SUMUTPOS.CO – Mendapat penganiayaan dari majikannya, dan takut jadi korban kedua kalinya, Darsono (42) memilih pulang kampung. Sementara, Brigadir REK membantah menganiaya pembantunya itu menggunakan pistol, hingga harus mendapat 12 jahitan di kepala.
Darsono telah meninggalkan Desa Mariendal, Kec. Patumbak sejak Senin (11/11) sore dan memilih mengamankan diri ke kampungnya di kawasan Tanjung Morawa.
Kepulangan Darsono diketahui beberapa warga, di antaranya Agus (30) yang ditemui POSMETRO MEDAN (grup JPNN) tepat di depan Jalan Kebun Kopi, Gg. Sapta, Selasa (12/11) siang. “Dia (Darsono) sudah ke Tanjung Morawa,” ujar agus singkat.
Pada kesempatan berbeda, Brigadir REK yang ditemui wartawan mengaku menganiaya pembantunya, Darsono. Hal tersebut dilakukannya lantaran dirinya kesal dengan tindakan Darsono yang mengancam bunuh ibunya, istrinya dan anaknya.
“Aku geram kali, ibuku istriku dan anak-anakku mau dibunuhnya pakai parang. Siapa yang nggak geram bang. Dia kutampung di sini kerja, karena aku kasihan. Tapi memang orang yang enggak tau diuntung itu orang,” ujar Brigadir REK.
Ia juga membantah keterangan Darsono yang menyebutnya melakukan penganiayaan itu menggunakan pistol yang dipukulkan berulang-ulang ke kepala korban. Brigadir REK malah menyebut dirinya sebagai anggota Intel, tak dibekali senjata api.
“Darimana senjata bang. Aku ini Intel bang, mana ada senjata api aku. Itu akal-akalan busuknya aja itu agar dia bisa laporkan aku. Memang enggak tau diri kali itu orang,” hardik Brigadir REK.
Hanya saja keterangan Brigadir REK justru bertolak belakang dengan masyarakat yang berada di lokasi kejadian. Seperti A. Tampubolon yang menyebut sempat melihat Darsono dan Brigadir REK ribut di depan warung internet.
Keterangan A. Tampubolon bahkan diperkuat dengan kesaksian pemilik warnet Brother. “Memang ada bang mereka ribut, kepala bapak itu (Darsono) bocor,” ucapnya.
“Kalau masalah pertengakaran mereka aku tak tau. Cuma kata orang, Darsono yang salah karena mengejar keluarga polisi itu pakai kelewang,” jelas pria berbaju kos hitam ini.
Lain lagi halnya dengan keterangan petugas Polsek Patumbak yang ditemui POSMETRO MEDAN. Bahkan, Darsono yang awalnya hendak melaporkan Brigadir REK ke Polesek Patumbak malah mengurungkan niatnya. “Dia sempat mau ngelapor kemari tapi temanya malah menyuruh dia melapor ke Propam Poldasu,” tegas petugas Polsek Patumbak.
Ditambahkan petugas SPK, sebelum kedatangan Darsono, Kairani dan Wawan cucunya sempat melaporkan kejadiaan itu ke Polsek Patumbak. Dalam laporannya, disebutkan jika Darsono memiliki sifat temperamental dan gampang marah. “Ini bukan pertama kali, dan sudah sering dilakukan. Kadang marah-marah tak jelas,” ujar petugas SPKT menirukan ucpan Khairani ketika hendak membuat laporan.
Tapi upaya hukum yang akan ditempuh keluarga Kairani urung. Pasalnya,
Petugas SPK Polsek Patumbak menyarankan agar keduanya berdamai. Apalagi belakangan tersiar kabar permasalahan mereka sudah membawa dua institusi Polri dan TNI. “Bukan kita tidak menerima laporan, tapi kalau bisa kita sarankan damai. Apalagi inikan sudah membawa-bawa nama Tentara,” pukas SPKT.
Diberitakan sebelumnya, berdalih tak tahan diperlakukan bak binatang, Darsono (40) yang habis kesabaran akhirnya mengamuk dan nekat mengejar dan mengancam ibu dan istri majikannya dengan parang. Tapi naas, aksi nekat warga Tanjung Morawa ini malah berujung petaka. Pasalnya Senin (11/11) sore, pasca mengetahui kejadian ini, sang majikan yang tercatat sebagai anggota Intel Polresta Medan bernama Brigadir REK itu, langsung naik darah. Alhasil, saat itu juga Brigadir REK mencari keberadaan pria yang sudah setahun bekerja di rumahnya itu. (cr1/bud)