25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

‘Yok’! Rakyat Samosir Majukan Kaldera Toba

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Kaldera Toba memiliki 16 titik geosite. Enam di antaranya berada di Pulau Samosir. Terdiri dari Tele-Pangururan; Pusuk Buhit; Situmurun-Blok Uluan; Hutatinggi-Sidihoni; Simanindo-Batu Hoda; Ambarita-Tuktuk; Hutatinggi-Sidihoni.

CINDERAMATA: Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Publik Diskominfo Sumut, Harvina Zuhra (tengah) berikan cinderamata kepada Bupati Samosir, Vandiko Gultom dalam memulai kunjungan jurnalistik bersama Forum Wartawan Unit Pemprov Sumut, di kantor Bupati Samosir, Senin (29/11/2021).

Tepat 7 Juli 2020, Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Bahwa Danau Toba telah diakui masyarakat internasional sebagai salah satu keajaiban dunia. Yang selama rentang waktu 2024 berhak memegang sertifikat ‘pengakuan paling bersejarah’.

Ternyata pekerjaan rumah guna mempertahankan penghargaan tertinggi untuk Danau Toba itu, tidaklah mudah. Tantangannya pun begitu komprehensif. Baik soal anggaran hingga kesadaran segala aspek masyarakat di sekitaran kawasan Danau Toba.

Karenanya dibutuhkan kerjasama yang harmoni dari seluruh pemangku kewajiban termasuk masyarakat. Jangan sampai predikat berkelas untuk danau terbesar kedua di dunia itu lepas dari genggaman. Alias ditarik lagi pengakuannya oleh UNESCO. Lantas yang rugi siapa? Tentu tidak hanya rakyat Sumut, bahkan dunia.

Sederet fakta ihwal beratnya tantangan atas amanah besar ini, diungkap oleh Mangindar Simbolon. Ia merupakan ketua harian Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark.

Dalam kunjungan jurnalistik Forum Wartawan Unit Pemprov Sumut, Senin (29/11/2021) di Panguruan, Kabupaten Samosir, ia menyatakan meski berbagai upaya tetap terus dilakukan pihaknya demi mempertahankan sertifikat UNESCO, faktanya sejauh ini belum memberikan progres yang signifikan. Adapun penyebab utamanya karena keterbatasan anggaran. “Mudah-mudahan tahun depan mulai bertambah (pendanaan),” ungkapnya.

Ditengarai, hal ini dampak pandemi Covid-19. Bahkan untuk membuat logo UGG pada penunjuk geosite pun tidak bisa dilakukan. Padahal ada 16 titik geosite pada Kaldera Toba. Terdiri dari 16 manajer geosite pula.

“Mereka (para manajer) bekerja untuk mencukupi keluarga, namun di sisi lain harus tetap bekerja untuk Kaldera Toba. Mereka nyambilah istilahnya,” ujar dia.

Belum lagi soal hal teknis lainnya. “Sebenarnya ini berbicara ‘merah putih’, soal kewibaan Bangsa Indonesia juga. Maka sepatutnya semua pihak ikut berpartisipasi,” imbuh mantan bupati Samosir dua periode ini.

Revalidasi atau validasi atas indikator pengelolaan Kaldera Toba sebagai UGG, menurut dia, akan dilakukan pada 2023. Setahun kemudian, dilakukan asesmen yang akan melahirkan rekomendasi hijau (tetap berstatus UGG), rekomendasi kuning (peringatan) dan rekomendasi merah (tidak diperpanjang).

“Edukasi soal kaldera sangat minim, misalnya untuk konservasi budaya, sangat jarang kita temukan adanya belajar manortor. Yang ada itu kerap hanya mengandalkan naluri alamiah,” ungkapnya seraya akui kelemahan pihaknya terkait aplikasi ini di lapangan.

Padahal objek Kaldera Toba memiliki tiga fungsi yakni fungsi konservasi, edukasi dan ekonomi. Bahwa Kaldera Toba menjadi pusat konservasi untuk menjaga biodiversity dengan konsep pengelolaan yang terukur. Kemudian, fungsi edukasi karena menjadi tempat penelitian kelas dunia yang juga diharapkan dapat dikelola untuk kepentingan ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Hanya saja dalam memanfaatkan tiga fungsi tersebut masih kerap ada kendala. “Salah satunya yakni edukasi kepada masyarakat mengenai status dan fungsi dari Kaldera Toba itu sendiri,” pungkasnya.

Robintang Naibaho, Kepala Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata pada Dinas Pariwisata Samosir, mengutarakan hal senada. Ia menekankan, sudah saatnya proses ‘bottom up’ dijalankan untuk tidak sekadar mempertahankan predikat itu, melainkan kemajuan bagi Danau Toba dan masyarakatnya.

“Artinya dari atas ke bawah sudah coba kita lakukan, tetapi dibutuhkan dukungan yang mengakar sehingga Kaldera Toba benar-benar besar dirasakan manfaatnya bagi masyarakat,” tuturnya menjawab wartawan usai berkunjung di Gedung Pusat Informasi Kaldera Toba, Desa Sigulatti, Kecamatan Sianjur Mulamula, Selasa (30/11/2021).

Kesadaran penuh akan hal ini, menurut dia, belum dimiliki oleh masyarakat Samosir. Padahal kehadiran Danau Toba sebagai anggota UNESCO, begitu besar sebenarnya berdampak terhadap perekonomian bahkan kesejahteraan rakyat.

“Melalui kehadiran rekan-rekan pers Medan ke sini, kami tentu berharap sosialisasi ini tersampaikan dan memberi dampak positif buat Danau Toba ke depan,” ujar koordinator geosite Tele-Pangururan ini.

Sisi lain, kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara pasca Kaldera Toba ditetapkan sebagai UGG, sebenarnya cukup signifikan. Terlebih bagi kalangan akademisi dan masyarakat perguruan tinggi.

“Kita doakan pandemi ini segera berakhir sehingga ke depan kunjungan wisatawan ke Pulau Samosir khususnya, dapat kembali normal bahkan semakin bertambah,” sebut Robintang.

Sosialisasi Prokes
Tiga hari press tour di Samosir, jurnalis unit Pemprov Sumut turut menyosialisasikan disiplin protokol kesehatan (prokes). Dirangkai pula dengan bakti sosial; membagikan masker dan hand sanitizer. Baik ke sekolah-sekolah hingga sejumlah titik keramaian di kota Panguruan.

Kegiatan yang diinisiasi Dinas Kominfo Sumut ini, membawa pesan Gubernur dan Wakil Gubernur, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah, bahwa ‘Obat Covid’ paling mujarab adalah selalu mematuhi prokes. Yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

“Apalagi saat ini kita berada dalam ancaman gelombang ketiga seperti yang tengah dihadapi negara-negara di Eropa,” tutur Harvina Zuhra, Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Publik Dinas Kominfo Sumut, sekaligus pimpinan rombongan press tour. Pihaknya pun mengingatkan, jelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, Indonesia masih berada dalam bayang-bayang virus Corona varian baru.

Menyambut kedatangan peserta press tour, Bupati Samosir, Vandiko Timoteus Gultom, sebelumnya sangat mengapresiasi kegiatan dimaksud.

“Kami merasa terhormat menjadi pilihan untuk pelaksanaan kegiatan ini. Selamat datang di Samosir, kami siap bersinergi dengan insan pers baik nasional, provinsi maupun kabupaten/kota,” katanya. Ia berharap kerjasama dengan insan pers dapat menjadi jembatan aspirasi masyarakat dan pemerintah. Terlebih semakin mempopulerkan Kaldera Toba ke seantero dunia.(PRAN HASIBUAN)

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Kaldera Toba memiliki 16 titik geosite. Enam di antaranya berada di Pulau Samosir. Terdiri dari Tele-Pangururan; Pusuk Buhit; Situmurun-Blok Uluan; Hutatinggi-Sidihoni; Simanindo-Batu Hoda; Ambarita-Tuktuk; Hutatinggi-Sidihoni.

CINDERAMATA: Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Publik Diskominfo Sumut, Harvina Zuhra (tengah) berikan cinderamata kepada Bupati Samosir, Vandiko Gultom dalam memulai kunjungan jurnalistik bersama Forum Wartawan Unit Pemprov Sumut, di kantor Bupati Samosir, Senin (29/11/2021).

Tepat 7 Juli 2020, Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Bahwa Danau Toba telah diakui masyarakat internasional sebagai salah satu keajaiban dunia. Yang selama rentang waktu 2024 berhak memegang sertifikat ‘pengakuan paling bersejarah’.

Ternyata pekerjaan rumah guna mempertahankan penghargaan tertinggi untuk Danau Toba itu, tidaklah mudah. Tantangannya pun begitu komprehensif. Baik soal anggaran hingga kesadaran segala aspek masyarakat di sekitaran kawasan Danau Toba.

Karenanya dibutuhkan kerjasama yang harmoni dari seluruh pemangku kewajiban termasuk masyarakat. Jangan sampai predikat berkelas untuk danau terbesar kedua di dunia itu lepas dari genggaman. Alias ditarik lagi pengakuannya oleh UNESCO. Lantas yang rugi siapa? Tentu tidak hanya rakyat Sumut, bahkan dunia.

Sederet fakta ihwal beratnya tantangan atas amanah besar ini, diungkap oleh Mangindar Simbolon. Ia merupakan ketua harian Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark.

Dalam kunjungan jurnalistik Forum Wartawan Unit Pemprov Sumut, Senin (29/11/2021) di Panguruan, Kabupaten Samosir, ia menyatakan meski berbagai upaya tetap terus dilakukan pihaknya demi mempertahankan sertifikat UNESCO, faktanya sejauh ini belum memberikan progres yang signifikan. Adapun penyebab utamanya karena keterbatasan anggaran. “Mudah-mudahan tahun depan mulai bertambah (pendanaan),” ungkapnya.

Ditengarai, hal ini dampak pandemi Covid-19. Bahkan untuk membuat logo UGG pada penunjuk geosite pun tidak bisa dilakukan. Padahal ada 16 titik geosite pada Kaldera Toba. Terdiri dari 16 manajer geosite pula.

“Mereka (para manajer) bekerja untuk mencukupi keluarga, namun di sisi lain harus tetap bekerja untuk Kaldera Toba. Mereka nyambilah istilahnya,” ujar dia.

Belum lagi soal hal teknis lainnya. “Sebenarnya ini berbicara ‘merah putih’, soal kewibaan Bangsa Indonesia juga. Maka sepatutnya semua pihak ikut berpartisipasi,” imbuh mantan bupati Samosir dua periode ini.

Revalidasi atau validasi atas indikator pengelolaan Kaldera Toba sebagai UGG, menurut dia, akan dilakukan pada 2023. Setahun kemudian, dilakukan asesmen yang akan melahirkan rekomendasi hijau (tetap berstatus UGG), rekomendasi kuning (peringatan) dan rekomendasi merah (tidak diperpanjang).

“Edukasi soal kaldera sangat minim, misalnya untuk konservasi budaya, sangat jarang kita temukan adanya belajar manortor. Yang ada itu kerap hanya mengandalkan naluri alamiah,” ungkapnya seraya akui kelemahan pihaknya terkait aplikasi ini di lapangan.

Padahal objek Kaldera Toba memiliki tiga fungsi yakni fungsi konservasi, edukasi dan ekonomi. Bahwa Kaldera Toba menjadi pusat konservasi untuk menjaga biodiversity dengan konsep pengelolaan yang terukur. Kemudian, fungsi edukasi karena menjadi tempat penelitian kelas dunia yang juga diharapkan dapat dikelola untuk kepentingan ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Hanya saja dalam memanfaatkan tiga fungsi tersebut masih kerap ada kendala. “Salah satunya yakni edukasi kepada masyarakat mengenai status dan fungsi dari Kaldera Toba itu sendiri,” pungkasnya.

Robintang Naibaho, Kepala Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata pada Dinas Pariwisata Samosir, mengutarakan hal senada. Ia menekankan, sudah saatnya proses ‘bottom up’ dijalankan untuk tidak sekadar mempertahankan predikat itu, melainkan kemajuan bagi Danau Toba dan masyarakatnya.

“Artinya dari atas ke bawah sudah coba kita lakukan, tetapi dibutuhkan dukungan yang mengakar sehingga Kaldera Toba benar-benar besar dirasakan manfaatnya bagi masyarakat,” tuturnya menjawab wartawan usai berkunjung di Gedung Pusat Informasi Kaldera Toba, Desa Sigulatti, Kecamatan Sianjur Mulamula, Selasa (30/11/2021).

Kesadaran penuh akan hal ini, menurut dia, belum dimiliki oleh masyarakat Samosir. Padahal kehadiran Danau Toba sebagai anggota UNESCO, begitu besar sebenarnya berdampak terhadap perekonomian bahkan kesejahteraan rakyat.

“Melalui kehadiran rekan-rekan pers Medan ke sini, kami tentu berharap sosialisasi ini tersampaikan dan memberi dampak positif buat Danau Toba ke depan,” ujar koordinator geosite Tele-Pangururan ini.

Sisi lain, kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara pasca Kaldera Toba ditetapkan sebagai UGG, sebenarnya cukup signifikan. Terlebih bagi kalangan akademisi dan masyarakat perguruan tinggi.

“Kita doakan pandemi ini segera berakhir sehingga ke depan kunjungan wisatawan ke Pulau Samosir khususnya, dapat kembali normal bahkan semakin bertambah,” sebut Robintang.

Sosialisasi Prokes
Tiga hari press tour di Samosir, jurnalis unit Pemprov Sumut turut menyosialisasikan disiplin protokol kesehatan (prokes). Dirangkai pula dengan bakti sosial; membagikan masker dan hand sanitizer. Baik ke sekolah-sekolah hingga sejumlah titik keramaian di kota Panguruan.

Kegiatan yang diinisiasi Dinas Kominfo Sumut ini, membawa pesan Gubernur dan Wakil Gubernur, Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah, bahwa ‘Obat Covid’ paling mujarab adalah selalu mematuhi prokes. Yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

“Apalagi saat ini kita berada dalam ancaman gelombang ketiga seperti yang tengah dihadapi negara-negara di Eropa,” tutur Harvina Zuhra, Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Publik Dinas Kominfo Sumut, sekaligus pimpinan rombongan press tour. Pihaknya pun mengingatkan, jelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, Indonesia masih berada dalam bayang-bayang virus Corona varian baru.

Menyambut kedatangan peserta press tour, Bupati Samosir, Vandiko Timoteus Gultom, sebelumnya sangat mengapresiasi kegiatan dimaksud.

“Kami merasa terhormat menjadi pilihan untuk pelaksanaan kegiatan ini. Selamat datang di Samosir, kami siap bersinergi dengan insan pers baik nasional, provinsi maupun kabupaten/kota,” katanya. Ia berharap kerjasama dengan insan pers dapat menjadi jembatan aspirasi masyarakat dan pemerintah. Terlebih semakin mempopulerkan Kaldera Toba ke seantero dunia.(PRAN HASIBUAN)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/