32 C
Medan
Friday, April 25, 2025

Sadar Kapan Harus Berubah (Seri 1)

Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo (duh panjangnya), tidak lama lalu.

Ketika hendak boarding pesawat, ada seorang cewek menyapa dari belakang. โ€œMas Azruuuulโ€ฆโ€
Lalu dia bilang: โ€œMasih ingat saya Mas? Dulu pernah juara kompetisi jurnalis DetEksiโ€.

Saya lalu bertanya balik: โ€œKuliah di mana sekarang?โ€.

Jawabannya: โ€œLho, saya sudah jadi dokter sekarang maaasโ€ฆโ€
Glodaaaakkkk!!!!
Bunyi alarm di kepala berbunyi nyaring. Sama rasanya seperti waktu kali pertama dipanggil โ€œOomโ€, walau tidak semenyakitkan dipanggil โ€œOomโ€.

Mungkin, detik itulah muncul keputusan DetEksi harus ditutup. Masalahnya, kalau DetEksi ditutup, lalu gantinya apa?
Walau generasinya sudah banyak berubah, pembaca/pengikutnya sekarang sudah tidak tahu/kenal sejarahnya zaman dahulu kala (tahun 2000), DetEksi tetap punya pembaca/pengikut yang cukup fanatis.

Buktinya, pada 26 Februari 2016 lalu, begitu banyak yang mengontak kantor mengeluh kenapa halaman DetEksi sudah tidak ada. Malah ada penelepon (anak SMA) yang marah-marah dan ngambek, memaksa-maksa DetEksi tidak boleh diganti oleh Zetizen.

โ€œKembalikan DetEksi-ku!โ€ teriaknya ke kru kami hari itu.

Apalagi di Jawa Pos tanggal 26 Februari lalu memang cukup โ€œkejamโ€. Tidak ada pengumuman apa-apa. Tiba-tiba ganti jadi Zetizen. Bukan hanya itu. Mulai Senin, 7 Maret kemarin, puluhan koran lain di Jawa Pos Groupโ€“dari Aceh sampai Papuaโ€“ juga punya halaman Zetizen.

Kenapa begitu? Ya kenapa tidak!
Penjelasannya baca besok yaโ€ฆWkwkwkwkwkโ€ฆ (bersambung)

Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo (duh panjangnya), tidak lama lalu.

Ketika hendak boarding pesawat, ada seorang cewek menyapa dari belakang. โ€œMas Azruuuulโ€ฆโ€
Lalu dia bilang: โ€œMasih ingat saya Mas? Dulu pernah juara kompetisi jurnalis DetEksiโ€.

Saya lalu bertanya balik: โ€œKuliah di mana sekarang?โ€.

Jawabannya: โ€œLho, saya sudah jadi dokter sekarang maaasโ€ฆโ€
Glodaaaakkkk!!!!
Bunyi alarm di kepala berbunyi nyaring. Sama rasanya seperti waktu kali pertama dipanggil โ€œOomโ€, walau tidak semenyakitkan dipanggil โ€œOomโ€.

Mungkin, detik itulah muncul keputusan DetEksi harus ditutup. Masalahnya, kalau DetEksi ditutup, lalu gantinya apa?
Walau generasinya sudah banyak berubah, pembaca/pengikutnya sekarang sudah tidak tahu/kenal sejarahnya zaman dahulu kala (tahun 2000), DetEksi tetap punya pembaca/pengikut yang cukup fanatis.

Buktinya, pada 26 Februari 2016 lalu, begitu banyak yang mengontak kantor mengeluh kenapa halaman DetEksi sudah tidak ada. Malah ada penelepon (anak SMA) yang marah-marah dan ngambek, memaksa-maksa DetEksi tidak boleh diganti oleh Zetizen.

โ€œKembalikan DetEksi-ku!โ€ teriaknya ke kru kami hari itu.

Apalagi di Jawa Pos tanggal 26 Februari lalu memang cukup โ€œkejamโ€. Tidak ada pengumuman apa-apa. Tiba-tiba ganti jadi Zetizen. Bukan hanya itu. Mulai Senin, 7 Maret kemarin, puluhan koran lain di Jawa Pos Groupโ€“dari Aceh sampai Papuaโ€“ juga punya halaman Zetizen.

Kenapa begitu? Ya kenapa tidak!
Penjelasannya baca besok yaโ€ฆWkwkwkwkwkโ€ฆ (bersambung)

Artikel Terkait

Wayan di New York

Trump Kecele Lagi

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru