalahan-permasalahan yang kerap dialami selama menyusui. Nah kita berikan solusi kepada mereka di dalam tanya jawab bersama para narasumber yang merupakan ahli di bidangnya, dalam talk show tersebut,” ujar Tuti.
Dijelaskannya, selain talk show, juga ada games untuk anak-anak, doorprize untuk peserta dan foto wisuda bagi anak-anak yang sudah lulus ASI ekslusif atau selama dua tahun. Selain itu, juga disediakan pemeriksaan gigi, cek golongan darah dan konseling ASI gratis, serta bazar.
Bidan Klinik Pratama Rumah Zakat, Nurmayani AmKeb, yang juga menjadi salah seorang narasumber di acara tersebut menambahkan, selama ini banyak mitos tentang ASI yang berkembang di masyarakat, yang sudah ada sejak turun temurun. Sayangnya, mitos-mitos ini banyak yang menyesatkan, seperti menyusui itu harus sakit, ada istilah ASI basi atau makanan tertentu, contohnya makan cabai, minum es yang bisa mempengaruhi anak. Jika tidak diberikan pemahaman sejak dini maka akan terus mengakar dan merugikan peran dalam memberikan ASI.
“Inilah peran tenaga kesehatan (Nakes) untuk meluruskannya. Sebab mitos-mitos itu harus berdasarkan penelitian. Dan ternyata dari segi penelitian, mitos tersebut tidak benar,” katanya.
Disinggung terkait ASI yang diperah dan dimasukkan dalam botol, dikarenakan si ibu dalam posisi bekerja di luar rumah, Nurmayani memaparkan, ada teknis cara penyimpanan, dianjurkan ke dalam botol kaca yang steril, maka disimpan di dalam lemari es bisa bertahan selama 7 hari di chiller dan bisa bertahan 6 bulan di freezer. Sedangkan di suhu kamar bertahan selama 7-8 jam. “Tetapi ASI terbaik adalah yang segar, yakni saat itu diperah, saat itu juga diberikan,” imbuhnya.
Menurutnya, dalam posisi si ibu sakit, tidak ada masalah tetap memberikan ASI kepada bayinya, bahkan di dalam ASI membentuk imun alami dari si ibu yang bagus untuk bayi.
“Kasus ini pernah ditanyakan oleh peserta kita. Di saat si ibu terkena Covid-19, khawatir memberikan ASI nya kepada bayinya, lalu kita berikan pemahaman. Alhamdulillah, bayinya tidak apa-apa. Sehat-sehat saja,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua AIMI Sumut, dr RA Pujiastuti MKed (Neu) mengungkapkan, pihaknya selalu memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih tepat kepada ibu-ibu menyusui. Sebab selama ini banyak ibu-ibu yang bingung terkait informasi yang beredar di media sosial (Medsos).
“Kita bantu meluruskan dari mitos-mitos yang masih beredar hingga kini, seperti daun katuk dan jantung pisang yang katanya dapat memperbanyak volume ASI. Padahal memperbanyak ASI itu memang harus bayinya disusui, karena volume ASI mengikuti kebutuhan bayi. Jadi harus disusui sebanyak dan sesering mungkin. Meski makan daun katuk satu karungpun, jika bayinya tidak disusui, tidak akan menambah volume ASI. Segala dedaunan yang dimakan, adalah untuk menambah gizi dan vitamin bagi si ibu yang juga baik untuk bayinya. Sehingga si ibu sehat, bayinya juga sehat,” jelasnya.
Terkait ruam putih (seperti panu) di sekitar mulut atau di lidah bayi jika terkena ASI dan tidak segera dibersihkan, dr Puji yang juga merupakan narasumber dalam acara itu membantahnya. Dikatakannya, ASI itu zat alami dan sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI ada zat hidupnya yang mampu menjadi obat bagi puting payudara si ibu jika mengalami luka, sehingga tidak perlu terlalu dibersihkan secara berlebihan.
“Jika bayinya merah-merah di badan, sebenarnya malah karena mengalami alergi, bukan karena ASI nya, seperti alergi terhadap susu formula. Sebenarnya semua itu kebanyakan mitos,” tandasnya.
Hal senada juga dikatakan, Konselor menyusui di Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA), sekaligus Pengurus AIMI Sumut, Drg Mariesta Dewi (Riri). Dia mengungkapkan, ada keterkaitan di rongga mulut dan ASI. Bagi bayi yang ASI, terutama ASI ekslusif giginya lebih sehat dan jarang berlubang. Sebab glukosa di ASI adalah yang alami dibandingkan susu formula.
“Manfaat ASI lebih banyak, anak-anak jadi jarang sakit, giginya pun lebih sehat. Meski anak sudah mulai makan, ASI tetap bermanfaat, karena banyak kandungan vitaminnya, terutama vitamin C. Bagi ibu-ibu silahkan lanjutkan ASI hingga bayi usia dua tahun atau lebih,” imbau Riri.
Ketua TP PKK Sumut, Hj Nawal Edy Rahmayadi mengapresiasi kegiatan ibu-ibu menyusui. Sebab diteliti dari segi kesehatan dan agama, ASI itu sangat baik bagi kesehatan bayi. Dalam hal ini, pihaknya juga membuat program mengawasi ibu-ibu menyusui, karena salah satu penyebab stunting, dari index ternyata si anak tidak atau kurang mendapatkan ASI.
Nawal juga memberikan tips, agar para ibu mampu menyusui bayinya, yakni memberikan ASI seikhlasnya bagi bayinya, kemudian ada dukungan dari suami dan keluarga serta banyak belajar terkait ASI. “Oleh karena itu, kami PKK selalu mendampingi ibu-ibu khususnya di desa-desa agar dapat memberikan ASI pada bayinya,” katanya. (dwi/Han)